Mohon tunggu...
Rina piliang
Rina piliang Mohon Tunggu... Musisi - Pena adalah tempat ku berkarya membuat kata menjadi bertalenta mengubah puisi menjadi imajinasi

Kelak kamu akhirnya akan merindukan aku sebagai sesuatu yang tidak akan pernah bisa kamu temukan pada siapapun.” “Jangan berpikir aku tak mampu melupakanmu sebagai masa lalu ku. Aku sudah menutup pintu masa lalu ku, karena Tuhan selalu buka pintu masa depan bagiku.” “Suatu ketika kamu akan menyesali sendiri perbuatanmu beserta rasa sakit yang pernah telah kamu berikan kepadaku !”

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Penghianat

27 Mei 2019   07:52 Diperbarui: 27 Mei 2019   07:53 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Penat gemuruh gulungan menggerus awan menjerit pekat pucat gelegar lempengan terpecah belah mengguras penat

Dengan mata hati mu aku mampu merasakan perih menyayati jantung ku

Dengan mata hati mu aku bisa merasakan pedih menggrogoti tulang ku

Kau tikam mulut ku kau bungkam harapan ku segenggam kesetiaan dgn mudahnya kau pupuskan


Masih terasa membahana kala senja menabur rona bahagia

Masih terasa hangat ketika bibir manis mu mengucap aku lah satu satunya

Kita saling bercanda tawa memikul bersama kala awan datang melanda

Setia menjadi tombak merengkuh masa ketika jarak memisahkan dua benua

Tapi apa yg ku dapatkan...!

Hanya celoteh&nyayian tampa jawaban

Kau tak peduli,kau sembunyi dibalik diam tak punya nyali

Kau simpan ambisi hanya untk acuhkan asa ku ditengah himpitan duri menyayat hati


Lihatlah.pandanglah,bunga yg dulu tumbuh berseri kini telah layu kembali

Akar akar nadi terhenti daun gugur tersengat tajam belati lalu mati tampa penghuni

Inilah diri ku yg pernah kau cintai...!

Telaga yg ku simpan sekian lama akhirnya kau tumpahkan

Darah penantian telah ku korbankan akhirnya kau hempaskan


Ranting pohon lahan kering kerontang

Kasih sayanglah yg membuat kita bertahan

Sekarang kasih sayang itu telah hilang,luntur dimamah pecundang

Kau emang tak punya perasaan wajar jika asa yg ku pertahankan kau campakan

Sampai malam ini bahkan detik ini rasa luka itu masih menggrontang kesakitan

Kau emang Latnat...!


Rina Piliang

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun