Sesak rasa di hati kian menghimpit nadii
Riak riak sunyi menyelip menari asik mengusik luka sesekali menyerkap menghampiri
Ku hamburi jalan penuh landai luluh lungai saat desir angin mengapai
Ku ingin teriak kan kidung kesyahduan sekencang badai&terlepas melayang tinggi bagai menembus dinding tebalnya tirai
Biar engkau dengar jeritan ku dari sini
Biar engkau rasakan siksaan hati mencabik tiap hari
Entah sudah berapa purnama berlalu menghilang
Indah wajah mu masih jua terbayang
Canda tawa mu masih ternaung jelas tak mau lepas
Rasa yg masih terikat erat tak pernah rentan bahkan lelah melewati semak menembus dalamnya delema
Trus&trus merajah dada,mega pun menyapa berkedut-kedut menyela jiwa ketika suapkan rasa pada neraca luka tergilas roda-roda mengeliat kencang membunuh raga
Kenapa kau mencari ku jika hanya menaruh duri ditiap hati
Aku emang insan yg tiada harta tapi bukan begitu cara mu menghianati ku
Andai dulu kamu tak mencari ku mungkin aku dah bahagia sekarang
Aku dah menemukan sosok yg mampu membuat ku bahagia
Tapi kamu dah menghancurkan semuanya
Menghancurkan masa depan ku
Haruskah cambuk geliat luka ku simpan sendiri
Pada getar dawai hati bening kilau embun dan segaris nada berbunyi
Ataukan hanya tersembunyi dibalik teka-teki sbuah misteri
Tiap deru nafas ini trus berdenyut menyebut nama mu
Menyerbu menyuak hingga tak memberi ku sedikit waktu
Ada penghianat dimana pun itu
Andai kau tahu betapa sakitnya luka ini
Mungkin hanya derain air mata yg mungkin kau ciptakan
Dengan segala penyesalan yg selalu mengunyak batin kehidupan
Tapi,sekarang kau dah bahagia tak mungkin lagi merasakan arti kelukaan...
Selamat ya.......
Rina Piliang
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI