Halo, semuanya! Untuk para pembaca, ku harap membaca cerita ini dalam keadaan sehat selalu, ya. Mungkin isinya akan sedikit random karena aku sepertinya akan menceritakan hal-hal random sesuai julukan teman-teman ku. Ya, aku dan duniaku yang isinya mungkin apa saja yang keluar didalam kepalaku. Sebelum kita beranjak lebih jauh, aku akan memperkenalkan siapakah aku.Â
Namaku Rima Noor Zahrany. Aku merupakan seorang mahasiswi jurusan Ilmu Komunikasi semester 4 yang sedang menempuh pendidikan di salah satu Universitas di Kota Bandung. Â Aku berumur 19 tahun dan merupakan anak sulung dari 2 bersaudara. Adikku laki-laki yang saat ini sedang berusia 17 tahun dan sedang menempuh pendidikan SMA di salah satu sekolah yang berada di Cirebon.Â
Makna namaku untuk beberapa orang mungkin cukup membingungkan dan membuat orang tak sedikit yang bertanya "Mengapa Rima? bukankah itu merupakan bunyi jika diartikan dalam pantun?"Benar sekali. Awalnya aku pun berpikir hal serupa, namun nenekku pernah berkata bahwa Rima itu ialah gabungan dari nama orang tuaku. Ari dan Isma.Â
Sedangkan Noor itu berarti Cahaya dan Zahrany berarti Bunga. Cukup singkat, bukan? Cahaya Bunga Putri Ari dan Isma. Namun, saat dilahirkannya aku ke dunia dan diberikan nama tersebut, Ibuku justru mempunyai makna tersendiri untukku yaitu Anak perempuan yang cantik dan bercahaya seperti putri Rasulullah. Mungkin harapan Ibuku adalah agar aku bisa mempunyai sikap dan akhlak baik seperti putri Rasulullah. Â Aamiin.
Hm, Apalagi ya? Aku sedikit bingung akan menceritakan hal apa disini. Tapi sesuatu terpikirkan olehku. Aku ingin menceritakan sedikit pengalaman perjalananku mengapa aku bisa terdampar di Kota Bandung. Karena teman-teman kuliah ku sedikit bingung karena aku berasal dari kota yang jauh. Â
Awal mula cerita ini adalah pada saat aku lulus SMP, yang ikut dengan Ibuku karena beliau harus pindah tugas keluar kota. Mulai aku SD hingga SMP, beliau sudah sangat sering pindah tugas namun aku belum terpikir ingin ikut sekolah merantau di kota yang baru. Saat lulus SMP, hal random yang aku pikirkan tadi tiba-tiba terjadi.Â
Dan, Ya, aku ikut Ibuku pindah ke Kota Cirebon lalu melanjutkan pendidikan SMA ku disana dan Adik laki-laki ku pun ikut melanjutkan pendidikan SMP nya. Kisah perantauan ini berlanjut hingga aku Kuliah di Kota Bandung. Aku sudah terlatih menjadi manusia perantau yang tidak kaget dengan culture shock yang biasa diceritakan orang-orang.Â
Menurutku sama saja pada saat aku SMA, aku bisa membawa diriku dengan masyarakat sekitar tempat ku tinggal bahkan dengan teman-teman sejoliku disini. Yang berbeda hanyalah Ibu tidak ikut disini jadi aku harus menjadi anak mandiri untuk segala hal.
Saat SMA aku tak terlalu mendalami organisasi karena sedang istirahat sejenak karena terlalu lelah dengan kehidupan organisasi di SD dan SMP yang aku perdalam dengan mengikuti Organisasi Pramuka, Paduan Suara dan Paskibra. Sewaktu SMA aku mencoba mengikuti 1 organisasi saja namun tidak berjalan baik karena kami semua harus belajar dari rumah pada saat itu karena Covid 19 yang marak pada beberapa tahun kedepan.Â
Saat TK hingga SMP aku menyukai perlombaan mulai dari berpidato Bahasa Inggris yang menjadikan aku juara 3 antar sekolah, paduan suara yang menang di tingkat kecamatan dan lomba karya pada saat Pramuka di Sekolah Dasar. Hingga pada akhirnya setelah hiatus organisasi selama 2 semester di dunia perkuliahan karena sebelumnya pada saat semester 1 aku bergabung dengan Paduan Suara lalu keluar karena jadwal yang bentrok, akhirnya aku menyentuh lagi organisasi di bagian media dan berita, selain aku suka berinteraksi aku juga suka mengekspresikan ke absurd an ku ini.Â
Awalnya aku tidak ingin masuk organisasi lagi namun teman-teman ku sangat mendukungku untuk aku melanjutkan hal apa yang aku sukai.
Terlahir sebagai ambivert yang terkadang bisa menjadi ekstrovert dan introvert membuatku sering menguras tenaga jika kebanyakan berinteraksi dengan banyak manusia, siapapun itu akan ku tegur dan ajak bicara bahkan pedagang bubur ayam langganan didepan kampusku ataupun pedagang random yang aku temui setiap aku jajan. Namun ada kalanya aku kehabisan energi dan perlu untuk segera tidur guna mengisi daya layaknya handphone yang kehabisan baterai karena kebanyakan berinteraksi. Tapi tidak apa-apa, sebab itu menyenangkan.
Aku suka bertemu semua orang, mengobrol lalu menghabiskan waktu dengan hal-hal random asal tidak monoton karena aku merupakan pribadi yang cepat bosan dengan hal yang itu-itu saja. Selain hobi bertemu banyak orang, aku juga hobi memasak, menonton film, jalan-jalan dan berkulineran.Â
Aku senang mencoba resep-resep baru seperti lbuku. Kami menyebut ini resep anak pertama. Terdengar konyol namun candaan ini kerap digunakan jika sedang berbincang dengan Ayah dan Ibuku saat mencicip makanan ala resep baru itu.Â
Ternyata tanpa ku sadari, selera humorku ialah bagaiman selera humor Ayahku. Beliau juga salah satu manusia random. Sifat ekstrovert ku ini menurun dari beliau yang senang menegur pengendara lain yang ia tidak kenal siapa mereka sebenarnya.Â
Selain aku yang hobi memasak, aku adalah manusia yang suka makan. Sehingga aku membuat kesukaanku tadi menjadi hobi. Aku senang hobi kulineran. Beberapa tempat makan sudah pernah aku singgahi bersama Ibuku yang juga mempunyai hobi serupa yaitu masak, berjalan-jalan dan kulineran.Â
Aku setuju jika kalian berpendapat bahwa cerita ini isinya sangat random. Aku pun mengakuinya namun cerita-cerita ini sebenarnya tulus ku ceritakan pada kalian agar kalian tak salah paham mengapa aku begini dan begitu yang asik dengan dunia anehku. Jika ingin mengobrol denganku, kalian bisa sapa aku di Instagramku @rimanoorz. Â Sampai jumpa!
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI