Mohon tunggu...
Rima Evi Yanti
Rima Evi Yanti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Sumatera Utara

Menulis &Membaca

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Meme dalam Era Digital: Kajian Kritik Sastra terhadap Narasi Visual

21 November 2023   11:06 Diperbarui: 12 Desember 2023   14:03 565
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Meme  (1) Diakses dari Facebook: https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=pfbid021LFVvkSV9NPWPrANpDkv4KYXUSzAPizW6taWCJpKJihm2i1qRVjTieGSy5YWTJDNl&id=100055820895232&sfnsn=wiwspmo&mibextid=mMAx51

Rima Evi Yanti (201701026)
Dosen Pengampu: Drs. Haris Sutan Lubis, M.Sp.

ABSTRAK
Meme dalam era digital telah menjadi fenomena budaya yang signifikan dalam komunikasi online. Kajian kritik sastra terhadap narasi visual dalam meme memungkinkan pemahaman yang lebih dalam tentang bagaimana humor, satir, dan pesan politik disampaikan melalui gambar dan teks singkat. Penelitian ini bertujuan untuk merinci bagaimana meme dapat menjadi media ekspresi yang kuat dan kompleks dalam menggambarkan realitas sosial dan politik kontemporer. Menggunakan metode deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data yaitu dengan teknik simak, analisis, dan catat terkait pada empat meme yang terdapat dalam media sosial seperti instagram, facebook, tiktok, dan google. Hasil penelitian ini menggali peran meme dalam dunia kritik sastra, mengidentifikasi bagaimana meme dapat berfungsi sebagai alat ekspresi kritik sastra dalam budaya digital, memahami meme sebagai bentuk komunikasi visual yang populer dalam media sosial dan menganalisis bagaimana meme dapat menyampaikan kritik terhadap karya sastra dan mengubahnya menjadi bahasa yang lebih akrab dan relevan bagi generasi yang terhubung secara digital.

Kata Kunci: Meme, Kritik, dan Sastra.

ABSTRACT
Memes in the digital era have become a significant cultural phenomenon in online communication. A literary critical study of visual narratives in memes allows a deeper understanding of how humor, satire and political messages are conveyed through images and short text. This research aims to detail how memes can be a powerful and complex medium of expression in depicting social and political realities contemporary. Using qualitative descriptive methods. The data collection technique is by listening, analyzing and taking notes related to four memes found on social media such as Instagram, Facebook, TikTok and Google. The results of this research explore the role of memes in the world of literary criticism, identify how memes can function as a means of expressing literary criticism in digital culture, understand memes as a popular form of visual communication on social media and analyze how memes can convey criticism of literary works and turn them into language. one that is more familiar and relevant to the digitally connected generation.

Keywords: Memes, Criticism, and Literature.

PENDAHULUAN

Secara harfiah, kata sastra dalam bahasa Latin, "littera" yang artinya tulisan. Demikian juga di dalam bahasa Indonesia, kata sastra diambil dari bahasa Sansekerta, yang juga berarti tulisan. Sastra merupakan seni dan karya yang berkaitan dengan ekspresi dan kegiatan penciptaan. Karya sastra sangat banyak mengandung unsur kemanusiaan karena hubungannya dengan ekspresi. Sastra adalah objek yang tidak dapat didefinisikan secara tunggal, tetapi secara harfiah sastra berarti memiliki arti mengarahkan,mengajarkan, memberikan suatu petunjuk ataupun instruksi (Susanto, Dwi, 2012: 1).

Kritik sastra berasal dari dua kata. Kata kritik berasal dari bahasa Yunani 'krites' yang memiliki arti 'hakim'. Kata krites berasal dari kata krinen yang memiliki arti menghakimi. Artinya, kritik sastra dapat diartikan sebagai salah satu objek studi sastra atau cabang ilmu sastra yang melakukan kegiatan analisis, penafsiran, dan juga penilaian terhadap teks sastra yang dalam hal ini merupakan karya seni. Menurut Widyamartaya A. 1992 Kritik sastra adalah proses pengamatan yang teliti, perbandingan yang tepat akan sebuah karya sastra, dan pertimbangan yang adil terhadap baik dan buruknya kualitas, nilai, dan kebenaran suatu karya sastra. Semi (1984), mengemukakan bahwa istilah kritik sastra telah mengalami usia yang cukup panjang.

Kritik sastra adalah kegiatan evaluasi yang mengungkapkan dirinya di dalam karya sastra atau teks. Namun, dikarenakan karya sastra merupakan hasil karya pengarangnya, kritik sastra melibatkan hubungan antara sastra dengan kemanusiaan. Fungsi kritik sastra yakni: (1) mengembangkan keilmuan dalam bidang sastra yang fokusnya dapat menyusun dasar, konsep dan teori kesusastraan; (2) perkembangan kesusastraan guna meningkatkan perkembangan kreativitas sehingga karya-karya sastra menjadi lebih menyentuh persoalan-persoalan kemanusiaan; (3) untuk kepentingan masyarakat yang menginginkan penerangan tentang karya sastra, yaitu peranan kritik sastra membantu memberi pemahaman tentang pesan- pesan yang disampaikan dalam karya sastra.

Tujuan utama kritik sastra yaitu karya sastra dan makna bagi seorang kritikus, bukan penulisnya. Jadi dapat didefinisikan dalam arti sempit, kritik sastra adalah baik dan buruknya suatu hasil karya sastra dengan menentukan isi dan juga bentuknya. (Pradopo, 2002, 93-94) menyebutkan bahwa aspek- aspek kritik sastra adalah analisis, interpretasi (penafsiran), dan evaluasi. Untuk menganalisis, menafsir dan Mengacu pada konsep hubungan karya sastra, ada empat pendekatan dalam kritik sastra diantaranya, (1) pendekatan objektif yaitu pendekatan yang berfokus hanya pada karya sastra itu sendiri, (2) pendekatan ekspresif yaitu pendekatan yang memberikan perhatian lebih kepada penulis karya sastra, (3) pendekatan mimetik yaitu pendekatan yang lebih menitikberatkan pada alam semesta atau masyarakat, dan (4) pendekatan pragmatik yaitu pendekatan yang lebih memberikan perhatian kepada pembaca karya sastra.

Menurut KBBI, narasi menjelaskan tentang sebuah cerita dan suatu deskripsi peristiwa.Menurut Widjono H.S (2007: 175) menjelaskan bahwa narasi merupakan suatu uraian yang menjelaskan tentang rangkaian dari kejadian, tindakan, keadaan, secara berurutan mulai dari awal sampai akhir. Narasi visual sebagai alat untuk memproduksi dan mendistribusikan cerita tertulis atau cerita lisan seperti meme. Meme pertama kali diperkenalkan oleh (Dawkins, 2006) dalam bukunya yang menyebutkan bahwa meme merupakan bentuk gagasan, perilaku, gaya yang sifatnya menyebar dari satu orang ke yang lainnya. Dalam penyebarannya meme sangat bergantung pada internet atau ruang siber, karena melalui media ini meme dapat menyebar bahkan viral. Seperti dalam peneltian yang telah dilakukan oleh (Saifullah, 2016) menyimpulkan bahwa saat ini segala bentuk wacana interaktif di dunia siber merupakan sebuah forum demokratisasi, karena segala bentuk teks merupakan milik dan hak warganet untuk membuat dan mengomentarinya. Meme biasanya berupa pesan bergambar dan tulisan yang dikemas lucu, unik serta jika dibaca mengundang tawa, namun dibalik tampilan yang menggelikan ternyata ada implikasi di dalamnya yang ingin disampaikan oleh kreator meme, biasanya meme muncul bersifat menyindir atau mengkritik sebuah fenomena yang sedang berkembang di masyarakat (Listiyorini, 2017).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun