Mohon tunggu...
Rimayanti Z
Rimayanti Z Mohon Tunggu... widyaiswara - Praktisi Pendidikan

Pengajar walau bukan guru

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Tahun Ajaran Baru Kali Ini Bukan Awal Mulai Sekolah

8 Juni 2020   15:08 Diperbarui: 8 Juni 2020   15:13 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Penghargaan yang sama terhadap  para guru yang telah melakukan pembelajaran di Luar Jaringan (Luring). Apakah itu melalui penugasan kepada siswa. Atau menggunakan pembelajaran berbasis proyek. Bahkan ada yang melakukan kunjungan belajar.

Akan tetapi, hal tersebut tidak dapat dilakukan secara maksimal diseluruh sekolah. Bahkan di sekolah yang sama, perlakuan dan intensitas pembelajaran dari rumah yang dilakukan oleh  setiap guru belum tentu sama. Beberapa guru aktif melakukan audiensi dengan siswanya untuk melakukan pembelajaran. Sebagian lagi hanya sekali-sekali.

Pada sisi lain tidak semua guru siap dengan pembelajaran Daring. Kendala ketersediaan alat,  kesiapan materi, kepiawaian guru dalam menggunakan berbagai gadget dalam pembelajaran Daring menjadi permasalahan sehingga belajar dari rumah tidak maksimal.

Belum lagi jika kita akan membandingkan antara sekolah yang terdapat di perkotaan dan pedesaan.. Sudah menjadi rahasia bersama bahwa tidak semua daerah terjangkau signal internet dengan baik. Untuk daerah seperti ini alternatifnya adalah melaksanakan pembelajaran secara luring.

Namun hal tersebut tidak semudah membicarakannya. Adanya guru  yang tidak berdomisili di sekitar sekolah, tempat tinggal siswa yang berpencar,  menjadi pemicu sulitnya dilakukan kunjungan belajar kerumah-rumah sebagaimana yang dilakukan oleh sebagian guru di beberapa tempat. Sehingga jika kita lakukan tes hasil belajar yang terstandar, akan terdapat disparitas yang cukup tinggi antara satu daerah dengan daerah lain.

Hal inilah yang seharusnya juga menjadi pemerintah sebelum memutuskan tetap menetapkan tahun ajaran pada Bulan Juli sebagaimana biasa.  Kita memahami dalam kondisi pandemi saat ini semunya serba darurat. Prinsipnya yang terpenting berbuat dahulu. Walau kecil tetapi  ada sesuatu yang diperbuat. 

Namun untuk sebuah proses pembelajaran mestinya tidak perlu dipaksakan. Dengan mempertahankan tahun ajaran tetap dimulai Bulan Juli 2020 berarti kita telah membiarkan siswa tidak belajar maksimal selama 2 semester. 

Mengapa  harus dipaksakan? Bukankah menunda tahun ajaran sampai Januari 2021 akan lebih baik? Dimana pada saat itu situasi di negara kita diharapkan lebih kondusif sehingga pembelajaran tatap muka dapat dilaksanakan.

Penundaan tahun ajaran baru adalah solusi yang lebih masuk akal. Jika menilik kebelakang, penundaan pelaksanaan tahun ajaran bukanlah hal yang pertama dilakukan di Indonesia. 

Pada tahun 1979 Kementertian Pendidikan dan Kebudayaan yang waktu itu bernama Departemen Pendidikan dan Kebudayaan juga telah melakukan hal yang sama.

Dengan istilah penambahan tahun pelajaran Daud Yoesuf yang menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan saat itu telah menunda permulaan tahun ajaran baru dari bulan Januari menjadi bulan Juli. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun