Dari kondisi yang tidak direncanakan tersebut, dengan terpaksa beliau harus belajar semuanya dari memotong, menjahit, dan menyablon. Awalnya beliau merekrut orang untuk melakukan semuanya dengan dengan mengkursuskan 2 orang pekerja khusus untuk menjahit kaos selama 3 bulan di daerah Muntilan, akan tetapi ternyata setelah selesai kursus dan mereka mahir pekerja tersebut tidak mau bekerja kembali di konveksi milik pak Ferry.Â
Selama dikursuskan padahal semuanya difasilitasi bahkan mesin untuk menjahitpun dikirim ke rumah mereka agar lebih lancar. Setelah 2 kejadian tidak menyenangkan tersebut akhirnya pak Ferry menganalisis mengenai ongkos yang harus dikelurkan ketika dia mempekerjakan orang di rumah dengan jika dia bekerjasama dengan orang-orang yang memang sudah biasa melakukannya.Â
Ternyata lebih besar biaya yang harus dikeluarkan ketika mempekerjakan semua orang di rumah karena harus mengeluarkan biaya listrik dan air, memberi makan pekerja, transport pekerja, dan gaji. Akhirnya pak Ferry mulai belajar untuk memotong desain baju sendiri, sehingga jika ada pesanan pak Ferry akan membuat pola dan melakukan pemotongan kain di rumah.Â
Selanjutnya kain tersebut akan dijahit oleh penjahit kaos di daerah Muntilan dimana peralatan semua dari pak Ferry hanya sang penjahit bebas mengerjakan di rumah. Selain itu kaos yang telah dijahit akan di sablon oleh orang khusus yang bekerja di bagian tersebut.
Usaha yang dirintis pak Ferry ini mencontoh usaha konveksi di daerah Wedi dimana dalam satu desa itu ada orang yang bertugas memotong pola, ada yang menjahit, ada yang menyablon. Usaha konveksi "Grafinata" ini berdiri kurang lebih tahun 2012 dan mampu bertahan hingga saat ini.Â
Secara alur yang akan dilakukan oleh pak Ferry ketika beliau terima order maka akan dibuatkan desain dan dihitung besarnya biaya yang dibutuhkan. Setelah melakukan konfirmasi dengan pembeli dan jika dirasa cocok maka pak Ferry akan segera mencari dan membeli kain. Selanjutnya membuat pola dan menguntingnya, setelah itu akan diserahkan pada penjahit, serta disablon sesuai permintaan.
Dalam pembelian kain beliau sudah tidak melakukan pembelian langsung ke toko, melainkan dilakukan secara online melalui pengantar kurir dari toko tersebut, sehingga dengan perkembangan digitalisasi ini pak Ferry merasa sangat dimudahkan dan diuntungkan untuk pencarian bahan baku. Dulu beliau harus membeli langsung di daerah Giwangan, Pingit, Pojok Beteng Yogyakarta.Â
Jika ternyata di pasar online tidak ada baru kemudian pak Ferry akan mencari secara langsung ke tempat-tempat tersebut. Untuk memotong pola memang secara langsung dilakukan oleh pak Ferry agar kain yang dipakai tidak terlalu banyak terbuang sisa, karena beliau dapat mengepaskan antara kebutuhan berapa banyak potongan dan ukurannya, dibadingkan dengan kain yang dibutuhkan.Â
Jika permintaan banyak maka pak Ferry akan mencari pekerja tambahan untuk memotong kain. Terkadang pelanggan meminta harga murah maka jika tidak pandai dalam memotong pola maka akan banyak kain yang terbuang.