Mohon tunggu...
Rina Darma
Rina Darma Mohon Tunggu... Penulis - Ibu Rumah Tangga

Happy Gardening || Happy Reading || Happy Writing || Happy Knitting^^

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Si Menjengkelkan dari Bloomington

27 Mei 2022   11:10 Diperbarui: 27 Mei 2022   12:00 216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Saya" yang menjengkelkan itulah kesan yang aku dapatkan usai membaca kumpulan cerpen "Orang-Orang Bloomington" karya Budi Darma. Ini unik. Sebab, tak banyak pengarang yang menjadikan tokoh utamanya sebagai bersifat antagonis. Apalagi Budi Darma menggunakan sudut pandang orang pertama. 

Pembaca biasanya cenderung akan menarik kesimpulan bahwa si penulis berwatak seperti itu. Namun, aku pernah membaca jika pengarang mengatakan tidak terlibat dalam tokohnya. Katanya, tokohnya boleh gelap, kelam, tetapi dia mengaku seorang yang putih.

Sebelum membaca ini, aku pikir Bloomington itu apa, ternyata, ia adalah kota di negara bagian Indiana, Amerika Serikat (mainnya kurang jauh sih hehe...). Karena penulis pernah mengenyam pendidikan di sana, aku banyak menduga jika setting dan cerita di sini merupakan cerita yang dikembangkan dari kisah yang pernah dijumpai sang penulis sendiri.

Membaca kumcer ini, aku serasa diajak ke Bloomington. Bagaimana jalan-jalan di sana, apartemen, supermarket, hingga masyarakat di sana. Dari detail yang disampaikan ke pembaca itulah, menurutku Budi Darma adalah seorang pengamat sejati.

Dari tujuh kisah yang dimuat, kisah Charles Lebourne yang paling menarik buatku. Tentu saja si "saya" yang menceritakan tentang Charles Lebourne. Sebagai tokoh utama "saya" digambarkan sebagai orang yang menyebalkan. Dia bisa menjadi malaikat dan setan sekaligus.

Yang paling menarik buat aku adalah karakter si saya di bab ini. Dia yang tak pernah menyempurnakan segala pekerjaan namun ala kadarnya. 

"...semua yang saya kerjakan tidak pernah selesai, seolah saya ditakdirkan selalu sibuk, tapi tidak mempunyai arah. Apapun yang saya kerjakan tidak pernah menjadikan saya lebih baik..." hal. 252

Karena ajeg menggunakan sudut pandang orang pertama, membaca cerpen ini malah seperti membaca novel. Apalagi lokasinya sama di seputaran Bloomington. Lainnya, yang menjadikan kumcer ini "berbeda" adalah akhir cerita yang menggantung. Aku sendiri adalah tipe pembaca happy ending. Namun, berkat detail Budi Darma semua worth it-lah buat aku?

Gimana kesan kamu terhadap karya Budi Darma? 

Informasi buku:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun