Hari Senin, aku berangkat kerja dengan kepala penat.
Hari Selasa masih cenat-cenut.
Hari Rabu makin cekot-cekot.
Hari Kamis, peredaran darah rasanya tersumbat, seperti mau sekarat.
Hari Jumat, aku sudah gak kuat, kuperiksakan diri ke faskes BPJS terdekat, ditangani oleh dokter Rahmat.
Seperti biasa, tensi darah diukur dulu oleh seorang perawat.
Ternyata tekanan darahku emang lagi meningkat.
Dokter Rahmat pun bertanya,
"Obatnya rutin diminum?"
"Iya dok!" jawabku.
"Makannya dijaga"?
"Iya dok!" jawabku lagi.
Dengan mengernyitkan kening seakan berpikir,
Sang dokter kembali bertanya,
"Lantas gejala awalnya gimana, kok bisa kumat?"
Aku pun mengernyitkan kening, ikut berpikir.
Tiba-tiba teringat kalau saat ini tanggal dua puluh empat,
dengan terkekeh aku menjawab,
 "Mungkin karena tanggal tua, dok! dompet sekarat, hehe."
Dengan tersenyum kecut, dokter berkata singkat, "Oo..."
sembari menuliskan sesuatu di secarik kertas, lalu berkata,
"ini resepnya, silakan pulang dan istirahat."
Di depan pintu bertuliskan "Exit"
Dengan penasaran, aku membaca resep tersebut,
"Tekanan Dana Rendah Berkorelasi Positif dengan Tekanan Darah Tinggi. Harap bersabar, ini ujian.  Cukup sekian, dan tunggu gajian."
Aku pun pulang dengan senyam-senyum, dan dompet mesam-mesem.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H