Setidaknya beberapa catatan mengenai tantangan pengembangan bambu sebagai BBN ini di antaranya:
- Supply dan demand yang tidak seimbang
- Keterbatasan lahan tidak sebanding dengan jumlah penduduk
- Harganya yang relatif murah membuat masyarakat kurang berminat
- Diperlukan lahan inti jika cadangan masyarakat habis sehingga tidak ada kenaikan harga yang signifikan
Karenanya, pengelolaan bambu untuk biomassa tidak bisa sendiri. Ia harus terintegrasi dengan sektor lainnya misalnya pariwisata, masuk dalam perdagangan karbon, bahan kerajinan, kuliner dari bambu muda, dan pembuatan pupuk kompos. Adanya jaminan nilai ekonomi terhadap masyarakat tentu akan lebih menarik dibanding dengan hanya mengandalkan bambu yang per kilogramnya sebesar tujuh ribu rupiah.
Bambu tidak lagi menjadi kapal-kapalan semoga ia bisa menjadi kapal sebenarnya untuk menggerakkan pembangkit listrik alternatif untuk menurunkan ketergantungan terhadap batubara. Jika bagi generasi saya, rumpun bambu menyimpan misteri banaspati maka bagi Zilenial, bambu merupakan alternatif sumber bahan bakar nabati.^^
Referensi:
Andalkan Bambu, Indonesia Berjuang Hasilkan Energi Hijau yang Aman Bagi Pedesaan diakses dari laman dw.com
Apa Itu Biofuel (Bahan Bakar Nabati)?diakses dari madaniberkelanjutan.idÂ
Bambu Potensial Sebagai Biofuel diakses dari lipi.go.id
Bambu: Sebuah Alternatif Berkelanjutan untuk Produksi Bioenergi di Indonesia? Diakses dari forestnews.cifor.orgÂ
Cerita Seputar Proyek Listrik Energi Bambu di Mentawai diakses dari mongabay.co.id
Jenis-Jenis Bambu di Indonesia diakses dari alamendah.org
Peluang Mencapai Komitmen Iklim Indonesia Dengan Elaborasi Kebijakan Bahan Bakar Nabati diakses dari madaniberkelanjutan.idÂ