Ilmuwan perilaku telah berhasil menerapkan prinsip-prinsip analisis perilaku untuk meningkatkan berbagai perilaku pro-lingkungan dan mengurangi berbagai perilaku yang merusak lingkungan. Kami mulai dengan meninjau perilaku relevan lingkungan yang ditargetkan untuk intervensi, dan diikuti dengan penjelasan yang lebih rinci tentang teknik intervensi. Misalnya adanya kampanye kota yang bersih dan rapih, pengendalian sampah menjadi target utama para aktivis lingkungan. Beberapa contoh awal termasuk aplikasi kontrol sampah di bioskop, toko kelontong, pusat perbelanjaan, stadion sepak bola, area perkemahan, dan bahkan penjara. Meningkatkan tingkat dan efisiensi daur ulang juga menjadi target yang populer. Ini dapat melindungi lingkungan dengan mengurangi jumlah limbah yang diarahkan ke tempat pembuangan sampah yang meluap, dan mengurangi jumlah energi yang dibutuhkan untuk menghasilkan produk baru.
Sistem nilai individu telah ditemukan sebagai factor utama dalam pembentukan motivasi intrinsik seseorang. Namun, pertanyaan tentang apa yang membentuk nilai seseorang adalah pertanyaan yang kompleks. Nilai-nilai seseorang paling dipengaruhi oleh 'mikrosistem', yang terdiri dari jaringan sosial langsung — keluarga, tetangga, kelompok sebaya, dan lain-lain. Pada saat yang sama atas dasar kesadaran diri terdapat beberapa variable yang terkait dengan perilaku pro-lingkungan yang bertanggung jawab misalnya:
- Pengetahuan tentang masalah: Orang harus terbiasa dengan masalah lingkungan dan penyebabnya.
- Pengetahuan tentang strategi tindakan: Orang harus tahu bagaimana dia harus bertindak untuk mengurangi dampaknya terhadap masalah lingkungan.
- Locus of control: Ini mewakili persepsi individu tentang apakah dia memiliki kemampuan untuk membawa perubahan melalui perilakunya sendiri. Orang dengan locus of control internal yang kuat percaya bahwa tindakan mereka dapat membawa perubahan. Orang dengan locus of control eksternal, sebaliknya, merasa bahwa tindakan mereka tidak penting, dan merasa bahwa perubahan hanya dapat dilakukan oleh orang lain yang berkuasa.
- Sikap: Orang dengan sikap peduli lingkungan yang kuat ditemukan lebih mungkin terlibat dalam perilaku peduli lingkungan, namun hubungan antara sikap dan tindakan terbukti lemah.
- Komitmen verbal: Kesediaan yang dikomunikasikan untuk mengambil tindakan juga memberikan beberapa indikasi tentang kesediaan seseorang untuk terlibat dalam perilaku peduli lingkungan.
- Rasa tanggung jawab individu: Orang dengan rasa tanggung jawab pribadi yang lebih besar lebih mungkin terlibat dalam perilaku yang bertanggung jawab terhadap lingkungan.
Mengubah perilaku yang tidak peduli lingkungan menuju perilaku yang peduli lingkungan merupakan tugas yang penting dan penting. Tampaknya penting juga untuk mencurahkan perhatian pada bagaimana mempertahankan perubahan perilaku setelah tercapai. Untuk mencapai efek luas pada kerusakan lingkungan, tidak cukup hanya dengan mengubah perilaku dalam waktu singkat. Konsolidasi sangat penting. Jadi, dalam konteks menumbuhkan dan mengadopsi perilaku baru harus lebih berani “menginvestasikan perilaku peduli lingkungan” untuk memberikan jaminan masa depan yang lebih baik bagi bumi ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H