Cosplay (Kosupure) adalah istilah bahasa Inggris buatan Jepang (wasei-eigo) yang berasal dari gabungan kata "costume" (kostum) dan "play" (bermain). Cosplay sendiri pertama kali diperkenalkan di Jepang pada tahun 1984 oleh Takahashi Nobuyuki ketika ia mengunjungi acara masquerade di Los Angeles ScienceFiction Convention.Â
Ada juga sumber yang menyatakan bahwa istilah cosplay sudah digunakan dimajalah sekitar tahun 1984 masih merujuk bahwa Takahashi adalah orang pertama yang membuat istilah tersebut.semenjak saat itu cosplay menjadi terkenal di Jepang.
Kebanyakan para cosplay terinspirasi dari film jepang seperti Anime.Dalam jurnal Winge (2006: 65) cosplayer (sebutan untuk orang yang melakukan cosplay atau dalam bahasa Jepangnya  mereka mengeluarkan uang dan waktu untuk membeli kostum bahkan sampai ada yang membuat kostum sendiri,kemudian mereka  mempelajari pose dan dialog khas karakter yang akan mereka perankan, lalu  tampil di acara-acara cosplay sebagaimana mereka merubah diri mereka dari identitas "dunia yang sebenarnya" menjadi karakter (fiksi) yang mereka pilih.Â
Karakter yang sedang di cosplaykan dapat menyebabkan perubahan sifat cosplayer.Cosplay pada tingkatan tertentu tidak hanya memberikan kepuasan dalam berbusana, tidak hanya ekspresi tetapi juga dalam melakukan penjiwaan tokoh tersebut secara total (Saraswati, 2010).Â
Cosplay ini adalah seni berpakaian dan seni berakting, keduanya harus ada secara bersamaan, sebagai bagian peniruan karakter pakaian dan kepribadian tokoh yang diidolakan (dijadikan percontohan).
Populernya cosplay yaitu Pada tahun 1980, majalah Fanroad memberikan sebuah geng cosplayer pertama mengenakan kostum dan dandanan mereka seperti Gundam di kawasan Harajuku, mereka menyebut diri mereka dengan nama Tominoko-zoku. Namun ternyata berita itu hanyalah sebuah bumbu untuk menambah sensasi yang akhirnya, pada tahun 1986 mulai banyak Cosplayer yang berfoto-foto yang disebarkan ke banyak media lalu membuat budaya Pop-culture Cosplay masuk ke Indonesia dan menjadi trend saat ini.
Cosplay mulai dikenal di Indonesia itu saat masuk tahun 2000 saat Universitas Indonesia (UI) menyelenggarakan sebuah event bertajuk Gelar Jepang UI khusus sebagai Event Cosplay yang ternyata, belum mendapatkan antusias yang besar dan sepi peminat pada saat itu. Namun seiring berjalannya waktu, orang-orang mulai banyak mengenal Anime dan Manga lalu mulai membuat banyak Event Copslay karena melihat budaya tersebut yang populer di Jepang. Hingga saat ini, event-event besar bisa kamu temukan di berbagai kota besar yaitu Bandung, Surabaya, Pontianak, Jakarta, dan kota-kota besar lainnya.
Merebaknya budaya Jepang di Indonesia telah menumbuhkan banyak peminat. Peminat produk budaya Jepang ini kemudian dengan sendirinya membentuk komunitas untuk bersama-sama menikmati produk-produk budaya ini. Salah satunya yakni komunitas cosplay. Dengan begitu banyaknya peminat cosplay di Indonesia, wajarlah jika mereka membentuk suatu wadah untuk mengapresiasi, mendukung, berdiskusi, berbagi hal-hal seputar cosplay.
Hasil wawancara yang saya peroleh dari salah satu cosplayer bernama "Fadil Ramadhan Ointu",Mahasiswa Fakultas Hukum yang saat ini sedang menempuh Pendidikan S-2 di salah satu Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.Dia tertarik dengan cosplay karena awalnya suka menonton film-film anime.
Salah satu karakter yang disukai yaitu Naruto karena karakternya di film Naruto digambarkan sebagai seseorang yang sosok kuat dan berani dalam menghadapi para musuh.
Karena kencintaanya terhadap karakter favoritnya itu Fadil mulai mencoba untuk cosplay kemudia dia pun membeli kostum Naruto,dari sini lah,hobi Fadil muncul yaitu menjadi cosplayer Anime yang saat ini tengah menjadi trend,Rabu (05-01-2022).
Pada saat-saat seperti ini semua orang memahami kalau pelaku cosplay tersebut sedang berperan menjadi sebuah pribadi yang lain, yakni dengan memakai kostum, berakting, dan melakukan ancang-ancang pose yang sesuai dengan tokoh di anime-anime yang mereka tonton.Â
Meskipun begitu, lagi-lagi semua orang juga paham kalau itu hanyalah identitas "sementara"saja. Mereka paham bahwa identitas yang pelaku cosplay itu kenakan pada saat itu hanya akan berlaku ketika ia memakai pakaian tersebut. Ketika ia telah berganti dengan pakaian sehari-hari, saat itulah identitas seorang pelaku cosplay dipertanyakan. apakah identitas tersebut bersifat"alternatif saja, yakni hanya berlaku pada saat bercosplay.Â
Ataukah mereka memiliki ciri-ciri tersendiri sehingga bisa dibedakan antara pelaku cosplay dan yang bukan pada saat berpakaian normal di mata masyarakat.
Tidak semua orang memahami mengenai penerapan identitas pada diri seorang pelaku cosplay. Identitas mereka saat menjadi pelaku cosplay pun memberikan dampak bagi kehidupan mereka. menjadi orang lain meskipun hanya sementara akan memberikan dampak bagi kehidupan seorang pelaku cosplay. Apalagi tak jarang seorang pelaku cosplay memakai kostum dan karakter yang sama lebih dari sekali.
Pelaku cosplay tidak membatasi diri mereka untuk menggambarkan suatu karakter dari ras, kelompok usia, etnisitas, atau bahkan jenis kelamin. Tipe ekspresi kreatif seperti ini yang mana melibatkan berpakaian dalam kostum dan menghadiri acara sebagai pribadi "alternatif, adalah pengalaman yang memberdayakan sekaligus menggembirakan bagi pelaku cosplay. Masing-masing pelaku cosplay memaknai sendiri mengenai apa itu cosplay bagi mereka. Menjadi seorang pelaku cosplay tidaklah mudah dan penuh dengan tantangan.
Mereka rela membuat kostum semalaman, menabung jutaan rupiah, dan menunggu-nunggu datangnya wig impor dari luar negeri demi menyempurnakan penampilan cosplay mereka. Menghabiskan banyak uang untuk membeli bahan kostum dan segala alat rias.Belajar bagaimana menggambar rias mata agar terlihat tajam seperti tokoh di anime, demi sebuah foto selfie yang nantinya diunggah ke media sosial untuk mendapat apresiasi dari orang lain. Sedangkan yang lainnya ada yang menonton ulang anime berjam-jam agar memahami seperti apa ia harus bertingkah di atas panggung nanti.
Setelah itu ia akan berusaha mengekspresikannya di acara-acara cosplay seperti saat membawa sebuah penampilan di atas panggung, berjalan di dalam tempat acara, bahkan berusaha menirukan ekspresi dan adegan adegan anime lewat hasil fotografi maupun video.Sebab itulah banyak yang miat terhadap cosplay karakter anime karena ada suatu kebanggaan tersendiri ketika seorang pelaku cosplay mampu menirukan karakter tersebut dengan sempurna. meskipun begitu, terdapat esensi lebih mendalam di dalam arti cosplay, karena cosplay bukan hanya semata-mata mengenakan kostum saja.
Daftar Pustaka
http://eprints.umg.ac.id/2841/2/BAB%20II.pdf
http://digilib.isi.ac.id/5874/4/JURNAL.pdf
Winge, T. (2006). Costuming the imagination: Origins of anime and manga cosplay. Mechademia: University of Minnesota Press, 1:65-76. doi: http://10.1353/mec.0.0084
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H