Banyak hal yang dilakukan untuk mempersiapkan Ramadhan. Salah seorang teman memasukkan budget dalam list-nya. Alasannya karena selama bulan puasa anggaran harus ditambah.
Memang tak sedikit yang menganggap kalau saat ramadhan lebih boros. Seperti aku awal-awal menikah. Namun, dengan pengurangan jatah makan siang bukankah seharusnya keuangan jadi lebih hemat asal bisa menyiasatinya.
1. Meminimalkan membeli takjil/makanan di luar
Setelah dianalisa, penyebab keuangan membengkak adalah faktor ini. Godaan gorengan/minum es/kolak/cuci mulut selama puasa memang tak bisa dihindari. Belum lagi kalau ingin ini itu sebab saat puasa semua terasa enak. Giliran tiba berbuka ada yang tak termakan, sayang kan? Bukan berarti ga boleh membeli ya, sesekali boleh.
Antisipasinya kita bisa menyiapkan bahan-bahan seperti sirup, buah, jelly, susu, es, di rumah sehingga tidak perlu tergoda untuk jajan. Sebagai contoh harga satu cup takjil lima ribu rupiah, jika anggota keluarga empat orang sudah Rp 20 ribu. Padahal dengan uang segitu kita bisa membeli bahan-bahan, yang bisa digunakan lebih dari sehari.
2. Membuat makanan pembuka untuk berbuka puasa sendiri
Karena kita meminimalkan membeli dari luar, kita dituntut menyiapkan masakan sendiri. Misalnya harga satu tempe goreng, seribu rupiah. Padahal untuk satu kotak tempe mentah harganya dua ribu lima ratus rupiah. Tepung dengan harga yang sama sehingga total lima ribu rupiah. Satu kotak tempe bisa dibagi sedikitnya 10 potong, kalau diiris tipis bisa lebih banyak lagi. Jika membeli gorengan kita sepuluh tempe berarti sudah mengeluarkan 10 ribu rupiah. Kalau menggoreng sendiri dengan uang tersebut bisa untuk sahur dan buka dengan minyak yang terjamin.
Jadi teringat beberapa waktu lalu karena sedang berkunjung ke rumah abah, aku pun membeli gorengan untuk buka puasa. Sampai di rumah, tenggorokanku langsung gatal sekali dan batuk. Setelah diingat-ingat penyebabnya minyak dalam gorengan yang mungkin sudah digunakan berkali-kali di atas batas toleransi. Suami pun mengiyakan. Rasanya kapok membeli gorengan di luar kalau tidak terpaksa. Nah, selain lebih hemat jadi lebih sehat jika kita mau sedikit repot untuk menghidangkan sendiri.
3. Bikin list anggaran untuk Lebaran
Menjelang Lebaran pengeluaran nakal akan semakin meningkat terutama terkait gaya hidup. Sudah mendapat THR kok rasanya bablas-bablas saja. Karenanya, penting membuat list prioritas sehingga kita terhindar dari "keinginan" tapi memang "kebutuhan."
Checklist tersebut mencakup daftar THR termasuk parcel dan angpao untuk siapa saja, daftar pembelian pakaian misalnya jika satu cukup kenapa harus membeli lebih, biaya mudik jika orang tua kita berbeda kota, dan sebagainya termasuk menyisipkan dana tak terduga. Katanya dana tak terduga sebesar 10% dari total anggaran.
Di sini pentingnya kita memiliki keahlian membuat kue dan membingkai sendiri. Kalau membeli dan jumlah keluarga banyak tentu pos keuangan untuk THR ini menjadi besar. Tapi jika kita bisa mengandalkan keahlian sendiri tentu bisa dirampingkan. Syukur-syukur jika malah jadi peluang usaha ya kan? *haha...
Nah, dengan mengantisipasi pengeluaran-pengeluaran nakal tersebut semoga Ramadhan tidak sama dengan pemborosan lagi. Justru dengan pandai mengatur budget dan tambahan bonus gaji THR tidak ada masalah keuangan lagi khususnya bagi kita sebagai buibu. Selain itu, kemampuan meracik menu pun meningkat sesuai goals ramadhan aku tahun ini.
Kalau kompsianer bagaimana dengan pengeluaran selama Ramadhan-nya? Lebih boros apa tidak?
Baca juga artikelku sebelumnya: Mendongkrak Penghasilan lewat Pasar Dadakan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H