Mohon tunggu...
Rina Darma
Rina Darma Mohon Tunggu... Penulis - Ibu Rumah Tangga

Happy Gardening || Happy Reading || Happy Writing || Happy Knitting^^

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Segarnya Es Goyobod untuk Berbuka

2 Juni 2018   05:40 Diperbarui: 2 Juni 2018   08:04 675
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Potongan roti berbentuk dadu, potongan kotak hunkwee, candil, serutan kelapa muda, potongan peuyeum ditambah susu kental manis diguyur air santan dingin. Rasa segarnya pas untuk berbuka puasa.

Lembutnya roti, sensasi kenyal dari hunkwee dan candil atau sagu mutiara bercampur dengan gurihnya santan. Cita rasa semakin kaya dengan serat-serat dari peuyeum yang berasa asam manis. Paduan rasa manis, asam, gurih, lembut, dan kenyal yang melegakan usai berpuasa seharian.

Itulah es goyobod asli Garut. Menurut penjualnya yang asli Garut bedanya dengan es goyobod Bandung adalah kalau di Bandung memakai tambahan ketan hitam dan agar-agar. Sebaliknya, penggunaan peuyeum dan roti adalah khas dari Garut.

Dibanding esnya sendiri, awalnya aku lebih penasaran dengan namanya. Bagiku orang Jawa yang tinggal di Bandung tentu aneh mendengar nama goyobod. Taksiranku, kata goyobod berasal dari bahasa sunda. Tapi ternyata berasal dari Bahasa Belanda yang berarti basah.

Dikulik sejarahnya, es goyobod memiliki banyak versi. Namun yang paling banyak, berawal dari Abah Aca menjajakan minuman dingin mirip es campur ini di daerah Banceuy, Bandung. Namun karena peristiwa Bandung Lautan Api, Abah Aca pulang ke kampung halamannya di Garut. Mungkin inilah penyebab ada es goyobod Garut dan Bandung.

Kalau yang versi Bandung, aku belum pernah mencicipnya. Tapi cukup banyak dijumpai di Bandung bahkan di rumah makan. Kalau es goyobod favoritku sehari-hari mangkal di depan Hotel Grand Pasundan, Jalan Peta. Di hari biasa harganya lima ribu rupiah tapi saat puasa naik seribu rupiah. Wajarlah ya, perburuan takjil membuat harga bersaing.

Minuman ini bisa dikonsumsi siapa saja. Termasuk anak-anak. Sayangnya, kalau anakku yang gede ga suka sama peuyeumnya. Tapi jangan khawatir, kita bisa pesan tanpa peuyeum.

Kompasianer tertarik mencoba, mampir ya kalau ke Bandung.

Baca juga artikelku sebelumnya: Outfit Ramadhan: Just be Yourself

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun