Mohon tunggu...
Rina Natalia
Rina Natalia Mohon Tunggu... Freelancer - -corin-

i juz an ex. Accountant with big luv on Writing and Singing. enjoy being a Marketing in the recent years 😉

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menikah Tanpa Keturunan (Childfree) dalam Sudut Pandang Gereja Katolik

20 Maret 2024   10:00 Diperbarui: 20 Maret 2024   10:03 1446
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: dokumentasi pribadi

Karenanya, Gereja Katolik berharap masing-masing pasangan yang sudah menikah tetap terbuka bagi prokreasi (kelahiran anak). Ada sebuah ungkapan yang menyentuh hati yang disampaikan dalam seminar ini: “Saat pasangan melakukan hubungan suami istri, itu bukanlah sekedar permainan. Tetapi sesungguhnya adalah saat yang suci dan kudus dimana TUHAN menciptakan seorang manusia baru.” :)

sumber gambar: dokumentasi pribadi
sumber gambar: dokumentasi pribadi

Beberapa poin dalam sesi tanya jawab yang menarik dan sempat saya catat:

1. Tanya: Seorang nenek usia 50an yang akan dititipi anaknya yang sudah jadi ibu muda untuk membantu mengurus cucu, tapi nenek tersebut tidak mau direpotin. Apakah ini bisa disebut childfree?

    Jawab:

  • Jika itu terjadi, yang salah sebenarnya adalah si nenek karena dia tidak bisa mendidik anaknya untuk menjadi ibu yang bertanggung jawab dalam membesarkan dan mengurus anaknya dengan baik
  • Perlu adanya komunikasi antara si nenek dan anaknya (ibu). Jangan sampai juga si nenek sama sekali tidak mau dan tidak kenal dengan cucunya sendiri. Bagaimanapun tetap penting untuk memupuk jiwa keibuan dan kenenekan dalam setiap moment tumbuh kembang anak (bisa dibuat semacam kesepakatan bersama dalam mengurus anak/cucu

screenshot-20240318-204030-instagram-65f9c0f9de948f5b214e8aa3.jpg
screenshot-20240318-204030-instagram-65f9c0f9de948f5b214e8aa3.jpg
Sumber gambar: IG @penerbit_karmelindo

2. Tanya: Jika ada orang (wanita) yang tidak suka dengan anak-anak (anak kecil) karena merasa repot dan ribet, lalu memilih untuk tidak ingin punya anak karena merasa tidak bisa mengurusnya. Lalu seiring waktu, orang tersebut menikah di usia yang cukup beresiko untuk punya anak (40 tahun ke atas). Jika dipaksakan untuk melahirkan sih bisa saja, tapi yang bersangkutan tidak mau. Bagaimana dengan case seperti ini apakah bisa dibenarkan sebagai childfree dan bagaimana Gereja Katolik menyikapinya?

   Jawab:

  • Rasa suka/tidak suka pada sesuatu termasuk pada anak kecil harus ada faktor penyebab yang mendasarinya. Pernahkah kita berpikir, “Bagaimana kita dulu saat menjadi anak kecil? Jika ada orang yang tidak suka akan kasihan sekali nasibnya
  • TUHAN YESUS dalam Alkitab diceritakan menyukai dan mengundang anak-anak datang kepadaNYA dan itu dipandang baik :)
  • Jangan membiarkan perasaan-perasaan yang keliru berkembang dalam sikap egois dan dangkal. Karena dalam hidup kita perlu banyak belajar dan menyesuaikan diri
  • Jika karena faktor usia dan resiko melahirkan mengancam/membahayakan kesehatan, semua kembali pada pilihan orang tersebut untuk childfree atau childless?! Dan Gereja Katolik tidak akan ngejudge

3. Tanya: Apakah keputusan seseorang untuk childfree dapat dikategorikan sebagai dosa berat? Dan bagaimana sikap Gereja Katolik terhadap hal ini?

    Jawab:

  • Dosa/tidak, Gereja Katolik tidak berhak menentukannya karena itu sepenuhnya adalah Hak ALLAH yang memberi hidup. Dan keputusan-keputusan yang dibuat oleh manusia semestinya dengan mempertimbangkan “suara hati” (suara TUHAN yang pasti baik, suara Setan yang biasanya jahat/buruk dan suara kita sendiri yang bisa baik atau buruk)
  • Selalu ingat bahwa apapun yang manusia perbuat, termasuk keputusan childfree atau tidak, dll...pada akhirnya nanti masing-masing akan dimintai pertanggung jawaban di hadapan TUHAN (saat kematian kita)

20240316-194027-65f9c1fb14709310db764142.jpg
20240316-194027-65f9c1fb14709310db764142.jpg
sumber gambar: dokumentasi pribadi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun