Mohon tunggu...
Rina piliang
Rina piliang Mohon Tunggu... Musisi - Pena adalah tempat ku berkarya membuat kata menjadi bertalenta mengubah puisi menjadi imajinasi

Kelak kamu akhirnya akan merindukan aku sebagai sesuatu yang tidak akan pernah bisa kamu temukan pada siapapun.” “Jangan berpikir aku tak mampu melupakanmu sebagai masa lalu ku. Aku sudah menutup pintu masa lalu ku, karena Tuhan selalu buka pintu masa depan bagiku.” “Suatu ketika kamu akan menyesali sendiri perbuatanmu beserta rasa sakit yang pernah telah kamu berikan kepadaku !”

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Biarlah Tiap Tetes Air Mataku Menjadi Doa

15 Mei 2019   14:31 Diperbarui: 15 Mei 2019   14:49 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Inilah rilisan penantian kami yg telah terhempas dusta
Ketika penantian hanyalah kerudung pelampiasan belaka
Ketika kesetiaan hancur ditelan harta

Kenapa kau mencari ku jika hanya menaruh duri,kenapa kau tak bilang jika aku hanya pelampiasan mu
Tak ku sangka janji mu hanyalah kiasan untuk
Achhh....km pasti bangga akhirnya km bisa membuat ku terluka,
Kamu pasti tertawa membahana jika akhirnya aku kau dusta
Hebat permainan mu sungguh rapi hingga ku tak menyadari bahwa kau peran utama dalam sebuah drama sang pendusta cinta...

KETIKA CINTA BERMADAH DUSTA

Kerling nada mengema terlelap irama padam tak bersua
Lalang mejulang duka jerit lafas menggerang luka

Bermadah sunyi lantunan kidung-kidung elegi
Bersyair menari aksara ratap di antara tarian-tarian jemari
Memeluk erat pinggiran beku kedukaan
Di antara sisa-sisa nafas kelukaan

Rentang kasih terkulai di tepian
Terhempas gemuruh badai tinggalkan selarik impian
Ku pandang keluh tentang suratan yg tergenggam
Ketika awan mulai lelah terberai merebah malam
Saat rembulan mulai tertutup kabut legam
Sosok raga sang penyair kejora rebah terkulai di pelukan kelam

Ku pun bertanya...
Di manakah perasaan mu...?
Saat kau ucap kata LUPAKAN AKU..!
Di mana letak mata hati mu...
Saat bibir indah mu dengan lantang mengucap SELAMAT TINGGAL....!

Dan di mana perasaan mu..
Ketika penantian yg ku pertahankan dengan diam-diam kau mengikat cinta yg lain....

Sungguh kau bukanlah manausia..
Geliat jarak menjejak penat
Hancur lelap menjerat safaf
Dasar kau latnat

Air yg telah ku suguhkan dengan keringat kesetian akhirnya kau tumpahkan
Cinta yg telah mendarah daging akhirnya kau sisihkan lalu kau buang dipinggir jalan
Inikah cara mu membalas penantian yg selama ini ku pertahankan..

Maafkan ku yang memang redup
tak pantas mengharap kemuliaan seorang bidadari seperti mu
Memang di luar sana banyak pujangga yang sanggup menuliskan ribuan sajak untuk mu
Di luar sana banyak saudagar yang sanggup mempersembahkan villa mewah untuk mu

Tapi inilah aku sayang...
Aku bukanlah mereka yg bisa membuat mu bahagia dgn berlimpah harta
Ku hanyalah sebuah serpihan sisa-sisa yg tak berguna setelah kau siksa

Ku pun tak heran jika cinta yg ku pertahankan kau buang
Cinta yg ku kukuhkan menemui takdir jika akhirnya hanya sebuah pelampiasan
Ku pun juga tahu,
Kau pasti akan tertawa membahana jika ini adalah akhirnya...

Aku terima...
Biarlah tiap tawa mu adalah luka untuk ku
Biarlah tiap tetesan air mata ku akan menjadi doa karma buat mu..

Rina Piliang

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun