Kesiapan Indonesia Menghadapi RisikoÂ
Mau tidak mau, Indonesia harus bersiap dengan segala kemungkinan terburuk dari serangan nuklir. Jika terjadi kesalahan perhitungan, maka ada kemungkinan rudal yang diluncurkan berpotensi jatuh di wilayah Indonesia. Oleh karena itu, peran TNI menjadi sangat krusial dalam menjaga keselamatan negara, kata Octavian dalam seminar tersebut.Â
Saat ini, TNI telah membentuk Komando Pertahanan Udara Nasional dan menjalani pelatihan untuk menghadapi serangan udara konvensional. Namun, kewaspadaan terhadap ancaman rudal tetap menjadi prioritas.
Upaya untuk mengusung perdamaian sangat penting untuk mencegah skenario terburuk. Investasi yang telah dibangun selama ini bisa dengan sekejap hancur lebur. Dalam kasus serangan nuklir, waktu yang tersedia untuk berlindung hanya hitungan menit. Bencana nuklir akan memiliki dampak melampaui batas negara; terhadap manusia, lingkungan hidup, pembangunan sosial ekonomi, dan ekonomi global.
Menurut Akademi Ilmu Pengetahuan Nasional AS, pertukaran 10.000 Megaton hasil ledakan nuklir dapat menyebabkan hilangnya ozon di belahan bumi sebesar 30-70% yang akan meluas secara global dan memiliki dampak serius pada ekosistem darat dan perairan, dengan pemulihan yang memakan waktu bertahun-tahun.Â
Jumlah debu stratosfer yang dihasilkan akan menyerupai beban aerosol akibat letusan Gunung Krakatau tahun 1883. Asap dari ledakan nuklir akan menutupi awan setinggi 15 km diatas permukaan bumi, menghalangi sinar matahari, menyebabkan cuaca terlalu dingin, dan mengganggu produksi pangan sehingga mengancam ketahanan pangan serta kesehatan generasi saat ini dan masa mendatang.
Kesimpulan
Mengingat dampak yang sangat merusak dari perang nuklir, fokus utama seharusnya bukan kesiapan menghadapi perang, tetapi upaya untuk menenangkan situasi dan menciptakan perdamaian.Â
Membangun kesadaran akan risiko perlucutan program nuklir, serta mengatur mekanisme pelaporan dan pengawasan yang ketat adalah langkah yang sangat penting. Menghindari kesalahpahaman dan ketegangan geopolitik yang dapat memuncak menjadi konflik nuklir harus menjadi prioritas utama.
Tindak lanjut perjanjian damai permanen antara Korea Utara dan Korea Selatan, seperti yang diharapkan dari hasil pertemuan Panmunjom 27 April 2018, adalah kunci untuk menciptakan stabilitas jangka panjang di kawasan Semenanjung Korea.
Indonesia, dengan posisinya yang moderat dan komitmennya terhadap multilateralisme, dapat memainkan peran penting sebagai jembatan perdamaian di Semenanjung Korea.Â