"Ibu, pesawatnya bawa api Asian Games!"
Senyum geli mendengar teriakan Namiya yang belum genap berusia empat tahun saat ada pesawat melintas di atas rumah simbah.
Sebelumnya, ia memang diberitahu kalau langit Klaten yang nampak sibuk karena deru iring-iringan pesawat membawa api abadi dari India sebagai persiapan Asian Games 2018. Ternyata hal tersebut menjadi awal antusiasmenya terhadap pesta olahraga Asia ke-18 ini. Saya pun melibatkannya jika kebetulan sedang ada pemberitaan tentang Asian Games di televisi.
Sore itu (18/7/2018), saya sebagai ibunya dan kakak alias pakde-nya Namiya beserta si kecil Oziel bertandang ke Candi Prambanan dengan niat untuk melihat kirab perkawinan api abadi dari India dan Mrapen yang akan digunakan sebagai api obor. Kebetulan sekali karena sedang di kampung halaman. Tak lupa, ia sudah diberitahu bahwa tujuan kali ini adalah ke Candi Prambanan untuk melihat api Asian Games. Ia begitu excited sepanjang perjalanan. Walau akhirnya sore itu kami dan masyarakat lainnya pulang dengan kecewa karena tak diizinkan melihat lebih dekat. Padahal kapan lagi ya kan bisa menjadi bagian sejarah untuk perhelatan ini?
Belajar Mengenal Cabang Olahraga Lewat Gambar
"Ibu ini ada gambar Asian Games-nya," katanya suatu ketika akan meminum susu UHT yang kebetulan jadi lisensi resmi pada ajang Asian Games. Respon yang saya berikan dengan mulai mengenalkan ragam cabang olahraga padanya lewat gambar tersebut.
Tidak saja bersemangat terkait api obor Asian Games, setiap ikut belanja, Namiya akan me-request membeli barang sehari-hari yang ada gambar Asian Games-nya.
Tidak hanya cabang olahraga, ia mulai mengenal tiga maskot yang dipakai di Asian Games 2018 ini. Nama ketiganya diambil dari semboyan negara kita Bhinneka Tunggal Ika. Kaka  si badak bercula satu yang mengenakan pakaian tradisional bermotif bunga khas Palembang. Binatang asal Ujung Kulon Jawa Barat yang menggambarkan ini kekuatan. Bhin Bhin si burung Cendrawasih yang berompi dengan motif Asmat dari Papua. Burung surga yang memiliki bulu indah ini merepresentasikan strategi.  Terakhir ada Atung si rusa bawean, Jawa Timur yang mengenakan kain sarung bermotif tumpal asal Jakarta. Karena kegesitan dan kelincahan, ia menyimbolkan kecepatan. Nah, Namiya paling suka Bhin Bhin.
Ketika kembali ke Bandung, Namiya berkesempatan melihat kembali pawai obor. Ketika diberitahun rencana menyaksikan obor Asian Games di Gedung Sate, ia begitu gembira dan segera tidur cepat. Sayang, esok paginya ia belum terbangun sedangkan sang ayah sudah bersiap untuk memotret perhelatan ini. Daripada ayah terlambat, sudahlah, saya juga tak tega membangunkan karena ia dan adiknya masih dalam tahap pemulihan sisa capek dan demam.
"Ayah, pakai baju Asian Games!" katanya begitu menjumpai suami pulang memakai kaos Asian Games. Gambar Energy of Asia yang merupakan cermin keberagaman bangsa sudah melekat dalam memorinya.
Oleh-oleh stiker Asian Games yang berisi aneka cabang olahraga menyunggingkan senyum Namiya. Ia lalu menempelkan sendiri sebagian di rak baju dan buku.