Mohon tunggu...
Rina Natalia
Rina Natalia Mohon Tunggu... Freelancer - -corin-

i juz an ex. Accountant with big luv on Writing and Singing. enjoy being a Marketing in the recent years 😉

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Catatan Akhir Tahun 2021 (Still Pandemic Year)

30 Desember 2021   23:30 Diperbarui: 31 Desember 2021   19:59 714
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: FB Helen Barry, FB Dark Secrets dan dokumentasi pribadi

Sempat ada rasa enggan ketika ingin menulis "Catatan Akhir Tahun 2021" ini. Mirip dengan tahun lalu, apa yang mau ditulis atau dishare? Rasanya nothing special. Tahun ini, pandemi Covid-19 itu masih ada (dan mungkin akan tetap ada...), ditambah suasana mendung dan hujan di penghujung tahun yang sedikit banyak mempengaruhi suasana hati.

Tapi toh akhirnya hatiku memilih untuk tetap menulis saja. Menulis udah seperti "healing...obat jiwa" yang bikin happy. Walau tidak panjang kata, minimal bisa menjadi refleksi pribadi untuk menjadi lebih baik ke depannya :)

Tahun ini masih slow, smooth and stuck untuk pekerjaanku di property. Ada masa up and down juga, tapi belum bisa dibilang normal seperti sebelum pandemi. Ada rasa stress, cemas dan galau saat menjalaninya. Tapi aku sebisa mungkin memilih dan mencoba positif think aja. Sambil mengingat-ingat bahwa pekerjaan ini telah menghidupiku, cukup aku nikmati hasilnya selama ini. Pandemi memang membawa dampak signifikan, tapi bukan berarti nggak bisa pulih lagi. Semua hanya soal waktu, semua ada waktuNYA. Pemikiran ini yang membuatku tetap semangat dan optimis :D

Kadang terbesit juga sih untuk kerja kantoran lagi. Tapi dipikir-pikir aku bukan orang yang suka terikat waktu dan tempat, nggak betah, belum nanti kalo ketemu bos yang nyebelin, trus cewek pula...wah bisa perang dunia, bisa terulang lagi masa-masa yang sudah kutinggalkan 7 tahunan ini. Mungkin kalo cuma temporary masih kupertimbangkan ya hehehe...

Dan nyatanya tawaran kerja kantoran itu ada juga untukku di pertengahan tahun ini. Dari kantor lama di Malang, kantor terakhir sebelum aku pindah ke Jakarta kala itu. Temanku yang kepala cabang disitu menawari temporary job finance accounting max. 6 bulan, karena ternyata dia mau cut 2 karyawannya, kinerja dan attitude mereka kurang baik. Nah trus sambil cari karyawan baru, dia mau hire aku untuk bantu kerjaan disitu. Awalnya aku pikir boleh juga sih apalagi Sabtu libur ya lumayan. Tapi seiring waktu berjalan, aku mulai mempertimbangkan lagi. Urusan ngecut karyawan itu nggak bisa asal juga. Aku juga sadar diri dengan kapasitasku dan efek jangka panjang buat karyawan disana, juga buat temanku. Nggak selalu enak kerja bareng teman sendiri, apalagi beda posisi. Trus aku juga pasti banyak lupa, karena lama nggak kerja kantoran :P

Dan begitulah, realitanya ternyata ribet dan panjang kasus 2 karyawannya ini. Temanku juga belum bisa memutuskan. Aku paham sih dan aku rasa nggak perlu menunggu lagi. Udah lewat juga sebenarnya masa-masa "drama kantoran" begini...

Tidak bisa dipungkiri, kondisi pekerjaanku yang tidak menentu karena pandemi tentu berdampak  juga pada kondisi financial. Bersyukur ada tabungan, tapi karena diambil mulu jumlahnya pasti makin menipis dong. Aku pusing sebenarnya tapi di sisi lain berusaha tetap happy:)  Bisa begini mungkin karena aku punya keluarga: Mami dan adik-adikku yang selalu support ya. Dan pastinya punya TUHAN yang luar biasa! Dalam situasi sulit ini, TUHAN menjaga dan memelihara kami sekeluarga dengan Kasih, Berkat dan JalanNYA yang sungguh tak terduga...

Singkat cerita, di bulan Agustus ada asset peninggalan keluarga alm. Papi di luar kota yang akhirnya laku, deal, dibeli oleh tetangga setempat. Proses transaksinya diurus semua oleh saudara sepupu dengan surat kuasa yang kami tanda tangani bersama. Hasil penjualan asset ini juga kami bagi sesuai kesepakatan. Dan aku merasa TUHAN sungguh memudahkan semua urusan...semua lancar, damai, nyaris tanpa hambatan yang berarti. TUHAN memberi apa yang kami butuhkan, sangat bermanfaat. Terima kasih TUHAN!

Ternyata Berkat TUHAN tidak cukup sampai disitu. Suatu pagi di pertengahan bulan November itu, aku ingat banget...aku terbangun gara-gara mendengar suara bel rumah berbunyi. Mami yang bukain pintu, ada bapak-bapak tetangga rumah dan dia bilang mau melunasi hutang. Jadi ceritanya, istrinya memang pernah pinjam uang dan perhiasan ke Mami di tahun 1996, lalu nggak dibayar-bayar lagi. Tiap kali ditagih selalu ada aja alasan untuk menghindar, sampai kami bosan, sampai kami lupa dan...belajar mengikhlaskannya. Siapa sangka setelah 25 tahun berlalu urusan hutang piutang ini akan diselesaikan:) Dan benar saja, sore hari si bapak ke rumah lagi dengan anaknya, dia bawa uang tunai untuk pelunasan! Secara nominal kalo dikonversi sekarang pastinya tidak sesuai ya, tapi kami sangat menghargai itikad baiknya untuk menyelesaikan urusan ini. Si bapak ini bilang ingin hidupnya tenang dan jangan sampai kelak mati ninggalin beban hutang. Sore itu rasanya masih kayak mimpi, kayak dapat “durian runtuh”. Terima kasih lagi, TUHAN! Uang itu besar sekali artinya bagi kami:)

Di tahun ini untuk urusan writing, aku mencoba untuk membuat book review. Ini salah satu cara yang aku sengaja dan mungkin memaksa diri sendiri juga ya untuk keep on writing, biar nggak mati ide. Dan buku yang aku review adalah Novel “Jodoh Tepat Waktu” karangan Wulan Darmanto. Buku ini terbit di tahun 2019 dan aku memang baru sempat beli dan baca sekitar September-Oktober 2021. Selengkapnya bisa dibaca di postinganku di Kompasiana.

Aku sempat menghubungi pengarangnya, Mbak Wulan via FB messenger dan ternyata dibalas. ‘Wow terima kasih banyak untuk reviewnya ya. Sangat berarti buat saya’ begitu katanya. Aku senang deh, komunikasi kami pun sempat berlanjut dalam beberapa kali chat :D Dia banyak memberi informasi tentang kondisi dunia penerbitan yang lesu di masa pandemi ini. Banyak toko buku yang permanent/temporary closed, banyak penerbit yang stop dulu menerima naskah, termasuk Kini Media yang menerbitkan novelnya. Dia malah memberi referensi salah satu penerbit yang lagi cari naskah fiksi, dan ternyata masih dalam grupnya Gramedia. Hohoho...menembus penerbit sebesar Gramedia adalah cita-citaku dari dulu dan itu tidak mudah :O :D

Tahun 2020 aku memasukkan naskah novelku ke Gramedia melalui DPS (Digital Publishing System), setelah di tahun 2019 memasukkan ke penerbit lain tapi nggak juga ada kabar kelanjutannya. Sebenarnya novel ini masih terbit secara self publishing di tahun 2015 melalui salah satu penerbit indie,  aku bermaksud menariknya. Aku revisi total khususnya di bab-bab terakhir dan berjuang menembus penerbit mayor. Tujuanku supaya lebih berkembang dan bisa dijual bebas di toko-toko buku. Setelah menunggu cukup lama, di pertengahan bulan November itu aku konfirmasi semua menanyakan kelanjutan naskahku gimana. Dan ternyata 2 penerbit  besar ini sama-sama menolak, alasannya belum sesuai dengan kriteria dan kebutuhan mereka. Di sisi lain mereka juga overload karena naskah yang masuk tuh ribuan, sementara team redaksinya terbatas.

Aku tidak patah semangat, udah biasa ditolak-tolak begini karena memang setiap penerbit punya kriteria masing-masing. Ditolak satu, cari yang lain dan itu yang aku lakukan. Mungkin aku ini terkesan ngotot banget ya. Aku hanya merasa yakin saja karena di luaran sana banyak banget novel-novel yang isinya nggak bagus-bagus amat (maaf aku sebut picisan), tapi bisa terbit lewat penerbit yang sudah punya nama. Sementara kalo aku boleh bandingkan kok masih bagusan aku punya ya hehehe... Dan setelah aku googling, aku menemukan penerbit lain yang masih mau menerima naskah di masa pandemi ini. Aku revisi ulang karena ternyata masih banyak typo juga, lalu aku kirimkan:)  Proses seleksi maksimal 6 bulan katanya...semoga kali ini bisa lolos dan diterbitkan ya. Amin!

Hmm...tahun ini memang mengajarkan kita untuk bersabar sekali lagi. Tahun lalu udah sulit, tahun ini nggak jauh beda...nggak lebih mudah juga. Terlebih ketika gelombang ke-2 Covid-19 melanda Indonesia di bulan Juni-Juli lalu. Keadaannya mirip dengan India beberapa waktu sebelumnya. Banyak yang terpapar, banyak yang harus berpulang juga dan itu bisa siapa aja mulai dari family, tetangga, teman-teman, pemuka agama, pejabat, artis, public figure, dll. Di rumah sakit pasien antre opname dan mendadak oksigen menjadi barang langka yang mahal. Ambulans lewat di jalan-jalan dengan raungan sirinenya yang menimbulkan kengerian tersendiri. Berita duka kematian sudah seperti makanan sehari-hari. Belum lagi di pemakaman dan krematorium jenazah pun antre lagi. Petugasnya kelelahan, dari pagi sampai pagi lagi...kasihan:( Long term battle yang menyisakan duka dan kesedihan mendalam, mesti jaga kondisi fisik dan terutama mental. Kalo nggak kuat bisa stress, bisa gila juga dalam arti yang sesungguhnya :O

Lalu kebijakan PPKM diberlakukan. Cukup ketat dibandingkan dengan PSBB di tahun lalu. Juga program vaksinasi yang sudah dimulai dari Januari 2021 masih terus berjalan. Bersyukur aku sudah vaksin lengkap 2x, dapat Astrazeneca, tanpa gangguan atau efek samping yang mengganggu:) Pelan tapi pasti kurva penyebaran Covid-19 juga melandai.  Sekitar bulan September situasi berangsur-angsur normal, banyak zona kuning dan hijau. Lalu PTM untuk sekolah/kampus mulai dibuka kembali, karyawan yang tadinya WFH bisa WFO dengan tetap menerapkan prokes ketat. Jalanan pun kembali ramai dan macet, menandakan roda perekonomian kembali bergerak. Pemerintah Indonesia dinilai cukup berhasil menerapkan PPKM. Namun pandemi belum usai karena menjelang akhir tahun dikhawatirkan gelombang ke-3 Covid-19 kembali melanda. Apalagi setelah ditemukan varian virus baru Omicron dan sudah masuk ke Indonesia :O Hmm...varian Delta aja belum tuntas, ini varian lain lagi yang diclaim lebih cepat bermutasi. Dan memang begitulah pandemi ini...

Pandemi ini membuyarkan begitu banyak hal dalam hidup. Aku bahkan udah nggak berani merencanakan traveling. Walau sebenarnya pengen sekaleee...at least ke Jakarta dan Bandung deh...Apalagi ke luar negeri ya, hanya tinggal mimpi! Pasporku yang expired di bulan April 2021 lalu juga belum aku perpanjang lagi. Percuma juga mau kemana karena hampir semua negara di dunia ini juga masih tutup border. Berani traveling di masa pandemi berarti harus berani keluar duit lebih :O

Urusan ibadah pun juga berubah. Terakhir kali aku ikut misa offline di gereja kalo nggak salah pas Minggu Palma. Setelah itu gereja sempat temporary closed dan ketika dibuka kembali, akunya udah kadung PW misa online dari rumah aja :D Lama-lama aku merasa kok malah lebih konsen ya terutama untuk kotbah Romo lebih bisa masuk dan bahkan sesekali aku catat. Sementara kalo di gereja nggak mungkin lah bisa nyatat apalagi kalo datangnya telat trus duduk di belakang/luar, nggak dengar suara Romonya. Trus kalo ketemu teman atau kenalan dan duduk di kanan kiri kita, otomatis pasti ngobrol hehehe...

Kebiasaan lain yang hilang karena pandemi ini adalah ngemall. Mall bahkan sempat temporary closed dan ketika dibuka kembali prokesnya makin ketat. Wajib vaksin dan scan aplikasi pedulilindungi. So far, aku masih bisa tahan diri nggak ngemall. Mau lihat apa juga, sudah beda kondisinya dan nggak bisa lama-lama. Hmm...padahal dulu sebelum pandemi aku betah ngemall, apalagi kalo Christmas Seasons biasanya dekorasi mall bagus buat foto-foto.

Aku juga merasa makin kuper sejak pandemi. Nggak ada cerita hangout, makan atau nongkrong di cafe ama teman-teman. Palingan ama keluarga sendiri aja, masih ada sesekali. Tapi menjelang Natal ternyata semesta menghendaki aku untuk meet up with friends :D Singkat cerita, ketemu lagi ber-4 ama my bestie...school mates, setelah terakhir di tahun 2017 lalu. Rasanya sungguh sesuatu banget bisa ketemu di masa pandemi, menjelang Natal dan cuaca hujan pula. Tapi pastinya kami bahagiaaa :D Thanks GOD!

Ulang tahunku yang ke-42 di tahun ini simple aja. Hujan deras dan angin kencang di hari itu. Mau keluar rumah nggak jadi, akhirnya delivery order dan makan bareng di rumah ber-3: aku, Mami dan adikku Happy. Bersyukur bisa sampai di usia ini. Yang penting sehat, semangat dan bahagia. Amin! Besoknya hari Natal, mirip tahun lalu nggak ada cerita ke gereja untuk misa offline, online pun juga nggak tahu jadwalnya. Jadi ya diisi dengan mengantar Mami ada keperluan di daerah Blimbing, lalu pulangnya kami makan di Hokben S. Hatta:) Di rumah masih sempat nonton TV. Ada acara "Natal Bersama Kardinal" di Metro TV, dengan pesan Natal 2021 adalah: Cinta Kasih KRISTUS Menggerakkan Persaudaraan. Juga di TVRI ada acara lagu-lagu Natal. Very nice...Feel blessed!

Banyak ucapan dan doa yang aku terima di 2 special day ini pastinya. Menyenangkan sekaligus bisa menilai juga mana yang beneran tulus dan cuma basa basi. Jujur ya, aku paling sebel kalo cuma dikirimi sticker WA. Kesannya nggak mau repot dan kurang menghargai. Apa susahnya sih ngetik dan bilang ‘Selamat Natal’ gitu aja?! Tapi sebenarnya dari sekian banyak itu, ada 2 yang rada-rada hehehe...

  • Dari seorang rekan Muslim (maaf harus aku sebutkan agamanya)

           Dear saudara/saudariku semua :  Saat ini walaupun aku tidak mengucapkan sepatah kata apapun di hari istimewa mu bukan  berarti                   aku tidak sayang dan mencintai mu. Persahabatan dan silaturrahim akan tetap selalu terjalin. I 😠you all

Aku merasa aneh aja bacanya, geje :O Mbok ya kalo memang nggak mau ngucapin mending diam deh. Daripada kirim dengan kata-kata begitu. Itu bukan bentuk toleransi, tapi justru semakin menunjukkan betapa cetheknya pemahaman hidup beragama. Sorry to say...maaf dan salam damai aja...

  • Dari sebuah nomor WA yang familiar tapi siapa ya? Dia kirim ucapan lewat video dan sticker. Aku balas, say thank you dan bertanya. Lalu disebutlah sebuah nama: L***. Ohw...ohw....ternyata salah satu anggota genk kampret, yang sudah kompakan mendiamkan, memblokir dan memusuhiku sejak tahun 2018 tanpa alasan jelas :O

Hmm...bagus juga usahanya memanfaatkan moment. Lalu aku balas dengan sticker tanpa bertanya-tanya lagi. Aku pemaaf, nggak dendam, tapi aku nggak mudah melupakan...jadi mending nggak usah berurusan lagi selamanya. Kalo punya itikad baik itu datanglah ke rumahku, kita duduk bareng dan selesaikan salah paham, saling memaafkan, selesai...Tapi yaa...kepercayanku sudah kadung luntur, never be the same again!

Ucapan dan doa yang paling kutunggu justru absen tahun ini. Dari si dia yang jauh di mata dekat di hati, someone somewhere...Tahun ini komunikasi kami memang tidak selancar tahun-tahun sebelumnya. Awal Oktober aku telpon dan WA no respons sampai sekarang, hmm...padahal nomornya aktif :O Dan biasanya betapapun dia "menghilang", bulan Desember dia selalu "ada"...setidaknya dalam 3 tahun terakhir ini. Tahun ini dalam 13 tahun pertemanan kami, entahlah...aku juga tidak berusaha cari tahu lagi, aku lelah...enough! Biarlah jika memang ini jalanNYA...jawabanNYA supaya aku tidak menunggu dan berharap lagi. Yaa...walau sebenarnya kami tidak pernah ada masalah, baik-baik aja. Tapi yang namanya kepastian itu perlu kan?!

Dan pada akhirnya keluarga adalah tempat terbaik untuk selalu kembali. Tempat dimana cinta dan doa selalu ada:) Tahun ini adikku Henny, suami dan Jojo, keponakan tercintaku baru datang ke Malang dari Surabaya sehari setelah Natal. Rumah langsung terasa ramai, fun and happy :D Jojo juga udah makin pintar aja di usianya 4,5 tahunan sekarang. Dia makin ceriwis, banyak cerita, udah bisa menulis, membaca dan berhitung dan yang aku paling salut adalah daya imajinasinya. Dia bisa ngajak aku main yang ngayal-ngayal gitu tapi terarah. Trus aku manut-manut aja hahaha...nggak bisa nolak sih ama gantengku ini. Padahal aku bukan pecinta anak kecil, yaa...ama dia aja yang bisa :P

Bersama keluarga juga menghitung hari menuju akhir tahun 2021 ini. Kami nggak ke tempat wisata sih, lebih banyak di rumah atau keluar makan lalu ngukur jalan, muter-muter gabut...sampe ke Batu dan Lawang juga hehehe...Di Lawang kami ke Highland Grill, yang menurutku good place, good food, good ambience (selengkapnya aku posting di FB dan google review). Anyway, menyenangkan!

Buat aku pribadi, tahun 2021 memang bukan tahun terbaikku. Tapi sehat selalu, waras, strong, survive dan banyak pelajaran hidup...adalah berkat TUHAN yang harus banyak disyukuri:) Terima kasih untuk semua yang telah memberi warna warni dalam hidupku sepanjang tahun ini. Mohon maaf jika aku ada salah kata dan perbuatan...

Tahun 2022 sudah di depan mata. Aku pribadi tidak berharap banyak, juga tidak membuat resolusi apapun. Let it flow aja, semoga pandemi menemukan ending yang terbaik menurut kehendakNYA. Dan kiranya tahun mendatang membawa segala kebaikan hidup untuk kita semua. Amin!

SELAMAT MENYAMBUT TAHUN BARU....HAPPY NEW YEAR 2022...TUHAN MENYERTAI SELALU :)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun