Mohon tunggu...
Rina Inayati
Rina Inayati Mohon Tunggu... Lainnya - Ora et Labora

http://rina-kitchen.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Benarkah Kesempurnaan Menjadikan Segalanya Lebih Baik?

12 November 2021   09:27 Diperbarui: 12 November 2021   09:41 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lyfe. Sumber ilustrasi: FREEPIK/8photo

Sebuah Tulisan Lama....

Sebenernya udah lama kepikiran untuk share soal ini tapi baru kepikiran lagi setelah saya lihat cuplikan re-run film "At The First Sight", yang dibintangi Val Kilmer dan duhh....ceweknya siapa ya? Lupa deh. Film taun 80an tapi cukup inspiring lah buat saya (Saya? Kok parameternya saya....emang sape loe??? Hehehe)

Jadi, ceritanya begini.... Once upon a time.....(emangnya fairy tale?)

To the point aja ya, si Ce dan Val itu adalah a couple. Cuma sayangnya, Val adalah seorang tunanetra. Si Ce, secara ingin membuat hidup Val lebih baik, layaknya orang normal, maka si Ce mendorong Val untuk melakukan operasi mata. Awalnya Val gak mau, namun karena dorongan si Ce, maka Val mau.

Alkisah, operasi berjalan lancar, Val pun bisa melihat.
Bereskah semuanya? Dan bahagiakah mereka?

Ternyata, inilah awal dari banyak masalah. Val yang terbiasa buta dan mengandalkan indera peraba, jadi shocked karena menjumpai banyaknya hal asing. Dalam keadaan tunanetra, Val bisa membedakan mana apel, anggur, kursi dengan indera peraba dan penciumannya. Bahkan ia bisa merasakan akan turun hujan dari desir angin yang berhembus.

Dengan matanya yang sempurna, Val menjadi merasa tersiksa, ia tak berhasil beradaptasi. Ia bingung mana apel, mana anggur, sehingga ketika sedang berkumpul dengan orang yang tak mengetahui keadaannya sebelumnya, Val menjadi terasing. Ia merasa menjadi the outsider karena meski mendengar dan melihat apa yang dibicarakan orang yang di sekitarnya, namun ia tak bisa menemukan koneksi diantaranya. Bahkan seringkali Val menjadi sumber terjadinya hectic. Ia sulit mengingat nama-nama benda yang dilihatnya, meski hanya benda sepele, misalnya perabot rumah, etc. Val kemudian menjadi frustasi dengan 'kesempurnaan'-nya dan berharap matanya kembali seperti semula.

Dari film tersebut saya bisa belajar bahwa kesempurnaan belum tentu menjadikan segalanya lebih baik. Kita, sebagai manusia biasa dan tidak dianugerahi kesempurnaan seringkali berangan-angan "Andai saja aku kaya, pintar, cantik....bla...bla....". Namun tidak menyadari bahwa kesempurnaan mungkin hanya akan membawa kita kepada kemudharatan.

Kalau kita kaya, mungkin kita tidak akan menghargai arti sebuah perjuangan dan kerja keras. Kalau kita cantik, mungkin kita akan akan mengeksploitasi kecantikan tersebut. Kalau kita pintar, kita mungkin tidak menghargai orang lain.

Jadi orang kaya, itu bagus. Jadi orang pintar itu bagus (dan bisa minum 'tolak angin' hehehe). Jadi orang cantik/ganteng itu juga bagus. Namun yang paling penting adalah jadi orang baik, karena jadi orang baik berarti menghargai orang lain bagaimanapun keadaan mereka dan selalu bersikap positif.

Kita selalu, selalu dan selalu (wuihhh...ala Bunda Hetty!) mengeluhkan apa yang kita tidak miliki....Coba kalo punya karir bagus, coba kalo punya pasangan oke, coba kalo punya ini punya itu.... Kita selalu sibuk menghitung hal-hal yang tidak kita miliki dan melupakan hal yang kita miliki.

Pernahkan kita berpikir (pernah dong) bahwa ketidaksempurnaan yang kita miliki agar kita selalu tawadhu, bahwa kita hanyalah manusia biasa. Apabila kita merasa memiliki segalanya bukankah sangat rentan dengan takabur? Kita merasa bisa mengendalikan segalanya dan menjadikan kita tidak menghargai orang lain, dan lebih hancur lagi, kita jauh dari-NYA.

Dengan ketidaksempurnaan, kita akan selalu, selalu dan selalu datang kepada-NYA, memohon agar diberikan kemudahan dan diberikan segalanya. Bukankah hidup ini sejatinya untuk mencari ridho Allah?

Jadi, apapun yang Allah berikan, that's the best you can just go on with! Setiap masalah yang kita hadapi pasti ada solusinya, itu sudah satu paket. So, stay cool! Jangan khawatir tidak bisa menyelesaikan masalah, karena ketika kita tidak berdaya menghadapi masalah, maka itu berarti sudah waktunya kita menghadap-NYA dan itu pasti, kita akan dibebaskan dari segala masalah (duniawi). Tapi bukan berarti kita melegitimasi harakiri/suicide ya! Bukan, bukan itu maksudnya. Maksudnya, selama hayat dikandung badan, ketika ditimpa masalah, teruslah mencari solusinya karena solusi itu pasti ada. Solusi tidak berarti akan langsung terbebas dari masalah tapi at least bisa mengatasi situasi yang gawat, untuk tetap waras dan istiqomah.

Duh, gampangnya bersuara! Tidak bermaksud menggurui, sekadar share, saling berbagi hikmah kehidupan, begitu kata Selly, salah satu sahabat saya. Dengannya kami sering berbagi kisah hidup dan saya sangat kagum dengan karakternya yang 'stay cool and very easy going'. Kata Selly, "Jangan pernah khawatir, semuanya udah diatur sama Allah, kita tinggal ngejalanin dengan tetap bersikap tawakkal dan istiqomah aja!". Sippp.....I agree!

Semoga ketidaksempurnaan saya dalam sharing kali ini tidak membawa kemudharatan untuk yang membaca, sebaliknya kita saling koreksi dan saling mengingatkan agar tetap istiqomah dan berguna bagi sesama, amien.....

Jadi, kesempurnaan hanya milik Allah. Hanya Allah-lah yang mampu mengelola kesempurnaan menjadi sesuatu yang rahmatan lil a'lamin. Wallahualam bishawab. 

Cirebon, 5 Desember 2008

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun