Mohon tunggu...
Pangrango
Pangrango Mohon Tunggu... Penulis - Ibu Rumah Tangga

Happy Gardening || Happy Reading || Happy Writing || Happy Knitting^^

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Tidak Ada Berkah Sadranan Tahun Ini

18 Mei 2020   19:59 Diperbarui: 18 Mei 2020   20:11 900
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Simbah menata makanan di dalam jodang saat tradisi sadranan (Foto: Darma Legi)

Tahun ini simbah yang di awal Ruwah mulai membagi tugas anak-anaknya harus menelan kekecewaan. Sekitar seminggu sebulan sadranan, pemerintah daerah memutuskan tidak ada sadranan tahun ini akibat pandemi global Corona. Ini adalah pertama kalinya tidak ada tradisi sadranan.

Seharusnya, sadranan ini jatuh sekitar awal April. Namun, Covid-19 dinyatakan positif masuk ke Indonesia tanggal 2 Maret. Dua minggu sesudahnya, muncul himbauan Work From Home (WFH), belajar dari rumah, dan pada akhirnya pemerintah juga melarang aktivitas yang menyebabkan kerumunan. Hal ini dilakukan untuk memutus mata rantai penyebaran virus Corona.

Menurut keyakinan nenek yang saat ini usianya sudah sekitar 90 tahun, sadranan merupakan ritual mengirim doa kepada leluhur agar kita mendapat berkah. Saat nyadran, roh leluhur atau keluarga yang sudah meninggal dipercaya akan pulang menengok rumah. Untuk itu harus disediakan pancen berupa makanan lengkap di kamar.

Saat jodang sudah kembali, pancen ini akan dibongkar. Menurut keyakinan nenek, siapa yang memakan makanan pancen akan mendapatkan berkah sebab sudah mendapatkan doa dari leluhur. Saya selalu mendapatkan jatah pancen dari nenek.

Usai rebutan jodang, perantau yang pulang kampung saat Ruwah akan dijamu dengan pagelaran wayang kulit semalam suntuk. Tidak semua desa menyelenggarakannya, tapi kampung saya menyelenggarakan pagelaran ini dua tahun sekali.

Pagelaran wayang kulit semlam suntuk (Foto: Darma Legi)
Pagelaran wayang kulit semlam suntuk (Foto: Darma Legi)

Terakhir, untuk menutup serangkaian tradisi di bulan ruwah adalah padusan. Padusan merupakan ritual yang dianggap dapat menyucikan diri sebelum Ramadhan tiba. Bagi masyarakat Klaten kerap melaksanakan padusan di umbul atau kolam yang berasal dari mata air alami. Saya sendiri sejak kecil tidak pernah padusan di keramaian. Karena takut kulak panu akibat orang beramai-ramai nyemplung ke satu kolam yang sama. Sama halnya dengan anjuran pemerintah saat ini, padusan saya selalu cukup #dirumahsaja.

Semoga wabah yang menyerang global ini segera berakhir. Tidak ada kekecewaan lagi bagi nenek yang selalu menunggu datangnya bulan Ruwah. Bulan yang menurut keyakinannya merupakan waktu leluhur pulang membagi berkah dan anak cucu beserta kerabat berkumpul bersama.

*Foto-foto diambil tahun 2015 dan 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun