Mohon tunggu...
Rimayanti Z
Rimayanti Z Mohon Tunggu... widyaiswara - Praktisi Pendidikan

Pengajar walau bukan guru

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Dikeroyok Muhammadiyah, NU, dan PGRI dalam POP Efektifkah Cara Nadiem Berkelit?

27 Juli 2020   22:33 Diperbarui: 28 Juli 2020   08:50 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nadiem Makarim dalam Pelantikan Virtual Pejabat Kemendikbud (Foto Istimewa)

Harapannya hasil verifikasi yang dilakukan dapat menjawab pertanyaan dan keraguan yang dilontarkan oleh Muhammadiyah dan Lembaga Pendidikan Maarif NU.

Hasil evaluasi dan verifikasi mestinya juga dapat dijadikan Nadiem sebagai sumber data untuk menjawab ketidak setujuan PGRI turut serta dalam program ini. Ini memerlukan tindakan yang cepat dan terukur. Tidak cukup sebatas pernyataan normatif di berbagai media.

Muhammadiyah, LP Maarif NU, PGRI, dan semua pihak menunggu tindakan nyata dari Nadiem terhadap semua keraguan yang telah dilontarkan akan keterlaksanaan program ini.

Secepatnya perlu dilakukan duduk bersama antara Kemendikbud dan ketiga organisasi tersebut, termasuk organisasi pendidikan lainnya  serta pihak-pihak terkait guna membicarakan hal ini secara lebih intens. Nadiem perlu melibatkan pihak luar Kemendikbud lebih banyak lagi  sebelum menelurkan program-programya.

Yang pasti bola panas POP terus menggelinding kemana-mana. Termasuk ke gedung DPR senayan. Anggota dewan mempertanyakan penggelontoran dana POP yang masuk ke Sampoerna Foundation dan Tonato Foundation.

Dua organisasi yang berafiliasi pada dua perusahaan besar di Indonesia. Sebagai sebuah perusahaan mestinya mereka menyalurkan dana melalui CSR (corporate social responsibility) bukan menerima dana dari pemerintah. Hal ini tentu juga perlu diverifikasi oleh Nadiem.

Publik menunggu tindakan selanjutnya yang akan dilakukan oleh Nadiem menyangkut POP dan guru penggerak. Perubahan dalam tatalaksan  POP mutlak diperlukan. Jika tidak cukup terlihat dalam tindakan nyata boleh jadi LP Maarif NU, Muhammadiyah, dan PGRI tetap dalam sikap semula untuk berada diluar dari Program Organisasi Penggerak Kemendikbud.

Jika ini terjadi niat Kemendikbud untuk pemberdayaan masyarakat di bidang pendidikan melalui POP akan sedikit ternodai. Karena ketiga organisasi tersebut adalah organisasi besar yang sudah berkontribusi lama dalam peningkatan mutu pendidikan di Indonesia.

Bagaimanapun POP di rancang dengan tujuan mulia untuk meningkatkan kompetensi guru di Indonesia. Lebih banyak pihak yang terlibat dan berkontribusi tentu akan lebih baik. Kita tunggu langkah strategis Nadiem berikutnya agar dapat merangkul semua pihak guna keterlaksanaan program ini. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun