Mohon tunggu...
Rina Darma
Rina Darma Mohon Tunggu... Penulis - Ibu Rumah Tangga

Happy Gardening || Happy Reading || Happy Writing || Happy Knitting^^

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Tiga Momentum Kebangkitan Saat Pandemi Covid-19

20 Mei 2020   21:27 Diperbarui: 20 Mei 2020   21:23 406
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi upacara bendera memperingati Hari Kebangkitan Nasional (Foto: Koleksi Pribadi)

Hari Kebangkitan Nasional diperingati setiap tanggal 20 Mei yang diambil dari hari lahirnya organisasi modern Budi Utomo. Organisasi yang berdiri tahun 1908 ini didirikan oleh dr Wahidin Soedirohoesodo.

Meskipun seorang dokter, dr Wahidin sangat peduli untuk memajukan dunia pendidikan. Berkat organisasi yang didirikannya tersebut memicu lahirnya organisasi pergerakan nasional lainnya. Sehingga munculnya kaum-kaum terpelajar pada akhirnya mampu membebaskan bangsa ini dari belenggu penjajahan kolonial menjadi bangsa yang merdeka dan berdaulat.

Momentum Hari Kebangkitan Nasional ini seharusnya dapat menjadi titik tolak untuk bangkit melawan Corona. Corona telah melemahkan berbagai sendi kehidupan, baik pendidikan, kesehatan, maupun ekonomi.

Pemerintah pun telah mengambil kebijakan new normal untuk memperbaiki pandemi yang belum bisa diprediksi kapan berakhirnya ini. Seharusnya, kita mendukung dengan mengikuti berbagai himbauan dari pemerintah. Sebab, semakin kita taat maka Insya Allah semakin cepat pula mata rantai penyebaran Corona ini terputus.

Cara yang mudah kita lakukan adalah berdiam diri rumah saja jika memang tidak berkepentingan untuk keluar rumah. Edukasi keluarga dan saudara untuk melakukan hal serupa. Saya pernah membaca berita yang menyebutkan dalam menghadapi pandemi, bersikap lebay lebih diperlukan dibanding abai.

Momentum Bagi Dunia Pendidikan

Pada peringatan Hari Pendidikan Nasional tanggal 2 Mei 2020 lalu, pemerintah mengambil tema "Belajar dari Covid-19". Dalam pidatonya Menteri Pendidikan Indonesia Nadiem Makarim menyampaikan belajar tidak selalu mudah tetapi inilah saatnya berinovasi.

Pandemi Corona telah "memaksa" pembelajaran dilakukan secara daring. Di Indonesia konsep ini belum familiar baik bagi guru, murid, maupun orang tua. Sebagai orang tua yang telah memiliki anak usia sekolah walaupun masih berada di bangku TK kecil, saya tak luput menjadi bagian pembelajaran ini.

Sisi positifnya adalah ini menjadi momentum bagi dunia pendidikan untuk mengejar ketertinggalan di bidang teknologi. Sejak pendidikan usia dini, anak-anak seyogyanya sudah dikenalkan pada konsep teknologi digital sebagai media pembelajaran baik melalui smartphone, laptop maupun lainnya.

Saat ini, bagi anak-anak usia sekolah, gawai lebih identik dengan games, youtube, maupun media sosial. Banyak orang tua yang masih gagap ketika harus menggunakan smartphone sebagai media belajar anak. Dari teleconference, mengirim tugas video, tryout online, hingga memanfaatkan aplikasi pendidikan. 

Jika anak-anak telah familiar dengan pemanfaatan teknologi maka dapat menghindarkan dari pengaruh buruk gadget. Selain itu, kualitas sumberdaya manusia pun semakin unggul menjadi generasi emas yang pada akhirnya membawa kemajuan bangsa ini.

Momentum Bagi Dunia Kesehatan

Selain di bidang pendidikan, Covid-19 juga memberi banyak pelajaran berharga di bidang kesehatan. Tenaga medis sebagai garda terdepan harus selalu didukung bukan ketika di lingkungan rumah dikucilkan.

Kualitas sumberdaya manusia dokter dan perawat harus terus ditingkatkan. Fasilitas kesehatan berikut dengan segala perlengkapannya seperti Alat pelindung Diri (APD) dan laboratorium disiapkan dengan layak dan memadai. Sehingga, belajar dari virus covid-19 ini, kita akan lebih siap menghadapinya kelak dan tak ada kasus korban dari tenaga medis.

Kebangkitan di bidang kesehatan bisa dimulai dari diri sendiri, sudah seharusnya kita menerapkan Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dari hal yang paling sederhana seperti mandi dua kali sehari dan rajin mencuci tangan. Sebagai Muslim, kita pun harusnya bersyukur dengan menjalankan salat lima waktu minimum lima kali sehari kita sudah membasuh tangan dan anggota tubuh dengan berwudhu. Kotoran pun terlepas dari anggota tubuh yang terbuka. Kita pun terhindar dari kuman dan bakteri maupun virus.

Momentum Di Bidang Ekonomi

Di bidang ekonomi, sudah seharusnya ada pengelolaan dana darurat. Sehingga ketika tiba-tiba ada kejadian luar biasa seperti ini tidak mengacaukan pos keuangan lainnya. Pemerintah pusat maupun daerah banyak yang mengalihkan anggaran belanjanya, bahkan gaji pun rela dipotong demi menanggulangi Covid-19. Seandainya, ada dana darurat atau dinamakan apa, maka tidak perlu mengorbankan pos lainnya maupun menghambat pertumbuhan ekonomi secara drastis. 

Bagi saya sendiri, awalnya "menyepelekan" dana darurat ini karena sudah banyak pembagian pos-pos keuangan. Perencana keuangan menyarankan besarnya dana darurat minimal tiga kali pengeluaran kita. Namun, untuk yang berkeluarga disarankan menyiapkan sembilan sampai duabelas bulan pengeluaran.

Berkaca dari kerabat maupun tetangga yang menjadi korban PHK atau terpaksa harus menghentikan ladang pundi-pundi uangnya, adanya dana darurat akan sangat membantu bertahan. Apalagi pandemi ini belum bisa diprediksi dengan benar kapan berakhirnya. Lalu, bagaimana mereka bisa bertahan tanpa dana darurat atau bantuan?

Dana darurat dapat membuat kita bertahan beberapa bulan hingga penghasilan normal kembali. Ini bisa menghindarkan dari terjebak melakukan pinjaman yang biasanya berbunga tinggi dan makin memberatkan. Dan, jangan sampai kita hidup mengandalkan bantuan sosial, karena ada orang lain yang lebih membutuhkan.

Saya bersyukur, penghasilan kami tidak terkena imbas pandemi ini. Namun, pandemi ini telah mengajarkan saya agar mulai memikirkan dana darurat. Sebab dalam keadaan luar biasa seperti ini pengeluaran menjadi tak terprediksi pula.

Adanya wabah pandemi telah meningkatkan beberapa harga pangan bahkan sejak sebelum Ramadhan. Kemudian diikuti dengan Ramadhan yang biasanya lebih boros dan banyak kebutuhan. Jika kita tidak pandai-pandai mengatur keuangan bakal tekor, terlebih Lebaran Sebentar Lagi!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun