Mohon tunggu...
Miftah RinaldiHarahap
Miftah RinaldiHarahap Mohon Tunggu... Lainnya - Partai Hijau Indonesia | New Native Literasi

Sedang bergerilya bersama @Partai Hijau Indonesia, @New Native Literasi

Selanjutnya

Tutup

Politik

Radikalisasi Warga: Jalan Pembaruan Indonesia

11 Juni 2024   09:43 Diperbarui: 11 Juni 2024   09:43 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Di bidang ekonomi terjadi hiperinflasi, saat itu inflasi indonesia mencapai 600%. Di bidang sosial -- politik terjadi gerakan penolakan terhadap Partai Komunis Indonesia dan Soekarno. Keadaan ini yang kemudian membuat legitimasi kekuasaan Soekarno semakin melemah. Melemahnya legitimasi kekuasaan Soekarno membuat kelompok terpelajar yang saat itu didukung penuh dengan kekuatan militer berhasil menjatuhkan rezim Soekarno.

Setelah rezim orde lama jatuh Indonesia masuk ke rezim orde baru. Masa ini adalah masa Soeharto yang menguasai  tampuk kekuasaan. Sama dengan masa orde lama, proses radikalisasi warga juga ditandai dengan jatuhnya Soeharto dari tampuk kekuasaannya setelah 32 tahun berkuasa. Kejatuhan rezim Soeharto adalah manifestasi dari krisis ekonomi yang kemudian bermetamorfosis menjadi krisis politik. Eep Saefulloh Fatah (1997) menyampaikan bahwa ada beberapa argumentasi yang mencoba untuk menjelaskan kaitan antara kedua  fenomena ini diantaranya :

  • Ketika kurs rupiah melewati angka diatas Rp.4.000 per dollar Amerika Serikat, pelbagai macam analisis -- analisis ekonomi menjadi tidak relevan. Sebab persoalan kurs ini tidak lagi dipandang sebagai  persoalan ekonomi tetapi menegaskan bahwa terjadi kompleksitas politik dibalik peristiwa krisis moneter.
  • Badai krisis moneter yang menerpa Indonesia berhasil membuat fundamental ekonomi negara ini hancur berantakan.Peristiwa ini semakin mempertebal kecurigaan bahwa kekuasaan telah melakukan manipulasi data terkait dengan fundamental ekonomi Indonesia yang terus -- menerus didengungkan mampu untuk menahan badai krisis moneter. Tentu saja upaya ini dilakukan agar terkesan kondisi perekonomian Indonesia baik -- baik saja.
  • Krisis moneter terjadi bersama dengan krisis kepercayaan kepada rezim orde baru. Krisis kepercayaan ini yang kemudian disebut sebagai kebangkrutan politik.
  • Kekuasaan yang berjalan dengan cara patrimonialistik telah mengakibatkan dunia ekonomi dan bisnis tidak mempunyai sikap nasionalisme.
  • Pelbagai macam krisis yang telah disebutkan sebelumnya menunjukkan rezim orde baru telah salah dalam menerapkan strategi politik. Disisi lain hal ini menegaskan bahwa model pembangunan yang dilakukan orde baru tidak mampu untuk mendorong ekonomi nasional bertumbuh. Bahkan model pembangunan yang dijalankan oleh orde baru telah mengabaikan kemanusiaan.

Lantas, bagaimana dengan  masa demokrasi seperti sekarang? Pada masa ini kekuasaan berjalan secara brutal, tindakan -- tindakan seperti yang sudah disebutkan pada awal tulisan ini terus berlangsung. Disisi lain dinamika politik global terus mendorong setiap warga untuk segera memberikan keputusan atas dekadensi demokrasi yang sedang terjadi. 

Sejatinya warga sudah memberikan keputusan dengan menggelar aksi massa di pelbagai wilayah di Indonesia. Aksi massa adalah manifestasi dari kemuakan warga atas pelbagai macam peristiwa yang sedang berlangsung.Tentu, proses ini hanya tahap awal dan akan mencapai puncaknya ketika aksi massa  menjelma menjadi amuk massa yang merupakan manifestasi dari kemarahan warga. 

Dari pelbagai macam penjelasan sebelumnya jelas terlihat bahwa  ada kesamaan pola dari proses terjadinya radikalisasi warga pada masa orde lama , baru , dan demokrasi yaitu adanya resistensi warga yang berhadapan dengan situasi sosio-ekonomi-politik, sikap aparatur negara , dan kebijakan -- kebijakan pemerintah. Sepintas hal ini memang suatu keharusan yang akan terjadi sebagai respon dari sikap  pemerintah tetap bertindak secara semena -- mena.

Tetapi disisi lain kita perlu memberikan evaluasi agar radikalisasi warga yang sedang -- akan berlangsung bisa efektif untuk mengantarkan bangsa ini menuju pembaruan. Evaluasi tersebut adalah radikalisasi warga tidak boleh hanya berhenti pada level  " kemarahan warga"  seperti pada masa orde lama dan orde baru tetapi harus berlanjut pada level "politisasi warga". 

Pada level "politisasi warga" proses perlawanan warga akan lebih terkonsep , memiliki target dan mempunyai ideologi gerakan. Secara garis besar level ini ingin menegaskan proses degelitimasi kekuasaan tidak boleh berhenti pada tataran simbolik tetapi harus beranjak ke tataran konkret dan formal -- prosedural.

Namun, untuk mencapai tahap ini memang harus melewati fase "kemarahan warga " dan melahirkan pelbagai macam contoh potret sosial. Misalnya, dari pelbagai macam contoh yang mungkin terjadi, ada satu contoh yang seharusnya bisa terjadi jika melihat realitas sosial --politik saat ini yaitu adanya pejabat pemerintah dari level nasional atau daerah yang terkena amuk massa. 

Tentu, jika  contoh potret sosial ini bisa terealisasi maka akan memberikan pendidikan politik yang berharga untuk bangsa ini . Sebab, seperti yang sudah dijelaskan pada awal tulisan ini bahwa bangsa ini mendapatkan pendidikan politik dari peristiwa demi peristiwa yang sudah- sedang berlangsung.

Artikel ini telah rilis di Kumparan pada 10 /06/2024 

(https://kumparan.com/rinal-mifta/radikalisasi-warga-jalan-pembaruan-indonesia-22uTW4oqc5X/full)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun