Pulang ke kampung halaman atau mudik telah menjadi tradisi tahunan menjelang Lebaran. Lebaran tak lengkap tanpa mudik. Banyak pilihan moda transportasi dari pesawat, kereta api, mobil, hingga sepeda motor.
Memanfaatkan moment tersebut harga tiket pun melonjak. Tiket bus bisa naik hingga 25 persen. Tiket kereta api komersial pada masa angkut Lebaran mengalami kenaikan 30 sampai 40 persen. Bahkan untuk tiket pesawat bisa naik fantastis hingga 80 persen saat Lebaran.
Murah itulah yang banyak dijadikan alasan menggunakan motor. Begitu juga dengan kemudahan akses ketika di kampung halaman. Sebab, saat Lebaran butuh mobilitas untuk sowan atau bersilaturahim ke tempat saudara.
Pemerintah dan perusahaan menjemput bola, dengan menyediakan fasilitas mudik gratis termasuk pengangkutan motor. Tahun ini, Kementrian Perhubungan (Kemenhub) menyiapkan anggaran mudik Rp 65 miliar untuk moda kapal, bus, dan kereta untuk lebih dari 30 ribu orang. Belum kapasitas dari perusahaan. Namun, jumlah tersebut masih jauh untuk memenuhi pemudik motor. Kemenhub memprediksi pemudik motor pada Lebaran 2018 mencapai 8,3 juta jiwa. Meningkat dari tahun 2017 sekitar 6 juta jiwa.
Aku sendiri sejak masih sendiri lebih suka mudik memakai motor. Alasannya tidak terikat waktu berangkat, bisa menyesuaikan dengan jadwal kita. Tidak repot harus ke stasiun/bandara belum sampai di tujuan harus minta dijemput karena akses angkutan umum terbatas di kotaku.
Tahun ini, aku pun berencana mudik menggunakan motor lagi. Walaupun ini tidak dianjurkan karena alasan keamanan makanya kita harus berhati-hati dan mempertimbangkan berbagai hal, di antaranya:
- Mempersiapkan fisik dan mental. Bisa dilakukan dengan tidur cukup sebelum mudik. Hal ini untuk menghindari rasa ngantuk dalam perjalanan. Kita pun harus kuat mental agar tidak mengeluh dan emosi dalam perjalanan. Apalagi jika perjalan jauh.
- Memastikan kendaraan sehat. Sepeda motor harus di servis terlebih dahulu seenggaknya ganti oli agar lebih nyaman. Cek kondisi ban apakah sudah gundul apa belum? Jangan sampai meletus di jalan. Jangan lupa kelengkapan berkendara baik administratis seperti surat-surat dan alat keselamatan seperti helm SNI, sarung tangan, dan jaket.
- Mengetahui medan. Memutuskan mudik menggunakan memakai motor berarti kitalah pengendalinya alias harus tahu jalan. Jangan malah tersesat. Bawa peta jika memang perlu dan jangan mudah tergiur jalan alternatif jika tidak yakin. Sebab, jalan alternatif kadang malah lebih jauh dan sepi apalagi jika kita tidak familiar dengan kota yang kita lintasi tersebut. Satu lagi jangan sungkan bertanya jika bingung tentunya dengan etika seperti menghentikan motor dan membuka kaca helm.
- Jangan membawa barang berlebihan. Sekarang jasa paket sudah merajalela dengan harga terjangkau. Kita bisa mengirimkan sebelum Lebaran untuk meringankan beban di jalan. Terlalu berat membawa beban juga membuat kendaraan rentan oleng. Patokannya tidak melebihi lebar dan panjang sepeda motor.
- Beristirahat. Saran beristirahat setelah berkendara adalah setiap 1,5-2 jam. Karena tulang punggung capek dan kita cenderung akan mengantuk. Jadi untuk mengembalikan fokus lebih baik beristirahat dulu di posko-posko, masjid maupun pom bensin yang aman dan nyaman.
- Jangan culun. Ini sih mungkin lebih kalau sendiri ya. Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan kita jangan sampai terlihat terlalu culun di kota orang. Jangan sampai orang berkesempatan menipu baik disasarkan hingga diambil harta benda.
Prinsipnya mudik adalah berdoa dan berhati-hati karena keluarga menunggu di rumah. Saling menghargai di jalan karena semua satu tujuan untuk Lebaran. Perjalanan mudik pun aman dan nyaman.
Selamat mudik Lebaran 1439 H, Kompasianer.
Baca juga fiksi islami aku yang based true story ya: Razan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H