Mohon tunggu...
Rina Hasan
Rina Hasan Mohon Tunggu... profesional -

Terjaga dan ingin menulis lagi

Selanjutnya

Tutup

Politik

KPK Vs Polisi Via Moncik Badasi Amin Ambo (part- 1)

11 Oktober 2012   17:09 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:55 690
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ingat kisruh KPK Versus Polisi baru-baru ini, mengingatkan saya akan lagu Ocu(daerah Kampar) yang berjudul: Moncik Badasi. Lagu ini dinyanyikan oleh penyanyi local Kampar Amin Ambo. Walau tidak membahas kelembagaan KPK (karena saat lagu ini diciptakan KPK sepertinya belum ada) namun lagi ini membahas keprihatinan seorang seniman Kampar soal korupsi di negeri ini. Saya akan membahasnya dalam tiga tulisan, dan bagian pertama saya akan menuliskan lirik lagu “Moncik badasi /Tikus berdasi ‘ ini dalam versi bahasa Ocu dan bahasa Indonesia, sehingga bisa memahaminya dengan lebih mudah.

MONCIK BADASI

(versi Bahasa OCU)

Cubo tengok dek acu, paghangai ughang kini,

Ado  pulo Cu moncik badasi
Inyo masuok lemari, sambil mangowuok piti
Piti rakyat inyo gasak towi

Dana kompensasi untuok ughang musikin
Tapi Ughang kayo nan basoki
Kojo moncik badasi, Inyo mambuek korupsi
Padahal gajinyo nayok towi

Kalau  datanglah kuciong, namonyo pak polisi
Moncik dikughuong gak tigo ayi
Kecek kuciong  polisi, dokek moncik badasi
Kok lai omuo babagi  wang bebas towi

Reff:
Kok condo ko kojonya, pemimpin Indonesia
patutlah naghoyiko dihampai musibah
Pamimpin jadi Moncik, Polisi jadi kuciong
Lamo lamo rakyatnyo jadi kambiong

Cubo tengok dek Acu, Apo puangai kambiong
Halal haramnyo inyo ndak paduli
Tutio dek banyak kini, parampok jo pamalioong
Karena pemimpinnyo korupsi

Apak hakim mahukum indak lomak caronyo
Ado pulo keadilan baboli
Ninik mamak dikampoung, Kojo manjue soko
Sampai kemenakannyo gigik jayi

Siapo nan mandongau, Lagu nan den Logukan
Ijan  tasingguong ijanla bongi
Iko haanyalah untuok sebagai hiburan
Kalau salah mookaanlah kami

Indak sodo condo  tu… Pemimpin Indonesia
Ado juo Nan membantu kek kami
Ado karidit lunak tuok mambayunyo payah
Dek ogo minyak malambuong towi

Siapapun ughangnyo pemimpin Naghoyiko
Kalau ndakjujur tangggung la doso
Tobatnya ndak batemo, dek korupsi sangajo
Diakhiratkan masuok narako, Jan diaghokkan masuok sarugo

Versi bahasa Indonesianya, kira-kira begini:

TIKUS BERDASI

(versi Bahasa Indonesia )

Cobalah tengok ya abang, perilaku orang saat ini

ado  pulo Cu moncik badasi
Dia masuk lemari, sambil mengambil duit

Duit rakyat yang selalu diambilnya

Dana kompensasi untuk orang miskin
Tapi Orang kaya yang malah mendapatkan
Kerjanya tikus berdasi itu selalu melakukan korupsi

Padahal gajinya selalu dinaikkan

Lalu datanglah Kucing, bernama Pak Polisi
Tikuspun dikurung selama tiga hari
kata Kucing Polisi, kepada Tikus berdasi

Kalau mau berbagi, kamu akan selalu bebas

Reff:
Kalaulah begini kerjanya pemimpin Indonesia
Patutlah negeri ini dihantam musibah

Pemimpinnya jadi tikus, Polisinya jadi kucing
Lama kelamaan rakyatnyapun jadi Kambing

Cobalah Abang perhatikan, Bagaimana kelakuan Kambing
Halal haram Kambing tidak perduli
Itu sebabnya sekarang banyak perampok dan maling
Karena pemimpinnya korupsi

Bapak hakim menghukum caranya juga tidak baik
Keadilan bisa dibeli
Pemuka masyarakat di Kampung, menjual negeri

Masyarakat hanya bisa gigit jari
Siapapun yang mendengar lagu ini
Jangan tersinggung dan jangan marah

Lagu ini hanyalah sebagai suatu hiburan Kalau salah maafkan kami ya

Memang tidak semua pemimpin Indonesia yang begitu

Ada juga yang baik kepada rakyatnya

Ada kredit lunak untuk rakyat, tapi melunasinya yang susah

Karena harga minyak melambung tinggi

Siapapun orangnya, yang memimpin negeri ini

Kalau tak jujur maka akan berdosa

Tobatnya tidak akan diterima, karena sengaja korupsi

Diakhirat akan masuk neraka dan jangan harapkan masuk surga

********

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun