Saat Anda duduk santai menikmati suasana di suatu restoran, pernahkan terlintas di pikiran berapa banyak sumber daya alam yang digunakan? Mulai dari pencahayaan lampu, pendingin udara, penggunaan peralatan pembayaran, hingga peralatan untuk menyajikan makanan atau minuman yang Anda pesan. Semua itu membutuhkan sumber daya alam. Yang sudah disebutkan sebelumnya hanya yang ada di satu restoran, bagaimana jika dikalikan dengan jumlah seluruh restoran yang ada di dunia? Banyak sekali sumber daya alam yang telah digunakan bukan?
Semakin banyak jumlah penduduk di dunia mengakibatkan meningkatnya kebutuhan akan sumber daya alam. Jika konsumsi sumber daya yang ada tidak dilakukan dengan bijak, maka sumber daya tersebut lama kelamaan akan habis. Oleh karena itu, diperlukan upaya untuk mencegah hal tersebut sehingga generasi di masa depan dapat terus hidup. Sustainable living dianggap sebagai salah satu solusi dimana seseorang merancang perilaku dalam mengkonsumsi produk didasari dengan aspek siklus produk yang digunakan, meliputi asal material produk, pengolahan, dan ketahanan produk.
Dari definisi di atas, sepertinya untuk menciptakan sustainable living diperlukan usaha yang kompleks dan mustahil untuk dilakukan. Hidup dengan sederhana dan menerapkan konsep minimalis menjadi hal penting yang dapat dilakukan untuk mulai mewujudkan sustainable living. Hidup minimalis adalah gaya hidup menjalani hidup sesederhana mungkin, namun dapat bermanfaat secara maksimal. Gaya hidup minimalis tidak mengajarkan untuk hidup dalam kekurangan, namun hidup mencukupkan diri dengan apa yang ada di sekitar kita. Dalam kosep hidup minimalis pengambilan keputusan untuk mengkonsumsi dan membeli sebuah barang sangatlah penting. Selain pertambahan jumlah penduduk di dunia, pola konsumsi yang berlebihan juga merupakan penyebab utama permasalahan lingkungan.
Dapur, merupakan salah satu area yang menggunakan banyak sumber daya dan menghasilkan sampah rumah tangga. Untuk mewujudkan sustainable living bukanlah hal yang rumit dan dapat dilakukan mulai dari area dapur masing-masing. Berikut ini beberapa alternatif yang dapat dilakukan untuk menciptakan sustainable living mulai dari area dapur Anda.
1. Memilih Makanan Organik
Makanan organik adalah jenis makanan yang diproduksi tanpa menggunakan bahan kimia, senyawa tambahan, dan rekayasa genetika. Seringkali makanan organik dijadikan pilihan untuk alasan kesehatan, karena dianggap memiliki nutrisi yang lebih tinggi dan bebas dari bahan kimia. Namun, sebenarnya ada keuntungan lain yang kita dapatkan dengan mengkonsumsi makanan organik. Karena bebas dari penggunaan bahan kimia, maka dalam proses produksinya tidak mencemari tanah dan air. Selain itu, biasanya sampah yang dihasilkan dari proses produksi makanan organik dimanfaatkan atau didaur ulang.
2. Memperhatikan Pemilihan Peralatan Dapur
Peralatan memasak juga merupakan hal yang harus diperhatikan. Akan lebih baik jika peralatan yang digunakan dapat didaur ulang atau memiliki umur pakai yang relatif lama. Hal ini dapat memberikan manfaat dalam efisiensi energi, mengurangi emisi gas, dan menghemat biaya.
Pemilihan tempat penyimpanan bahan makanan juga perlu diperhatikan. Akan lebih baik jika menghindari penggunaan plastik sekali pakai yang dapat menambah jumlah sampah dan menggantinya dengan tempat yang terbuat dari bahan yang ramah lingkungan seperti kertas, kayu atau bambu.
3. Bijak Memanfaatkan Sumber Daya dan Energi
Dapur identik dengan aktivitas memasak. Dalam memasak tentunya diperlukan sumber panas atau energi. Saat ini telah banyak pilihan sumber energi yang dapat digunakan, mulai dari gas alam, listrik, hingga biogas. Gas alam merupakan salah satu sumber energi yang banyak digunakan dan tersedia sebagai sumber energi. Gas alam termasuk dalam sumber energi yang tak terbarukan, namun apabila kita mampu menggunakannya secara bijaksana maka hal ini masih dapat dipertimbangkan. Misalnya saja memasak dengan waktu dan besar api yang pas akan menghemat penggunaan gas. Contoh lain adalah menggunakan alat masak bertekanan tinggi (pressure cooker) untuk memasak daging akan mempersingkat waktu dan jumlah sumber energi yang digunakan. Akan lebih baik lagi jika Anda menggunakan kompor induksi yang hemat listrik. Selain mengurangi emisi karbon, hal ini juga dapat menghemat biaya.
Sumber daya yang perlu diperhatikan di dapur adalah air. Dalam mengolah bahan makanan tentunya memerlukan air dalam jumlah yang tidak sedikit. Mulai dari persiaan bahan makanan hingga proses memasak menggunakan air. Tidak membiarkan keran terus mengalir saat proses pencucian merupakan salah satu hal kecil yang dapat berdampak dalam penghematan air. Akan lebih baik jika mencuci di dalam sebuah baskom dibanding di bawah air yang mengalir. Selain itu, memanfaatkan air rebusan sayur untuk menyiram tanaman atau memanfaatkannya sebagai kaldu juga dapat dijadikan pilihan.
4.Mengatur Kebutuhan Bahan Makanan
Berdasarkan data Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada tahun 2022, sebanyak 43,3% dari 18,89 juta ton sampah di Indonesia berasal dari rumah tangga. Berdasarkan jenisnya, sampah sisa makanan merupakan jenis sampah terbanyak yaitu sebesar 41,1% dari total sampah di Indonesia. Dari data tersebut, dapat diketahui bahwa dengan mengendalikan konsumsi bahan makanan dapat mengurangi jumlah sampah di Indonesia.
Sesuai dengan prinsip hidup minimalis, yaitu “less is more” bukan berarti membiarkan diri kita kekurangan namun dengan berkecukupan akan memberikan manfaat yang lebih bagi diri kita. Tidak ada salahnya membeli suatu bahan makanan ketika ada potongan atau harga khusus. Namun, hal perlu dipertimbangkan adalah berapa banyak bahan yang dapat kita konsumsi, berapa banyak yang dapat kita simpan dan berapa lama bahan tersebut dapat disimpan. Bahan makanan memiliki sifat bulky dan mudah rusak. Oleh karena itu, pertimbangan di atas sangatlah penting jika tidak dipertimbangkan maka bahan makanan dapat terbuang karena membusuk dan menigkatkan jumlah sampah makanan.
Dalam mengatur kebutuhan bahan makanan, bukan berarti kita menekan kebutuhan kalori dan nutrisi namun membatasi jumlah bahan makanan yang dikonsumsi sesuai dengan kebutuhan masing-masing individu. Kita uga harus memahami bahwa besarnya nutrisi dan kalori suatu bahan makanan tidak dapat diukur dengan banyaknya bahan makanan yang dapat dilihat secara kasat mata. Oleh karena itu, pengetahuan mengenai jumlah nutrisi dan kalori dalam bahan makanan sangat penting. Selain itu, pengetahuan akan bahan makanan juga berperan dalam mengatasi permasalahan stunting dan obesitas yang saat ini menjadi isu kesehatan di negara kita.
Dalam pengolahan bahan makanan, pasti ada beberapa bagian yang tidak dapat digunakan dan harus terbuang, misalnya kulit sayuran dan tulang ikan. Sampah makanan mudah membusuk dan menimbulkan bau tak sedap, sehingga pemisahan dan pengelolaan lebih lanjut sangat diperlukan. Saat ini sudah banyak metode pengolahan sampah makanan yang dapat dilakukan sendiri di rumah. Pembuatan eco-enzyme dan lubang biopori dapat dijadikan alternatif yang mudah untuk diterapkan di lingkungan rumah tangga. Bahkan hasil dari pembuatan eco-enzyme dapat dimanfaatkan kembali atau bahkan dijual.
Dalam memulai sebuah gaya hidup atau sesuatu yang baru, maka kita harus memiliki tekad untuk konsisten terhadap perubahan yang kita lakukan. Apabila kita tidak konsisten dan tekun, maka kita akan terjebak kembali ke dalam gaya hidup yang lama. Melakukan suatu perubahan perlu dilakukan hingga menjadi kebiasaan dalam hidup kita. Sebuah perubahan besar dimulai dari satu langkah kecil. Apabila kita sudah bertekad untuk memulai sesuatu yang baru, akan lebih baik jika kita segera menerapkannya sekalipun dalam lingkup yang kecil.
#PemanfaatanEnergiBerkelanjutan
#Sustainable
#Aksikutentukanmasadepanlingkungansustainable
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H