Mohon tunggu...
rinadebora pasaribu
rinadebora pasaribu Mohon Tunggu... lainnya -

Cry a lot, laugh a lot. Dream a lot, struggle a lot

Selanjutnya

Tutup

Nature

Nyatakan Cinta dengan Sedotan

22 Agustus 2010   11:40 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:48 304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Siapa tak tahu sedotan?

Siapa tak pernah menggunakannnya?

Pernah menghitung berapa jumlah sedotan yang kita pergunakan setiap hari atau minggu?

Pernah berpikir berapa jumlah penduduk bumi yang menggunakan sedotan setiap harinya?

Pernah membayangkan betapa beratnya beban bumi menanggung beban sedotan kita?

Memang sedotan itu hanyalah plastik tipis tampaknya terlalu ringkih untuk membebani bumi kita. Tapi jangan lupa sedotan yang berwarna warni itu tetaplah plastik, dan bumi membutuhkan ratusan tahun untuk menguraikannya. Apalagi jika sedotan plastik yang ringkih itu dikalikan dengan jumlah penduduk bumi yang menggunakannya.

Sedari awal saya berkomitmen untuk tidak mencintai bumi ini secara ekstrim. Karena ekstrim itu menakutkan, sulit, dan tidak berduplikasi. Karenanya melalui tulisan ini saya juga tidak ingin menganjurkan untuk “katakan tidak pada sedotan”. Tidak. Saya ingin mengajak kita semua mewujudkan kecintaan kita pada bumi, yang cuma satu-satunya planet yang bisa dihuni oleh kita, oleh anak cucu kita, dengan PENGURANGAN penggunaan sedotan.

Sedotan biasanya dipergunakan ketika kita akan meminum minuman dingin, baik di rumah atau pun di warung dan restoran. Minuman panas atau hangat biasanya tidak, karena kita akan “merebus” kerongkongan kita dengan minuman tersebut dan memasukkan lelehan plastik ke tubuh kita, jika menggunakan sedotan untuk minum minuman panas.

Biasanya jika kita membeli minuman panas atau hangat, pemilik warung atau restoran tidak akan mau repot-repot memikirkan kita membeli minuman dingin atau panas. Biasanya apapun minumannya, sedotan tak ketinggalan disajikan. Dan bisa ditebak, sedotan itu pasti tak lama sudah berubah bentuk di tangan kita, karena memang kita tidak punya ide sedotan itu akan diapakan. Nah, peristiwa itu sudah menambah jumlah sampah plastik di bumi ini.

Maukah kita, mulai membiasakan, jika membeli minuman panas atau hangat, berpesan pada pelayan warung atau restoran, “tidak usah pakai sedotan yah”??

Atau jika ternyata (karena sudah terbiasa) sedotan itu datang bersamaan dengan minuman hangat kita, maukah kita sedikit lebih berusaha mengembalikannya kepada pelayan warung atau restoran tersebut?? Toh kita tidak membutuhkannya dan cenderung untuk membuat sedotan itu menjadi sampah plastik lebih cepat.

Sedotan yang sudah ditemukan ratusan tahun lalu pastilah punya fungsi. Salah satunya adalah membantu menghindarkan gigi kita kontak langsung dengan minuman bersoda yang konon berbahaya jika kontak langsung gigi. Jadi penggunaan sedotan dimaksudkan untuk menghindari hal ini. Jika memang demikian, yah monggo silahkan pergunakan sedotan. Tapi satu saja yah. Karena saya suka gemas sendiri kalau melihat orang pakai sedotan kok yah langsung 2. Lah mulut kan ada 1, kenapa pakai sedotan harus 2?

Penggunaan sedotan juga biasanya diperlukan saat meminum minuman dingin yang puncaknya itu es. Kan tidak enak ketika akan menyeruput minuman eh langsung ketemu es. Sedotan juga biasanya dipergunakan untuk meminum jus yang kental agar terasa lebih mudah meminumnya. Selain itu, meminum minuman botol juga biasanya pakai sedotan. Karena selain mulut botol yang sering berdebu dan terkadang karatan jadi lebih amannya memakai sedotan. Untuk minuman seperti ini, mari kita pergunakan sedotan, tapi jangan sampai pakai 2 sedotan yah…

Tapi bagaimana dengan minuman dingin lainnya? Jus jeruk, es teh, minuman kaleng?? Dan yang lainnya. Perlukah kita memakai sedotan? Saya rasanya tidak perlu tuh. Maukah kita mulai sekarang jika meminum minuman seperti ini mengatakan pada si pelayan warung atau restoran, “Terima kasih, tapi saya tidak butuh sedotan untuk minuman ini”??, kemudian mengembalikan sedotan tersebut.

Di beberapa warung dan restoran, biasanya sedotan sudah langsung tersedia di meja dan tidak disesuaikan dengan jenis minuman yang kita pesan. Jika demikian adanya, maukah kita menggunakan sedotan itu semestinya dan mendisiplinkan tangan kita untuk tidan mengambil sedotan itu untuk sesuatu yang tidak perlu??

Intinya adalah PENGURANGAN.

Mau sedikit berpikir lebih jauh apakah memang kita membutuhkan sedotan ketika meminum sesuatu atau tidak.

Jika memanng tidak butuh yang megaapa harus memakai sedotan? Jika memang butuh, yuk kita menggunakan dengan sepatutnya (saya sangat senang banyak pengerajin yang sudah mulai menggunakan sedotan sebagai bahan kerajinan tangan, bahkan ada gaun pengantin yang terbuat dari sedotan).

Saya baru saja berkomitmen untuk secara pribadi mengurangi penggunaan sedotan.

Maukah anda, yang entah bagaimana akhirnya membaca tulisan ini atau tulisan lain yang menyerukan hal serupa, juga berkomitmen untuk melakukan pengurangan penggunaan sedotan??

Pengurangan sedotan ini tidak akan berdampak jika hanya saya saja yang melakukannya.

Bayangkan, jika kita semua, mau melakukannya! WOW!!

Maukah??

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun