Kisah  ini tentang gadis kecil yang bernama Nurmas yang hidup di kampung pedalaman. Hidup di masa awal kemerdekaan dimana semua serba terbatas, bahkan sekolahpun tidak menggunakan seragam dan tidak beralas kaki. Meskipun kehidupan di kampung sana tidaklah mudah, Nur tetap menjalani hidupnya dengan ceria.
Nur kelas 5 SD saat cerita ini dimulai, dia pergi ke kota kabupaten seorang diri untung menemui dokter dan meminta obat bapaknya yang sakit sakitan, dengan hanya menaiki gerobak kerbau dan sampai di kota setelah melewati jarak 15 pal.
Ketika musim paceklik tiba, persediaan bahan makanan di rumahpun sudah habis, Nur di minta mamaknya untuk menjual ikan di pasar, hasil berjualan itu harus dibelikannya bahan dapur namun Nur malah menghilangkan uang tersebut. Untuk memenuhi kebutuhan sehari hari bapaknya harus rela menjadi kuli di pasar yang hanya bua satu hari dalam seminggu itu. Untung bapaknya hanya menjadi kuli selama sehari. Nur memikirkan cara membantu orang tuanya, dia memulai usaha menjual gorengan dan kopi di stasiun kereta dekat kampung mereka.
Dulu, bapak Nur pernah ikut kelompok komunis, namun setelah terjadi peristiwa tragis bapak Nur akhirnya taubat dan menikah dengan mamak. Peristiwa itu membuat seseorang menyimpan dendam dan pembalasan dendam itu akhirnya terjadi saat Nur kelas 6 sd. Dari peristiwa  peristiwa itulah Nur disebut sebut sebagai si anak cahaya.
Saya tidak melihat kekurangan pada buku ini, cerita yang di tuliskan sangat menarik dan lebih menegangkan disbanding serial anak nusantara yang lainnya, sampul bukunya pun bagus, mampu mewakili cerita di dalamnya menurut saya buku ini sangat menginspirasi kita dalam kehidupan sehari hari
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H