Mohon tunggu...
Miftah RinaldiHarahap
Miftah RinaldiHarahap Mohon Tunggu... Lainnya - Partai Hijau Indonesia | New Native Literasi

Sedang bergerilya bersama @Partai Hijau Indonesia, @New Native Literasi

Selanjutnya

Tutup

Politik

Harapan dan Republik

23 Agustus 2024   11:48 Diperbarui: 23 Agustus 2024   12:28 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Roison d'etre politik adalah kebebasan, dan bidang pengalamannya adalah tindakan_Hannah Arendt,1960

Harapan adalah daya hidup. Ia bisa membuat dirimu terus menerus bertahan dari pelbagai macam kejadian yang membuat hati dan perasaanmu terluka. Apalagi akhir -- akhir ini ketika keadaan sosial , politik , dan ekonomi hancur, hanya ada satu yang bisa membuat dirimu terus menerus menganggap bahwa keadaan ini akan segera membaik yaitu harapan. Tetapi yang menjadi persoalan adalah apakah penjelasan yang membuka tulisan ini adalah sudah tepat untuk menggambarkan harapan? Apakah penjelasan yang membuka tulisan ini sudah cukup menjelaskan kepada kita tentang bagaimana cara untuk berharap di dalam sebuah negara yang berbentuk republik? Saya merasa penjelasan sebelumnya belum cukup untuk menjelaskan tentang harapan dan bagaimana cara warga berharap di negara republik. Oleh sebab itu tulisan ini akan berusaha untuk menjelaskan tentang apa itu harapan dan bagaimana cara warga berharap di dalam sebuah negara republik.

Seperti yang sudah disampaikan di awal tulisan ini bahwa harapan adalah daya hidup. Daya hidup yang menuntun manusia untuk melakukan perubahan sosial guna mencapai kesadaran dan akal budi yang lebih tinggi. Harapan selalu bersifat dinamis, ia bukan sesuatu hal yang membuat dirimu terlena lalu kemudian tersedot ke dalam lamunan yang tidak berkesudahan.

Harapan bukan sesuatu hal yang statis atau hal yang bersifat jangka pendek. Memang saat ini ada banyak kesalahpahaman tentang harapan itu sendiri. Misalnya, harapan selalu dimanifestasikan dengan hasrat-hasrat jangka pendek seperti punya uang banyak, rumah mewah, dan mobil mewah. Padahal itu bukan harapan melainkan cerminan dari manusia yang hidup di dalam suatu kultur warga yang menjadi budak konsumsi. Inilah yang disebut sebagai sikap yang bertolak belakang dengan hakikat harapan yang merupakan daya hidup.

Manifestasi harapan bukanlah hal - hal yang berwujud benda melainkan sebuah kemampuan untuk menghargai dan menghayati kehidupan secara lebih paripurna. Hal ini yang kemudian menuntun manusia untuk mencapai sesuatu hal berorientasi kepada pembebasan diri dari segala hal yang membelenggu kehidupan atau dengan kata yang lebih tegas sering disebut sebagai revolusi.

Perlu dicatat bahwa harapan bukan sesuatu hal yang berada di masa depan. Ia bukan sesuatu hal yang harus ditunggu agar bisa mencapainya. Harapan adalah sesuatu hal yang ada pada saat "sekarang." Dimana setiap dari kita bergulat dengan realitas dan melakukan berbagai macam tindakan untuk bisa mencapainya. Dari sini jelas terlihat bahwa harapan menolak segala bentuk tindakan yang pasif dan sikap pasrah yang fatalis seperti berhalaisme terhadap waktu, masa depan, tokoh atau di dunia lain nanti (pengadilan akhirat).

Penolakan harapan terhadap segala tindakan yang pasif, sikap pasrah dan berhalaisme membuatnya juga menolak sikap yang tidak realistis. Maksud dari sikap ini adalah ketidaksadaran dalam membaca realitas. Ketidaksadaran dalam membaca realitas ini membuat setiap individu terkadang mencoba untuk memaksakan apa yang sebenarnya tidak bisa dipaksakan. Jika masih bingung dengan penjelasan ini, lihat saja fenomena pembangunan IKN (Ibu Kota Negara ). IKN adalah sesuatu hal yang dipaksakan untuk ada tanpa pernah ada semacam kesadaran untuk membaca realitas sosial, ekonomi, politik bahkan budaya.

Di dalam republik harapan ditumbuhkan, dirawat, dan diperjuangkan melalui politik. Politik menjadi satu-satunya cara di dalam sebuah negara republik untuk memastikan harapan itu tiba pada ujungnya. Itulah sebabnya setiap warga di dalam sebuah negara republik harus mengenal politik.

Tetapi memang yang menjadi persoalan, politik sudah bergeser dan digeser makna aslinya oleh para politisi yang buta terhadap politik. Tingkah laku mereka membuat warga tidak mau mengenal politik bahkan pada tahap tertentu benci terhadap politik. Padahal benci terhadap politik sama saja dengan memupuskan harapan mereka sendiri. Roison d'etre politik adalah kebebasan, dan bidang pengalamannya adalah tindakan- Hannah Arendt (1960).

Begitulah yang diucapkan oleh Hannah Arendt untuk menegaskan bahwa politik adalah kebebasan yang termanifestasi melalui tindakan. Sebab politik adalah kebebasan maka politik adalah sesuatu yang sudah built-in di dalam diri setiap warga. Kebebasan di sini dipahami upaya dari setiap warga untuk memaksimalkan berbagai macam tindakan guna menghasilkan nilai keutamaan seperti keadilan, kesetaraan, kesejateraan, revolusi dan lain sebagainya guna mencapai kebahagiaan bersama.

Dari sini bisa dilihat bahwa kebebasan hanya disebut kebebasan jika ada partisipasi langsung (tindakan) dari setiap warga untuk menghasilkan "eudamonia" atau kehidupan yang baik. Keterkaitan kebebasan dan tindakan juga bisa diartikan sebagai keberanian mengambil tindakan untuk menjawab segala pertanyaan yang terhampar di realitas yang tak pasti. Atau secara tegas bisa dikatakan bahwa ia merupakan suatu kesatuan gerak yang bertemu dengan momentum.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun