Ternyata prediksi saya salah total, pusat grosir yang biasanya berisi lautan manusia di masa jelang lebaran, kali ini sepi. Lapak-lapak kecil yang berderet di tengah-tengah lantai gedung menghilang. Saya seperti tengah berjalan di jalan bebas hambatan. Toko-toko atau tenant banyak sekali yang tutup. Ternyata begitu berat pukulan pandemi ini bagi para pedagang baju.
Kami langsung menuju toko langganan Ibu di lantai 4 sudut paling utara. Kami bertiga terkejut karena toko yang kami tuju sudah tutup. Padahal toko itu terkenal dengan model baju kekinian, berkualitas baik dengan harga paling miring. Tak juga menemukan baju yang cocok di toko lain di gedung yang sama, kami memutuskan untuk pindah ke pusat perbelanjaan yang lain.
Ternyata kami dibuat tidak kalah terkejut dengan pusat perbelanjaan kedua ini. Pusat perbelanjaan semi mall yang dimiliki oleh sebuah korporasi besar di negeri ini nampak sangat memprihatinkan. Di bagian department storenya tidak ada tumpukan baju yang menggunung khas departemen store jelang lebaran. Banner atau keterangan diskon yang mencolok di setiap barisan baju juga tidak ditemukan. Baju-baju yang dijual adalah baju-baju lama yang tidak menarik sama sekali.
Kamipun memutuskan untuk menuju pusat perbelanjaan pilihan kami yang terakhir. “Silahkan dipilih baju-baju model barunya Umi,” sebuah sambutan manis yang kami terima dari mbak mbak pelayan toko yang kami kunjungi. Toko baju itu nampak mencolok karena dikelilingi oleh toko-toko lain yang telah tutup.
Saya masih ingat dulu toko ini dijaga oleh 3 orang pegawai, 2 orang khusus melayani pembeli dan yang terakhir bertindak sebagai kasir. Saat ini hanya ada satu-satunya pegawai yang sedang melayani kami. Rasa penasaran menbuat saya bertanya kepada mbak pelayan toko itu:
“Sepi ya Mbak, teman-temannya pada kemana?”
“Udah nggak kerja Umi. Tahun lalu sudah berhenti.”
“Mau lebaran gini rame mbak? Hari ini banyak yang beli?”
“Lumayan Umi. Mau Lebaran gini tiap hari pasti ada yang beli. Sebelum puasa sehari satu (pembeli) saja sudah beruntung banget.”
***
Toko ini memilah menjadi 2 kelompok baju berdasarkan kesamaan harga: pertama adalah deretan baju seharga 50 ribuan, dan deret kedua seharga 100 ribuan. Kelompok pertama lebih banyak menarik perhatian pembeli. Beberapa ibu-ibu berdesakan memilih baju 50 ribuan yang sesuai selera masing-masing.