Saat panen padi atau jagung misalnya, kini sudah dibantu dengan mesin "krotok" atau perontok, gabah tak lagi dipukul-pukul dengan pelepah daun kelapa.Â
Namun, tenaga manusia masih sangat diandalkan di situ. Dari memasukkan padi ke mesin, hingga mengangkut gabah ke tempat tempat penampungan.
Era milenial identik dengan digital atau era teknologi. Sehingga gambaran saya, petani milenial 4.0 itu melek teknlogi dan cerdas secara pengetahuan syukur lulusan pertanian.Â
Namun, apakah kebanyakan sarjana pertanian lulus mau menjadi petani milenial? Saya tidak tahu karena saya bukan sarjana pertanian.Â
Menurut saya ada beberapa langkah agar semakin banyak yang mau berprofesi sebagai petani milenial di negara agraris ini.
Mengubah mindset
Dalam hal apapun, yang pertama kali dilakukan agar bisa sukses adalah mengubah mindset atau pola pikir.Â
Kita harus tahu bagaimana cara memandang para generasi milenial ini terhadap lahan pertanian tempat para petani milenial bakal mengabdikan diri.Â
Jika mereka memandang sawah, ladang, atau tegalan itu kotor dan menjijikkan apalagi saat masa mengolah tanah yang penuh lumpur berarti harus ada diubah.
Bagi anak-anak desa seperti saya hal itu biasa bahkan menyenangkan bagaimana dengan anak yang dibesarkan di kota?Â