Mohon tunggu...
Rina Bintang
Rina Bintang Mohon Tunggu... Lainnya - There's always something

Karyawati

Selanjutnya

Tutup

Home

Mencegah (Limbah) Lebih Baik daripada Teracuni

28 Januari 2024   19:00 Diperbarui: 28 Januari 2024   19:12 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : koleksi pribadi

Limbah organik  merupakan limbah yang berasal dari sisa mahkluk hidup dan dapat terurai di alam. Limbah organik biasanya berupa sisa makanan, ranting dan daun kering. Meskipun dapat terurai dengan sendirinya di alam, jenis sampah ini tetap perlu dikelola agar tidak menimbulkan bau dan menjadi sumber penyakit. Cara mudah untuk mengelola jenis limbah ini antara lain membuat lubang biopori atau mengelolanya menjadi eco-enzyme, pupuk dan pestisida alami.

Lubang biopori dibuat tegak lurus ke dalam tanah dengan diameter antara 10-30 cm dan kedalaman sekitar 1 meter. Agar tidak mengurangi estetika atau membahayakan, lubang biopori diberi tutup dengan beberapa lubang di atasnya agar ada sirkulasi udara di dalam lubang. Lubang biopori idealnya diisi dengan limbah organik dengan frekuensi lima hari sekali hingga penuh (mendekati tutup lubang). Selain mengurangi limbah organik, lubang biopori berfungsi untuk mencegah terjadinya banjir serta sebagai sumber makanan makhluk hidup yang ada di dalam tanah seperti cacing dan akar tumbuhan. Untuk membuat lubang biopori hanya memerlukan bor tanah (atau dapat menggunakan linggis) dan pipa PVC yang telah dilubangi.

Cara lain untuk mengelola limbah dengan mudah adalah memanfaatkannya sebagai pupuk. Sisa makanan seperti kulit sayur dan buah cukup dipotong menjadi ukuran kecil lalu dipendam di dalam tanah. Bahkan beberapa sampah makanan dapat dijadikan pestisida alami, misalnya saja kulit bawang. Dengan menggunakan pestisida alami, maka dapat mengurangi pemakaian bahan kimia yang residunya dapat meracuni lingkungan.

Limbah Anorganik

Limbah anorganik  merupakan limbah yang tidak berasal dari sisa mahkluk hidup dan tidak dapat terurai di alam. Limbah anorganik di rumah tangga biasanya berupa kemasan makanan atau kebutuhan rumah tangga lainnya. Akan lebih baik jika limbah jenis ini juga dikurangi penggunaannya, karena pengelolaanya cukup rumit. Limbah anorganik berupa kemasan makanan atau botol minuman biasanya dapat “dirangkai” sebagai perkakas atau kerajinan tangan yang dapat digunakan atau dijual kembali dengan nilai tambah yang lebih tinggi.

Memilih produk dengan kemasan yang ramah lingkungan atau tanpa kemasan (misalnya membeli produk yang menyediakan reffil station atau toko dengan konsep bulk store) juga sangat berdampak dalam mengurangi jumlah limbah anorganik yang dihasilkan. Selain itu, permilihan peralatan dapur yang ramah lingkungan, serta mengurangi penggunaan barang sekali pakai juga perlu dipertimbangkan.

Jika Anda tak punya waktu untuk “merangkai” limbah ini menjadi barang yang memiliki nilai tambah, maka Anda dapat mengirimkannya ke lembaga/ organisasi pengelola limbah yang saat ini banyak dijumpai di kota-kota besar. Dengan mengunduh aplikasi pengelolalimbah, biasanya limbah akan dijemput oleh pihak pengelola dan tak sedikit yang memberikan reward berupa uang tunai, e-wallet, poin atau voucher. Bagi pecinta make up dan skincare, kesulitan mengelola limbah kemasan juga tidak dapat dijadikan alasan. Saat ini sudah banyak brand kecantikan serta toko yang menerima kemasan kosong produk kecantikan dan memberikan reward berupa poin atau voucer belanja. Toko dan brand kecantikan ini sudah ada di banyak pusat perbelanjaan di Indonesia.

Limbah B3

Limbah B3 yang dihasilkan dari kegiatan dalam rumah tangga misalnya air bekas cucian yang mengandung detergen, kabel dan peralatan elektronik yang rusak. Untuk mengelola limbah B3 tentunya dalam lingkup rumah tangga kita tidak dapat mengelolanya sendiri, kita membutuhkan bantuan pihak ketiga, yaitu lembaga pengelola limbah yang sudah disebutkan pada poin sebelumnya. Namun, sayangnya tidak semua lembaga pengelola sampah tersebut mampu mengelola sampah B3. Oleh karena itu, akan lebih baik jika kita dapat mengurangi jumlah limbah B3 yang kita hasilkan. Misalnya dengan membeli peralatan elektronik yang berkualitas dan sesuai dengan kebutuhan serta menggunakan sabun atau deterjen yang menggunakan bahan alami. Dengan selektif memlilih barang yang akan dibeli, maka kita dapat menghemat uang karena peralatan yang kita beli lebih awet serta mengurangi pencemaran lingkungan.

Jika mencegah timbulnya limbah adalah hal yang mustahil untuk dilakukan, maka yang dapat dilakukan adalah dengan mengurangi jumlah limbah dan mengelola limbah yang ada. Menggunakan peralatan dan bahan yang ramah lingkungan merupakan langkah awal yang paling mudah dilakukan untuk mengurangi timbulnya sampah. Sudah banyak fasilitas dan edukasi mengenai pengelolaan limbah yang timbul, sehingga kesulitan bukanlah alasan untuk tidak mengelola limbah. Dengan kemauan dan ketekunan yang kita lakukan secara terus menerus, maka hal-hal di atas akan menjadi kebiasaan yang menyenangkan. Selamat mencoba mengurangi limbah yang ada demi kebaikan masa depan kita bersama. 

#pemanfaatanenergiberkelanjutan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Home Selengkapnya
Lihat Home Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun