Mohon tunggu...
Kharimatus116
Kharimatus116 Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pelajar/ Mahasiswa

Suka kucing 🐱

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kekuasaan dalam Keluarga, Dinasti Joko Widodo

9 Oktober 2024   02:42 Diperbarui: 9 Oktober 2024   02:42 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Sebelum menguak lebih dalam tentang masalah kedinastian yang didirikan oleh jokowi tentunya kita harus menguak terlebih dahulu tentang maksud dari dinasti kekeluargaan

Dinasti kekeluargaan merujuk pada kekuasaan yang diwariskan dalam satu keluarga, dimana anggota keluarga tertentu secara turun temurun memegang posisi penting dalam pemerintahan atau penguasaan dalam suatu wilayah ini sering terjadi dalam negara yang pemerintahannya Kerajaan Dimana raja atau ratu dan keturunanya menduduki tahta

Salah satu negara yang menggunakan sistem pemerintahan Kerajaan salah satunya yang tentu sudah tidak asing dengan ratu Elizabeth yaitu negara inggris Monarki konstitusional Dimana raja atau ratu memiliki peran simbolis dan ini pemerintahan ini sudah dijalankan sejak abad ke-9

Nah, sedangkan indonesia disini merupakan negara dengan bentuk pemerintahan republik, tapi yang sangat marak dibicarakan saat ini yaitu tentang kasus yang viral oleh pemimpin negara kita yaitu bapak Ir.Jokowi dodo yang ingin mendirikan dinasti kekeluargaan dalam negara kita yang republik ini. Sebenarnya sebelum kasus tentang dinasti kekeluargaan ini, Jokowi sudah di terpa oleh kasus pemindahan ibu kota dari Jakarta ke Nusantara, di Kalimantan Timur. Banyak pihak mengkritik dan memperdebatkan dampak lingkungan, sosial dan ekonomi dari proyek yang di jalankan ini. 

Tapi disini kita akan lebih berfokus pada kasus dinasti kekeluargaan yang di bangun Jokowi. Dimana isu ini sering muncul seiring dengan semakin banyaknya anggota keluarga dan kerabatnya yang terlibat dalam politik dan jabatan publik.

Joko Widodo, yang sering dipanggil Jokowi. Merupakan presiden Republik Indonesia sekarang. Sebelumnya ia merupakan wali Kota Solo dan itu merupakan awal karir beliau di dunia politik setelah itu ia menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta pada tahun 2012. Saat ini Jokowi terseret kasus dinasti politik yang sangat marak dibicarakan yang malibatkan anak-anak dan pihak-terdekat juga ikut terseret kedalam kasus ini. 

Sepuluh tahun yang lalu mayoritas rakyat Indonesia memilih Joko Widodo dalam pemilihan presiden untuk mencegah Prabowo sibianto berkuasa. Prabowo adaah salah satu symbol dalam kekuatan orde baru yang hendak diputus melalui reformasi 1998. Kini, buakn hanya bersekutu, Jokowi bahkan menyokong Prabowo dengan memasangkan Ketua Umum Partai Gerindra itu dengan anaknya, Gibran Rakabuming Raka, sebagai calon wakil presiden dan Prabowo sebagai Presidenny. Dan hal itu mendapat reaksi kurang mengenakkan dari masyarakat dan faktor yang menyebabkan Gibran mendapatkan kritik dari masyarakat antara lain:

1.Dinamika politik : banyak yang merasa bahwa dia belum memiliki banyak pengalaman politik yang cukup untuk menjabat posisi tinggi. Keterlibatannya dalam berpolitik dinilai masih sangat kurang untuk seorang calon wapres. Sehingga, membuat Sebagian orang meragukan kemampuannya. Dan juga dia belum memenuhi syarat sebagai calon wakil presiden yakni harus berumur minimal 40 tahun. 

2.Nepotisme : dengan statusnya sebagai anak presiden, ada anggapan bahwa pencalonannya lebih karena hubungan keluarga daripada prestasi atau kompetensi. Tentang perubahan batas usia minimal calon wapres yang diubah oleh mahkamah konstitusi. Yang mana ketua MK tersebut merupakan paman dari Gibran dan itu menimbulkan opini yang beragam dari masyarakat 

3.Presepsi publik : beberapa masyarakat mungkin melihat pencalonan tersebut sebagai upaya untuk melanjutkan kekuasaan politik keluarga, yang bisa menimbulkan ketidakpuasan.

4.Sikap dan Tindakan : Gibran kadang kadang mengeluarkan penyataan atau mengambil Tindakan yang kontroversial, yang bisa mengundang kritik dari masyarakat.

Melihat dari faktor-faktor diatas yang paling signifikan dengan tema yang saya ambil yaitu faktor nomor 3. Terdapat persepsi negatif bahwa pencalonannya mencerminkan upaya melanjutkan kekuasaan politik keluarga atau dinasti keluarga, yang dapat memicu ketidakpuasan dikalangan pemilih dan itu menyebabkan citranya buruk dimata publik.

Di beberapa negara memang dinasti politik tidak dilarang. Tapi, ia merusak demokrasi karena menodai fairness dalam system pemilihan. Sebagai pemimpin dan penguasa, Jokowi bisa memobilitasi aparatur dan alat negara serta sumber dana untuk menenangkan calo presidenn yang ia dukung. Apalagi dalam lingkup negara Indonesia yang merupakan negara republik.

Usai Gibran maju pada pilpres 2024 adiknya kaesang akan maju pada pilkada 2024 yang semakin mempekuat bahwa presiden Jokowi melakukan politik dinasti. Bahkan, sejumah pakar dan pengamat politik bersuara dan menyebut bahwa politik Jokowi tidak wajar dan tidak beretika

Dari kasus Gibran tersebut, sekarang kita akan beralih pada adik bungsu Gibran dan putra bungsu dari Presiden Jokowi Dodo yakni Kaesang pangarep, seringkali Kaesang dikaitkan dengan isu dinasti politik dan kekuasaan keluarga. Pertama yaitu Kaesang mulai terjun ke dunia politik dengan mencalonkan diri sebagai walikota karena dianggap usianya sudah cukup untuk maju ke pilkada yang juga disampaikan oleh grace (Wakil Ketua Dewan Pembina PSI). Meskipun itu sudah disampaikan oleh Wakil Ketua Dewan PSI rakyat masih khawatir tentang munculnya dinasti politik, dimana kekuasaan keluarga terus berlanjut. Banyak orang merasa bahwa pencalonan kaesang lebih terkait dengan status keluarganya.

Tidak hanya Kaesang dan Gibran. Menantu Jokowi pun mencalonkan diri sebagai gubernur sumatera utara dan Erina Gudono yang juga digadang gadang maju pada pemilihan bupati di sleman. 

Melihat kasus-kasus sanak Jokowi. Reaksi yang diberian publik terhadap dinasti politik yang dibangun oleeh Jokowi mencerminkan kompleksitas dinamika politik di Indonesia. Sementara Sebagian masyarakat memberiksan dukungan penuh terhadap keterlibatan Giran dan kaesang. Dan ada pula yang mengkhawatikan implikasi jangka Panjang dari nepotisme dan kualitas demokrasi. 

Masyarakat yang tidak terima dengan dinasti yang dibangun oleh presiden Jokowi dodo melakukan aksi demo besar-besaran baik dari kalangan organisasi-oraganisai besar sampai yang terkecil. Terutama dari kalangan mahasiswa. Tidak sedikit dari kalangan mahasiswa yang juga melakukan aksi demo tentang dinasti ini. Dan demo juga dilakukan di berbagai kota dan pusatnya yaitu di Gedung MK Jakarta. Dan aksi yang dilakukan juga melibatkan dosen, pelajar dan juga aktivis. 

Dalam aksi demo yang dilakukan oleh rakyat Indonesia memiliki tiga makna (sesuai yang saya temukan dalam jurnal jurnal yang membahas tentang dinasti politik Jokowi dodo)

1.Rule of law versus dinasti Jokowi

2.Kritik terhadap elite politik dan partai-partai

3.Peringatan terhadap penyalahgunaan kekuasaan

Kesimpulan dari penjelasan di atas menunjukkan adanya kekhawatiran masyarakan Indonesia terhadap kemunculan dinasti politik yang dipimpin oleh presiden joko Widodo. Beberapa point penting yang diangkat adalah terlibatnya anak anak dan kerabat Jokowi dalam duni politik yang memicu kritik dan persepsi negative bahwa ini mencerminkan upaya untuk melanjutkan kekuasaan politik keluarga. Banyaknya b pihak menilai ketelibatan anggota keluarga Jokowi dalam politik lebih didasari oleh hubungan keluarga daripada kompetensi, yyang menimbulkan skeptisisme terhadap kualitas kepemimpinan mereka. Banyak yang khawatir akan berdampak buruk bagi pemerintahan. Kasus ini mencerminkan tantangan yang dihadapi oleh system demokrasi di Indonesia, di mana kekuatan politik keluarga dapat mengancam keadilan dalam pemilihan umum.

"Jokowi dulu bekerja sebagai tukang kayu, dan sekarang membuat kursi untuk anaknya"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun