Mohon tunggu...
Rima Nurmalah
Rima Nurmalah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Selamat datang di blog saya! Saya Rima, seorang mahasiswa Jurusan Administrasi Publik. Di sini, saya berbagi pengetahuan dan pengalaman seputar bidang Administrasi Publik. Semoga Anda menemukan konten yang bermanfaat. Selamat membaca

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Meningkatkan Akses Pelayanan Kesehatan Maternal Melalui Perluasan Jaringan Pondok Bersalin Desa

24 Juli 2023   14:43 Diperbarui: 24 Juli 2023   15:03 375
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.merdeka.com/gaya/10-negara-dengan-fasilitas-cuti-melahirkan-terpanjang.html

POLICY BRIEF

MENINGKATKAN AKSES PELAYANAN KESEHATAN MATERNAL MELALUI PERLUASAN JARINGAN PONDOK BERSALIN DESA: STRATEGI UNTUK MENGATASI TANTANGAN AKSESIBILITAS DI WILAYAH TERPENCIL

A. RINGKASAN EKSEKUTIF

Wilayah terpencil sering menghadapi tantangan dalam aksesibilitas pelayanan kesehatan maternal yang memadai, meningkatkan risiko komplikasi bagi ibu dan bayi. Dalam konteks ini, strategi perluasan jaringan Pondok Bersalin Desa (Polindes) menjadi penting untuk memastikan akses pelayanan kesehatan yang merata di wilayah terpencil. 

Kabupaten Subang memiliki kekurangan aksesibilitas pelayanan kesehatan, termasuk pelayanan persalinan yang aman, dengan hanya ada 1 rumah sakit bersalin di pusat kota. Dalam kondisi tersebut, Polindes memiliki peran krusial dalam memberikan pelayanan persalinan yang aman dan mencegah komplikasi. Polindes membantu meningkatkan aksesibilitas pelayanan kesehatan di wilayah terpencil, memberikan pelayanan kesehatan dasar, mengurangi beban puskesmas, meningkatkan kualitas pelayanan, dan memberdayakan masyarakat. 

Namun, saat ini hanya ada 10 Polindes dari 253 desa dan kelurahan di Kabupaten Subang, meninggalkan banyak desa tanpa akses pelayanan kesehatan yang memadai. Untuk mengatasi kurangnya aksesibilitas pelayanan kesehatan ibu dan bayi di wilayah terpencil, beberapa rekomendasi kebijakan perlu dipertimbangkan. 

Pertama, pengembangan dan penambahan jumlah Polindes di desa-desa yang belum memiliki akses pelayanan kesehatan maternal yang memadai. Kedua, peningkatan tenaga kesehatan dengan penempatan bidan atau perawat yang terlatih di setiap Polindes. Ketiga, peningkatan infrastruktur dan fasilitas Polindes agar memberikan lingkungan yang sesuai standar. 

Keempat, peningkatan pendanaan dan alokasi anggaran yang memadai untuk Polindes. Kelima, meningkatkan edukasi dan penyuluhan kesehatan kepada masyarakat tentang pentingnya perawatan kesehatan maternal. Terakhir, memperkuat kerjasama antara Polindes, puskesmas, dan fasilitas kesehatan lainnya untuk koordinasi pelayanan kesehatan yang komprehensif.

Implementasi kebijakan-kebijakan ini diharapkan dapat meningkatkan aksesibilitas pelayanan kesehatan ibu dan bayi di wilayah terpencil, mencegah komplikasi, dan meningkatkan kesehatan mereka.

B. PENDAHULUAN

Wilayah terpencil seringkali dihadapkan pada tantangan aksesibilitas pelayanan kesehatan yang memadai, termasuk pelayanan kesehatan maternal. Kurangnya aksesibilitas ini dapat menghambat akses terhadap perawatan persalinan yang aman dan meningkatkan risiko komplikasi bagi ibu dan bayi. Dalam menghadapi tantangan ini, strategi perluasan jaringan Pondok Bersalin Desa menjadi kritis untuk memastikan akses pelayanan kesehatan yang merata di wilayah terpencil.

Dalam konteks tersebut, Puskesmas memiliki peran penting sebagai koordinator dan penanggung jawab dalam pelayanan kesehatan di wilayah kerjanya. Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2020 Tentang Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024, puskesmas melibatkan jaringan dan jejaringnya, termasuk Polindes (Pondok Bersalin Desa), pustu, posyandu, posbindu, dan fasilitas kesehatan swasta seperti klinik swasta, dokter praktik mandiri, dan bidan praktik mandiri. 

Namun, data Sistem Informasi Sumber Daya Manusia (SDM) Kesehatan menunjukkan bahwa keterisian puskesmas dengan 9 jenis tenaga kesehatan lengkap di provinsi lain rata-rata masih di bawah 50%. Selain itu, terdapat 342 puskesmas yang tidak memiliki bidan.

Kondisi ini menggambarkan kekurangan aksesibilitas pelayanan kesehatan yang terjadi di wilayah terpencil, termasuk dalam hal pelayanan persalinan yang aman. Dari 30 kecamatan di Kabupaten Subang, hanya ada 10 Polindes yang beroperasi, sehingga meninggalkan 245 desa tanpa akses yang memadai terhadap pelayanan kesehatan maternal. 

Kekurangan Polindes ini menyebabkan beberapa tantangan dan risiko dalam mencapai aksesibilitas pelayanan kesehatan yang merata di wilayah terpencil. Beban kerja yang tinggi pada Polindes yang ada, keterbatasan fasilitas dan tenaga kesehatan, serta keterbatasan peralatan dan sumber daya menjadi kendala dalam memberikan pelayanan yang komprehensif dan memadai. Tantangan dalam manajemen dan koordinasi antar-Polindes juga dapat mempengaruhi kualitas pelayanan yang diberikan.

Selain itu, risiko ketidakmerataan akses pelayanan kesehatan dan peningkatan risiko komplikasi dan kematian menjadi keprihatinan serius di wilayah terpencil. Kurangnya edukasi dan penyuluhan kesehatan kepada masyarakat juga menghambat upaya pencegahan penyakit dan perawatan prenatal yang memadai. Selain itu, tantangan pembiayaan dan ketersediaan sumber daya manusia menjadi faktor penting dalam memperluas jaringan Polindes untuk mencapai akses pelayanan kesehatan yang lebih baik. 

Mengingat kekurangan, tantangan, dan risiko tersebut, terdapat urgensi yang tinggi untuk memperluas jaringan Polindes di wilayah terpencil. 

Perluasan jaringan Polindes menjadi solusi yang sangat dibutuhkan untuk mengatasi kekurangan aksesibilitas pelayanan kesehatan di desa-desa yang ada Kabupaten Subang. Dengan meningkatkan jumlah Polindes dan memastikan ketersediaan fasilitas, tenaga kesehatan, dan sumber daya yang memadai, diharapkan aksesibilitas pelayanan kesehatan maternal dapat ditingkatkan.

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan akses pelayanan kesehatan maternal melalui perluasan jaringan pondok bersalin desa. Melalui penelitian ini, diharapkan dapat ditemukan rekomendasi kebijakan yang konkret dan berkelanjutan untuk meningkatkan jumlah Polindes dan memperluas jangkauan pelayanan kesehatan maternal di wilayah terpencil. 

Dengan demikian, diharapkan dapat mengurangi risiko komplikasi, meningkatkan kesehatan ibu dan bayi, serta menciptakan akses pelayanan kesehatan yang merata dan berkualitas bagi masyarakat di wilayah terpencil. 

Meskipun beberapa langkah telah diambil dalam meningkatkan aksesibilitas pelayanan kesehatan melalui Polindes, namun tantangan dan kekurangan yang ada masih memerlukan perhatian serius. Maka dari itu, diperlukan upaya kolaboratif dari pemerintah, lembaga kesehatan, dan masyarakat untuk mengatasi kekurangan Polindes, mengatasi tantangan dalam manajemen dan koordinasi, serta mengatasi risiko ketidakmerataan akses pelayanan kesehatan. 

Dengan demikian, perluasan jaringan Polindes dapat menjadi langkah penting dalam meningkatkan aksesibilitas pelayanan kesehatan di wilayah terpencil dan meningkatkan kesehatan ibu dan bayi.

C. PENDEKATAN

Penelitian ini akan menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif bertujuan untuk mendapatkan pemahaman yang mendalam tentang tantangan dan kebutuhan spesifik dalam mengatasi kurangnya aksesibilitas pelayanan bersalin di wilayah terpencil. 

Dalam penelitian ini, digunakan teknik pengumpulan data yang relevan melalui studi dokumen dengan cara mengumpulkan dan menganalisis dokumen-dokumen terkait, seperti kebijakan, regulasi, laporan, dan literatur yang relevan. Studi dokumen akan membantu untuk memahami konteks kebijakan dan langkah-langkah yang telah diambil dalam mengatasi kurangnya aksesibilitas pelayanan bersalin di wilayah terpencil.

Data yang telah diolah akan dianalisis secara deskriptif menggunakan pendekatan analisis kualitatif untuk menginterpretasikan dan menjelaskan temuan dari studi dokumen. Analisis data akan melibatkan identifikasi tema utama, pembentukan konsep, dan pemetaan hubungan antara tema-tema yang muncul. 

Hasil analisis data akan digunakan untuk memperkuat temuan dan rekomendasi yang disajikan dalam policy brief. Data yang diperoleh akan memberikan landasan yang kuat bagi rekomendasi kebijakan yang disusun dalam policy brief ini, sehingga menghasilkan hasil yang berkualitas dan dapat diandalkan.

D. HASIL DAN ANALISIS

Konteks dan Tantangan Aksesibilitas Pelayanan Kesehatan di Wilayah Terpencil

  • Situasi Wilayah Terpencil Dan Tantangan Aksesibilitas Pelayanan Kesehatan Maternal Di Wilayah Tersebut.

BPS Subang Dalam Angka 2023
BPS Subang Dalam Angka 2023

BPS Subang Dalam Angka 2023
BPS Subang Dalam Angka 2023

BPS Subang Dalam Angka 2023
BPS Subang Dalam Angka 2023
  • Dampak Kurangnya Aksesibilitas Terhadap Kesehatan Ibu Dan Bayi.

Pentingnya Pondok Bersalin Desa dalam Mengatasi Kurangnya Aksesibilitas

  • Peran Pondok Bersalin Desa dalam memberikan pelayanan kesehatan    maternal kepada masyarakat terpencil.
  • Manfaat Pondok Bersalin Desa Dalam Menyediakan Perawatan Persalinan Yang Aman Dan Mencegah Komplikasi.

Strategi Perluasan Jaringan Pondok Bersalin Desa

Dalam strategi perluasan jaringan Pondok Bersalin Desa (Polindes), terdapat beberapa faktor penting yang perlu dipertimbangkan. Berikut adalah beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam upaya perluasan jaringan Polindes:

  • Kebutuhan dan Permintaan Masyarakat
  • Lokasi dan Distribusi Wilayah
  • Sumber Daya Manusia
  • Infrastruktur dan Fasilitas
  • Pendanaan dan Kebijakan

Dengan mempertimbangkan faktor-faktor di atas, strategi perluasan jaringan Polindes dapat lebih efektif dan efisien dalam memberikan pelayanan kesehatan maternal yang berkualitas kepada masyarakat terpencil.  

E. KESIMPULAN

Kurangnya aksesibilitas pelayanan kesehatan di wilayah terpencil memiliki dampak yang signifikan terhadap kesehatan ibu dan bayi. Kurangnya aksesibilitas menghambat akses terhadap perawatan persalinan yang aman, meningkatkan risiko komplikasi, dan mengurangi kesempatan untuk mendapatkan perawatan kesehatan yang memadai. 

Dalam menghadapi tantangan ini, perluasan jaringan Pondok Bersalin Desa (Polindes) menjadi kritis untuk memastikan akses pelayanan kesehatan yang merata di wilayah terpencil. Polindes memiliki peran penting dalam memberikan pelayanan kesehatan maternal yang aman, mencegah komplikasi, memberikan edukasi kesehatan, serta meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat. 

Melalui perluasan jaringan Polindes, diharapkan dapat mengatasi kekurangan aksesibilitas, meningkatkan kualitas pelayanan, dan menciptakan akses pelayanan kesehatan yang merata bagi masyarakat terpencil. Upaya perluasan jaringan Polindes harus didukung oleh sumber daya manusia, infrastruktur, pendanaan, dan kerjasama dengan pusat kesehatan yang lebih tinggi. 

Dengan demikian, diharapkan dapat meningkatkan kesehatan ibu dan bayi, mengurangi risiko komplikasi, dan menciptakan aksesibilitas pelayanan kesehatan yang lebih baik di wilayah terpencil.

F. REKOMENDASI 

Rekomendasi kebijakan yang perlu dipertimbangkan untuk mengatasi kurangnya aksesibilitas pelayanan kesehatan ibu dan bayi di wilayah terpencil melalui perluasan jaringan Polindes antara lain:

  • Pengembangan dan Penambahan Jumlah Polindes
  • Peningkatan Tenaga Kesehatan
  • Peningkatan Infrastruktur dan Fasilitas
  • Peningkatan Pendanaan dan Alokasi Anggaran
  • Peningkatan Edukasi dan Penyuluhan Kesehatan
  • Penguatan Kerjasama antara Polindes dengan Puskesmas dan Fasilitas Kesehatan Lainnya

Melalui implementasi kebijakan-kebijakan tersebut, diharapkan dapat meningkatkan aksesibilitas pelayanan kesehatan ibu dan bayi di wilayah terpencil. Perludiperhatikan bahwa rekomendasi kebijakan ini perlu didukung oleh komitmen dan kolaborasi antara pemerintah, lembaga kesehatan, dan masyarakat setempat. Dengan adanya perluasan jaringan Polindes, diharapkan dapat meningkatkan aksesibilitas pelayanan kesehatan maternal, mencegah komplikasi, dan meningkatkan kesehatan ibu dan bayi di wilayah terpencil.

Daftar Pustaka

Arisanti, N., & Sunjaya, D. (2016). Gambaran Pemanfaatan Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (Ukbm) Di Kecamatan Jatinangor. Jurnal Sistem Kesehatan, 1(1), 7–11. https://doi.org/10.24198/jsk.v1i1.10336

BPS Kab.Subang. (2023). Kabupaten Subang Dalam Angka 2023.

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat. (2019). Renstra Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat.

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2020 TENTANG RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN KESEHATAN TAHUN 2020-2024 (2023). https://peraturan.bpk.go.id/Home/Download/144824/Permenkes%20Nomor%2021%20Tahun%202020.pdf

Zalmaliza, Z., & Fitria, L. (2022). Evaluasi Pemanfaatan Polindes Terhadap Pelayanan Kesehatan Masyarakat Di Desa Purwodadi Kabupaten Nagan Raya. PREPOTIF : Jurnal Kesehatan Masyarakat, 6(2), 1083–1088. https://doi.org/10.31004/prepotif.v6i2.4176

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun