"Menjadi orang tua adalah pekerjaan yang teramat rumit, tapi gue percaya Tuhan telah menyiapkan penuntun yang kuat di hati kita masing-masing, yakni hati nurani." -hal. 26
Lebih dari itu, tidak hanya buku yang dapat membuat tertawa, kumpulan esai komedi ini layak juga menjadi buku pengembangan diri. Inspirasi dari Ernest yang berani meninggalkan karir yang sudah dijalaninya selama enam tahun demi sebuah ajang stand up patut dijadikan contoh.
Keluar dari comfort zone tentu saja dengan berbagai pertimbangan, akhirnya membuatnya lebih berkembang, berprestasi dan tentunya lebih terkenal. Bayangkan jika dia tidak resign karena menolak pilihan harus dikarantina saat lolos audisi.Â
Lalu, jika dia tidak berani mengambil keputusan untuk debut sebagai sutradara, mungkin dia tidak akan terkenal dan seberprestasi seperti sekarang ya kan?
Dari teknis, aku suka sekali buku ini. Layoutnya menarik. Bahkan dari daftar isinya pun sudah "out of the box", menurutku hehe... Bukan disusun dalam tapi dalam sebuah peta jalan. Membaca buku ini rasanya tidak seperti sedang membaca buku cetakan tapi catatan. Ada efek-efek stabilo, ada gambar sampai komik. Visual banget.
Bukunya ringan, mengalir, enak dibaca tahu-tahu sudah di halaman terakhir. Namun, jika tidak terbiasa dengan komedinya yang kadang satire sepertinya agak bakal susah ngikutin. Seorang komika acapkali juga membawakan hal-hal tabu. Jadi, jika tidak terbiasa mungkin akan kurang nyaman dalam membaca buku ini. Tapi jika biasa nonton stand up sih, lucu-lucu saja. Sebab, pas membaca buku ini banyaknya aku sambil membayangkan Ernest lagi open mic.
Usai baca buku ini aku jadi merenung, di separo jalanku nanti, aku sudah melakukan apa saja? Bagi pendapat kamu tentang buku Ernest ini juga ya!