Kurikulum MBKM bertujuan untuk memberikan fleksibilitas dan otonomi kepada institusi pendidikan dalam mengembangkan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik dan karakteristik lokal (Mustaghfiroh, 2020). Namun, implementasi kurikulum MBKM di tingkat PAUD, khususnya di daerah terpencil, menghadapi berbagai tantangan. Kesenjangan infrastruktur dan sumber daya antara daerah perkotaan dan pedesaan masih menjadi isu utama dalam pendidikan Indonesia (Azzizah, 2021).
Kurikulum merdeka pada jenjang PAUD sering disebut kebebasan bermain karena proses pembelajarannya  bertujuan agar anak merasa belajar itu menyenangkan dan bebas stres. Pada pendidikan anak usia dini, kebebasan belajar adalah kebebasan bermain. Sama halnya sebagai kebebasan, karena ini adalah permainan. Ada tiga pilihan implementasi: "Kurikulum ini dapat diimplementasikan di sekolah: pembelajaran mandiri, modifikasi mandiri, dan berbagi mandiri.
Ciri-ciri utama kurikulum mandiri pada unit PAUD disebutkan meliputi memperkuat kegiatan bermain yang bermakna sebagai suatu proses pembelajaran. Memperkuat relevansi PAUD sebagai tahap dasar atau bagian penting dalam pengembangan kepribadian dan kemampuan anak serta persiapan anak untuk jenjang sekolah berikutnya. Program Merdeka Belajar-Bermain Bebas merupakan salah satu bentuk proses pembelajaran pada jenjang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 371 Tahun 2021 tentang program sekolah mengemudi. Peraturan ini menjelaskan bahwa proses bermain dan belajar di tingkat PAUD dilakukan dalam upaya  memaksimalkan potensi dan pengembangan melalui pengenalan dan eksplorasi langsung terhadap lingkungan.
Menurut Yusufhadi Miarso, media pembelajaran adalah segala sesuatu yang digunakan untuk menyalurkan pesan serta dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan si belajar sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar yang disengaja, bertujuan, dan terkendali. Sedangkan menurut Menurut Nasution, media pengajaran adalah sebagai alat bantu mengajar, yakni penunjang penggunaan metode mengajar yang dipergunakan guru.
Checklist adalah suatu teknik analisis yang berisikan daftar item teretntu untuk mengidentifikasi jenis dari yang diketahui dari bahaya, kekurangan design serta situasi kecelakaan potensial yang terkait dengan peralatan proses yang umum dan operasi.
E. Landasan Teori
Asesmen secara bahasa berarti menaksir, dimana di dalamnya terdapat aktivitas melukiskan atau menggambar suatu kondisi secara menyeluruh (Kemendikbud Dirjen PAUD, 2018). Penilaian (assessment) adalah suatu proses atau kegiatan yang sistematis dan berkesinambungan Untuk mengumpulkan informasi tentang proses dan hasil belajar siswa guna mengambil keputusan berdasarkan kriteria dan pertimbangan yang telah ditentukan (Nasution, 2022). Asesmen secara sederhana dapat diartikan sebagai proses pengukuran dan non pengukuran untuk memperoleh data karakteristik peserta didik dengan aturan tertentu (Uno dan Koni, 2016:02). Asesmen digunakan sebagai proses pengumpulan informasi mengenai peserta didik yang diperoleh melalui sumber bukti yang berkaitan dengan mereka ketahui dan lakukan. Informasi tersebut kemudian digunakan sebagai dasar untuk membuat suatu keputusan.
Menurut Wahyuni dan Ibrahim (2012:02) asesmen memiliki dua persyaratan, yaitu (1) mengukur kompetensi, dan (2) harus mempunyai efek yang menguntungkan terhadap proses belajar. Pada pelaksanaan asesmen pembelajaran terkadang guru mengalami kesulitan untuk membedakan antara tes, pengukuran, dan evaluasi. Setidaknya terdapat 4 (empat) unsur yang harus dipenuhi dalam proses asesmen, yaitu: adanya perencanaan dalam proses asesmen dan rencana tindak lanjut dari asesmen itu sendiri, pengumpulan data secara kuantitatif dan kualitatif; hasil asesmen berupa informasi yang bermanfaat, dan keputusan atau penilaian dalam asesmen yang objektif serta profesional (Setyawan et al., 2021).
Menurut pendapat Azhar Arsyad, media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi dalam proses belajar mengajar sehingga dapat merangsang perhatian dan minat anak dalam belajar. Penggunaan  media  pembelajaran  sangat  penting  dan  diperlukan  untuk menyalurkan pesan,  merangsang  pikiran,  perasaan,  dan  kemauan  siswa  serta mengaktifkan  proses  pembelajaran  dalam  memberi  tanggapan  dan  umpan  balik sehingga  dapat  meningkatkan  motivasi  belajar  pada  diri  siswa  untuk  melakukan praktik-praktik dengan benar (Prastowo, 2015).
Menurut pendapat Sugiyono (2017) metode ceklis adalah teknik pengumpulan data yang menggunakan daftar pertanyaan atau pernyataan yang harus dijawab dengan memberi tanda centang () pada jawaban yang sesuai. Daftar periksa atau ceklish merupakan daftar yang telah ditentukan sebelumnya untuk mengidentifikasi pengetahuan, keterampilan atau bakat. Umumnya, daftar periksa bukan cara yang cukup canggih untuk menangkap kekayaan pembelajaran anak. Pendidik hanya tinggal mengecek pada daftar target pengamatan yang diamati pada anak, misalnya mampu atau tidaknya anak melakukan suatu indikator kegiatan (Setiawan, dkk., 2024).
F. Hasil ObservasiÂ