Berada di antara ruko-ruko, pintu lengkung berwarna merah terlihat mencolok. Tergantung di langit-langit atap depan masjid, lampion-lampion berwarna merah menghias.
Menyambut jamaah hamparan karpet merah. Nuansa merah kuning keemasan juga melekat di dinding. Mihrab, tempat sang imam memimpin sholat berbentuk melengkung. Secara umum, bangunan masjid ini merupakan akulturasi budaya Tionghoa dan Islam.
Bentuk fisik bangunan yang berasitektur langgam klenteng diharapkan menarik perhatian masyarakat Tionghoa. Penciri masjid adalah adanya kubah bawang dan plang penunjuk masjid yang juga berwarna merah.
Ini adalah Masjid Lautze-2 yang berada di Jalan Tamblong Nomor 27. Masjid Lautze-2 adalah masjid bergaya oriental di Bandung selain Masjid Imtizaj.
Penamaan Masjid Lautze-2 merujuk pada Masjid Lautze-1 yang terletak di Jalan Lautze, Pecinan, Jakarta, yang bernaung di bawah Yayasan Haji Karim Oei yang dibangun tahun 1991. Lautze sendiri berasal dari Bahasa Mandarin yang berarti guru. Dalam Bahasa Arab disebut sebagai ustadz.
Masjid ini berfungsi mewadahi para etnis Tionghoa sebagai pusat informasi belajar Islam. Tempat berkumpulnya mualaf. Di sini mereka bisa belajar syahadat, shalat, puasa, dan lainnya. Mereka pun merasa lebih nyaman membaur untuk belajar. Seperti yang terlihat siang itu, dalam masjid bercengkerama beberapa jamaah. Saling berdiskusi mengisi waktu Ramadhan.
Tertarik beribadah ke masjid ini, Kompasianer? Sempatkan mampir ya, kalau ke Bandung.
Baca juga: Jelajah Masjid Imtizaj yang Bergaya Oriental
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H