Pendidikan selalu menjadi prioritas setiap orang yang perduli akan pertumbuhan setiap anak. Demikian pula pemerintah, dimana bulan September 2022 menjadi waktu yang dijadwalkan oleh dinas pendidikan menyelenggarakan ANBK di jenjang SMP. Asesmen Nasional Berbasis Komputer ini diselenggarakan oleh Kemdikbud dengan maksud sebagai program evaluasi yang diharapkan dapat meningkatkan mutu pendidikan dengan memotret input, proses dan output pembelajaran di seluruh satuan pendidikan. Hasil dari ANBK ini menjadi gambaran perkembangan sekolah. Di tengah upaya sekolah menerapkan kurikulum merdeka, sangat penting sekali memperhatikan baik input, proses, maupun output yang dihasilkan dari proses pendidikan yang dijalankan.
Sebelum pelaksanaan ANBK jenjang SMP yang akan diselenggarakan pada 19-22 September 2022 maka sekolah-sekolah jenjang SMP melaksanakan serangkaian persiapan dari perangkat yang akan digunakan, persiapan siswa yang akan terpilih mewakili sekolah sebagai sampling sebanyak 45 siswa peserta utama dan 5 cadangan dari kelas 8, serta kesiapan psikis siswa. SMP Tarakanita di wilayah Jawa Tengah yang terdiri dari SMP Tarakanita Pendowo-Ngablak, SMP Tarakanita Magelang, SMP Tarakanita Solo Baru melakukan pembekalan pada siswa-siswi yang terpilih agar siap mengikuti ANBK. Persiapan tersebut diantaranya adalah melakukan simulasi ANBK yang diselenggarakan dinas pendidikan pusat, maupun simulasi ANBK yang diselenggarakan oleh dinas pendidikan kabupaten.
Pembekalan secara khusus diberikan untuk mempersiapkan para peserta yang menjadi sample ANBK. Kemampuan literasi dan numerasi menjadi hal yang diujikan selain itu juga ada survei karakter dan lingkungan belajar. Untuk kemampuan literasi dan numerasi, siswa sudah dibiasakan dalam proses pembelajaran keseharian di dalam kelas. Guru-guru mengupayakan proses pembelajaran peserta didik mengarah pada kemampuan berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking Skill). Soal-soal literasi dan numerasi pada ANBK prinsipnya mengupayakan mengukur dimensi metakognisi tidak hanya kemampuan konseptual, faktual dan prosedural. Soal HOTS tidak selalu sulit, hanya saja memang membutuhkan kemampuan peserta didik untuk memahami stimulus yang ditampilkan.
Membaca dirasa sebagai kunci dari berhasilnya proses pembelajaran, entah itu pembelajaran yang akan dilakukan secara tatap muka langsung, secara daring, ataupun Hybrid. Kecenderungan siswa terlalu tergesa-gesa dalam membaca, atau bahkan melewatkan membaca stimulus yang ditampilkan dalam asesmen menyebabkan hasil yang didapat tidak sesuai harapan. Dalam hal ini kegiatan pembiasaan literasi perlu terus digalakkan di setiap satuan pendidikan. Budaya membaca menjadi keprihatinan tersendiri bagi peserta didik maupun para pendidik.Â
Tidak dapat dipungkiri terkadang sebagai guru juga kurang memiliki keinginan menambah bahan literasi bacaan, kecenderungan akan menggunakan hal yang sama untuk disampaikan pada siswa. Sebagai contoh saja, sebagai guru Sejarah kecenderungan dalam memberikan materi misalnya tentang manusia purba akan disampaikan sama persis yang tertulis dalam buku paket pegangang siswa, guru kurang bisa mengembangkan dengan memberikan wacana baru tentang penemuan manusia-manusia purba terbaru baik di Indonesia maupun di luar negeri. Memang benar mungkin itu tidak menjadi tuntutan kompetensi dasar pada saat mengajar, tapi siswa juga membutuhkan guru mampu membuka wacana baru bahkan mendorong siswa mencari tau hal baru. Kemampuan analisis siswa akan semakin berkembang jika guru juga kreatif mengembangkan diri.
Sementara itu untuk kemampuan numerasi, ini menjadi PR besar dalam dunia pendidikan karena siswa akan dihadapkan dengan berbagai macam permasalahan dalam kehidupan sehari-hari dan menggunakan kemampuan berpikir konseptual, faktual serta prosedural untuk menyelesaikannya. Kemampuan numerasi ini memang lebih banyak bertumpu pada mata pelajaran hitungan seperti matematikan serta sains. Kecenderungan guru-guru menggunakan model pembelajaran dengan langsung menghadapkan siswa pada soal yang harus diselesaikan dengan langkah yang telah diajarkan. Sementara, soal-soal numerasi yang dimunculkan dalam Asesmen Nasional adalah soal-soal dengan stimulus baik berupa bacaan, bagan, grafik serta infografis. Para peserta didik kurang terbiasa dengan hal tersebut, sehingga tidak sabar untuk mencermati apa yang diminta. Kendala ini juga menjadi PR bagi guru-guru eksakta mengingat mereka sangat terbatas kemampuan untuk mendapatkan stimulus.