Kepada,Â
Bupati Sleman dan Dinas Pekerja Umum Pemkab SlemanÂ
Dimana pejalan kaki bisa berjalan?
Yogyakarta yang dikenal dengan banyak sebutan, salah satunya adalah sebagai miniatur Indonesia karena beragam manusia yang terdapat di dalamnya dan kota ini semakin ramai penduduknya dari yang memiliki kendaraan hingga yang berjalan kaki.Â
Lantas bagaimana fasilitas-fasilitas yang dapat dinikmati oleh orang-orang yang berada di Yogyakarta ini? Ketika membahas tentang fasilitas yang ada untuk setiap manusia, maka tidak jauh akan menyinggung tentang pejalan kaki. Sering dijumpai bahwa kurang layaknya fasilitas pejalan kaki, salah satunya adalah trotoar, dan melihat akan hal ini seharusnya pemerintah melihat kondisi saat ini yang dapat diakatakan bahwa pejalan kaki adalah raja di jalanan, maka dimana hak mereka?
Banyak resiko yang akan terjadi ketika pejalan kaki berjalan tidak sesuai pada tempatnya. Manusia biasa pada umumnya bisa mendapat ancaman resiko di jalanan. Bagaimana dengan yang memiliki kekurangan fisik (penyandang disabilitas) jika berada di suatu jalanan tersebut? Tidak layak memang jika kita melihat kebanyakan trotoar saat ini untuk mereka pejalan kaki yang sebagai manusia biasa maupun bagi yang penyandang disabilitas.Â
Sesuatu yang menjadi pemikiran penulis untuk perbaikan dalam fasilitas ini, bahwa penuhilah standar penyandang sebagai pejalan kaki, maka setiap manusia umum lainnya akan merasa aman jika berjalan kemanapun. Karena jika dengan logika bahwa penyandang disabilitas saja aman untuk berjalan kaki, tentunya manusia normal juga akan mendapat keamanan lebih.
Tidak hanya sebagai penyalahgunaan trotoar, namun dalam pembuatannya juga harus memenuhi standar tersebut dengan ukuran yang minimal 1,5 meter, perbaikan trotoar yang berlobang dan menjadikan trotoar menjadi tempat berjalan kaki yang ramah lingkungan dengan memberikan tanaman disekitarnya agar pejalan kaki merasa nyaman karena tidak semena-mena hanya mendapatkan polusi kendaraan saja.Â
Terjadi pada beberapa berita maupun video yang menjadi bahan perbincangan banyak orang adalah ketika seorang anak SD menghalang pengendara motor yang naik pada trotoar, turis di Bali yang melakukan hal sama pada pengendara motor yang hendak menaiki trotoar. Dari ini dapat lihat bahwa kita memerlukan orang seperti mereka untuk memperbaiki fungsi dari trotoar dan hanya baru sedikit yang dapat menghargai hak pejalan kaki.
Budaya yang menjadi kebanyakan orang di Indonesia juga melanggar aturan-aturan yang ada walaupun sudah tau bahwa itu adalah tindakan yang melanggar atau tidak baik. Penulis beberapa waktu lalu juga melakukan perbincangan mengenai akan hal ini dengan salah satu pengamat publik yaitu mbak Wiji mengatakan bahwa
"Banyak orang yang sudah belajar dan menambah ilmu, namun itu tidak merubah pola prilakunya dan jangan ingin mendapatkan hak tersendiri namun itu dapat merugikan manusia lainnya."
Tingkatkan rasa aman anda ketika ketika hendak berpergian kemanapun, dengan fasilitas trotoar yang standar maka kita mendapatkan hak atas apa yang kita butuhkan bagi pejalan kaki.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H