Mohon tunggu...
Dino  Rimantho
Dino Rimantho Mohon Tunggu... Dosen - Pemerhati lingkungan

Penikmat kopi yang simple dan ingin berbagi pengetahuan di bidang lingkungan hidup

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Quo Vadis Pengelolaan Sampah Plastik

11 Desember 2020   11:15 Diperbarui: 11 Desember 2020   11:17 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Untuk dapat mencapai hal ini, maka keterlibatan seluruh stakeholder seperti desainer, peneliti, pemerintah, pengusaha dan masyarakat mempunyai peran yang sangat signifikan dalam terjadinya perubahan. Para stakeholder tersebut perlu memikirkan siklus hidup dari plasti yang digunakan. Selain itu, peran pemerintah perlu menetapkan regulasi yang jelas dalam memberikan dukungan baik kepada para peneliti maupun pengusaha untuk mengurangi atau bahkan menghilangkan sampah plastik.

Pencemaran lingkungan akibat sampah plastik telah menjadi permasalahan serius beberapa tahun terakhir ini. Hal ini mendorong kepedulian dan kesadaran publik bahwa sampah plastik memiliki potensi bahaya yang cukup besar bagi lingkungan dan kesehatan kita sebagai manusia. Pemerintah telah membuat suatu keputusan untuk mengurangi penggunaan plastik. Akan tetapi hal ini sepertinya masih berjalan di tempat dan hanya menyentuh wilayah tertentu saja. 

Program pengurangan sampah plastik yang didengungkan sepertinya tidak cukup untuk mengatasi problem sampah plastik. Di lain pihak, masyarakat juga belum memiliki kesadaran yang tinggi tentang potensi bahaya plastic karena kurangnya pengetahuan yang mereka miliki. Selain itu, kondisi juga semakin kompleks ketika masyarakat sepertinya masih kurang peduli untuk tidak menggunakan plastik lebih banyak dalam kehidupan sehari-hari.  Kita selalu terlalu cepat untuk menyimpulkan bahwa problem sampah plastik dapat diselesaikan melalui program daur ulang ulang.

Secara umum, kegiatan daur ulang tidak sepenuhnya salah karena nilai daur ulang dilakukan untuk mengembalikan sumber daya yang berharga. Akan tetapi pada konteks pemikiran ekonomi, hal ini terlalu sederhana dalam hal daur ulang dan pengelolaan limbah plastik. Aktivitas daur ulang harus dilaksanakan berdasarkan regulasi yang ada yaitu untuk mengurangi atau menghilangkan limbah. 

Selanjutnya, apabila konsep daur ulang dapat diasumsikan sesuai menurut konsep ekonomi melingkat, maka akan ada system pasar yang harus disertakan. Daur ulang dapat mengembalikan sumber daya dan tidak perlu menghabiskan sumberdaya yang lain. Daur ulang dapat terdiri dari aktivitas yang kompleks mulai dari pengumpulan, pengangkutan dan pemindahan ke fasilitas daur ulang, pemilahan, pembersihan dan proses pengembalian ke sumber daya biji plastik. 

Akan tetapi, seringkali masalah jarak lokasi yang jauh dari pasar yang akan mengambil atau membeli biji plastik hasil olahan daur ulang, dan hal ini menimbulkan biaya transportasi yang juga tidak murah. Sehingga, apabila dihitung, biaya ini lebih mahal dibanding dengan penimbunan limbah plastik di tempat penampungan sampah (TPS) atau tempat pembuangan akhir (TPA).  

Salah satu implikasinya, banyak Negara-negara maju yang cenderung memberikan biaya yang lebih murah untuk penimbunan limbah di TPA untuk menurunkan dan mencegah pembuangan limbah secara illegal. Subsidi untuk memberikan biaya yang lebih murah memang dibutuhkan, akan tetapi hal ini berpotensi menumbuhkan tantangan terkait penentuan efektivitas daur ulang limbah plastik. 

Adanya subsidi tarif TPA, akan muncul kecenderungan orang untuk membuang kemasan plastik yang seharusnya dapat digunakan untuk memulihkan sumberdaya. Dengan kata lain, alternative solusi yang benar-benar digerakkan oleh pasar mungkin tidak mencapai suatu keberhasilan karena adanya penurunan biaya di TPA. 

Salah satu solusi yang dapat ditawarkan adalah memunculkan insentif pasar. Perusahaan didorong untuk melakukan perubahan dan mempunyai kesempatan untuk memiliki kewajiban tanggung jawab atas produk yang dihasilkan. Perusahaan dapat mempertimbangkan kembali seluruh jenis kemasan yang digunakan. Pendekatan ini akan mendorong insentif pasar yang lebih efektif dan hasil yang lebih baik dalam hal pengelolaan limbah plastik.

Aktivitas daur ulang merupakan bagian kecil dari keseluruhan system pengelolaan limbah. Dimulai dari kegiatan eksplorasi yang memungkinkan kita dapat mengekstaksi bahan mentah dari bumi. Kemudian dilakukan proses mekanisasi dan penambahan bahan kimia yang kompleks untuk menghasilkan bahan mentah yang dapat digunakan dalam proses produksi berikutnya. Agar dapat menurunkan biaya dan mendorong peningkatan kerja, material baru diciptakan dengan kombinasi cerdas dari material yang telah ada, misalnya kayu dan kulit, kertas, plastik, logam dan kain. 

Ketika barang olahan dari industry manufaktur dikirim ke konsumen, barang-barang tersebut dimasukkan kedalam kemasan yang terbuat dari bahan yang kemungkinan tidak dapat didaur ulang. Sehingga, aktivitas daur ulang seperti menjadi kambing hitam dari permasalahan limbah yang dihasilkan. Dalam konteks ini, system tidak didesain untuk memecahkan masalah daur ulang, dengan demikian dapat dikatakan system merupakan ujung masalahnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun