Bukan tanpa pertimbangan, usai berkonsultasi dengan teman yang kebetulan psikolog anak, katanya kalau ingin "memasukkan sesuatu" ke anak itu ya di usia SD. Di masa itu otak berkembang pesat, mengeksplorasi, menangkap segala sesuatu yang masuk dan bakal menjadi pondasi. Karena aku ingin membekali dia nilai-nilai agama yang lebih kuat seperti akhlak yang baik, ya pilihannya ke sekolah swasta.
Apakah kami sebagai orang tua memaksakan ke si kecil? Tidak. Aku punya pilihan sekolah, tugas kita sebagai orang tua adalah mengarahkan. Sebagai ayah dan ibu, kami berkomunikasi terlebih dahulu sehingga satu suara. Saat itu, kami mengajak dia ke dua sekolah, negeri dan swasta. Aku katakan semua kelebihan dan kekurangan masing-masing. Alhamdulillah, dia memilih sekolah yang memang aku ingin dia di situ. Tapi si kecil tidak merasa dipaksa dan dia menikmati proses belajarnya. Bahkan saat pindah rumah dan jarak sekolah menjadi lebih jauh, ia kekeuh dan tetap bersemangat meski konsekuensinya harus bangun lebih pagi.
Ketakutan Tidak Bisa Membiayai
Slogan yang tidak asing di telinga kita sebagai orang timur adalah banyak anak banyak rezeki. Namun, di zaman sekarang, banyak yang "meragukan" kalimat itu.Â
Katanya, emang ga butuh makan, ga butuh pendidikan, gimana kalau sakit? Ya, kembali lagi berapa anak itu pilihan.Â
Tapi, point-nya, sebagai Muslim, aku berpegang teguh pada prinsip bahwa Allah itu sesuai persangkaan hamba-Nya. Allah kasih kita anak lebih, itu artinya kita mampu.
Dan, menurut aku soal biaya pendidikan dan kesehatan saat ini itu sudah enak. Banyak yang gratis dan serba murah karena ditanggung pemerintah.Â
Tinggal saja keluarkan kartu sakti semacam Kartu Indonesia Pintar (KIP) dan (Kartu Indonesia Sejahtera). Untuk yang lebih mampu, bisa mempersiapkan dana pendidikan yang hampir semua bank memiliki programnya. Belum lagi ada banyak pilihan asuransi.
Ketakutan Anak Tidak Sukses
Ukuran sukses itu masing-masing. Namun, ukuran sukses sebagai orang tua yang disepakati banyak pihak adalah anak disebut sukses ketika bisa melebihi orang tuanya.Â
Misalnya, jika orang tuanya lulus SMA, anaknya lulus S1 itu sudah bisa disebut sukses. Selebihnya, anak membawa takdir masing-masing.