Mohon tunggu...
Rina Wibowo
Rina Wibowo Mohon Tunggu... -

Ekonomi Pembangunan, Universitas Airlangga

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

[Resensi] Pasir dan Buih

24 Oktober 2018   14:51 Diperbarui: 25 Oktober 2018   11:06 960
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kita semua pengemis di gapura kuil, masing masing menerima bagiannya
dari sang Raja ketika datang dan pergi.
Namun kita saling mengiri, yang tiada lain cara meremehkan Sang Pemberi.
Engkau tak dapat makan melebihi selera.
Potongan roti yang lain, milik orang lain
Dan seyogyanya masih ada yang tersisa.
Bagi tamu yang datang tiba tiba.

-Kahlil Gibran

Judul : Pasir dan Buih

Karya : Kahlil Gibran

Penerbit : JAL publising Jakarta

Cetakan : Pertama 2012

ISBN : 978-602-92 31-14-4

Buku Khalil Gibran ini berisi kumpulan puisi-puisi dari nya. Ditampilkannya renungan secara puitis mengenai cinta, kasih sayang, keikhlasan, kedermawanaan, dan keluhuran budi. Banyak hal dalam hidup yang tak sengaja indah di ukirkan. Begitupula kesadaran yang awam telah tertoreh di dalam dunia ini. 

Cinta dan kasih, yang membelenggu mati perasaan hati. Kukuhan rasa yang seakaan binasa tanpanya akan hilang ketika telah menyadarkan diri dalam impian yang negitu sadar. Menukiknya renungan-renungan kedalam samudra, mwluas ke balik cakrawala, dan membumbung ke alam semesta. 

Cerita tentang ikhlasnya hati yang penuh dengan mendambaa ditampilkan dengan harum dalam puisi Khalil Gibran. Kedermawanan diatas ketidakmampuan menjelmakan insan pilu menjadi lebih dari tegar.

Senjata yang dicerita untuk hidup di alam yang begitu selalu berbeda pandang adalah kemurahan hati. Pada sesamanya. Khalil memberitahukan ada banyak hati di alam yang sempit ini tak ingin berfikir dalam renungan. 

Dengan batasan yang tak terlihat sorot cahaya dari matanya membangunkan keputusasaan. Isi dalam karya Khalil Gibran ini yang secara halus menimbulkan renungan dalam jiwa-jiwa yang kosong.

Mengapa saya menyukai dan memilih buku ini?

Iya buku ini mengajaran saya bagaimana menata jalan pikiran dan hati, menyelaraskan jiwa yang goyah. Berfikir dengan padu dalam hati dan otak. Menyeimbangkan perbedaan pandang. Memperindah kerancuhan hidup. 

Mengajarkan bagaimana tetap berjala diatas bebatuan terjal. Bagaimana untuk tidak mabuk dalam cinta. Bagaimana secara nurani memunculkan keluhuran budi. Bagaimana kedermawanan dalam kesusahan. Kumpulan puisi-puisi Khalil ini membangun yang runtuh sehingga para pembaca dapat merenungkan untuk menjadi lebih, lebih, lebih, dan lebih tegar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun