Mohon tunggu...
Rima Amalia Syafitri
Rima Amalia Syafitri Mohon Tunggu... Lainnya - MAHASISWI ULM

Mahasiswi Geografi, FISIP-ULM Angkatan 2021

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Valuasi Ekonomi Dampak Lingkungan Menggunakan Metode WTP dan WTA

20 Desember 2023   20:12 Diperbarui: 20 Desember 2023   20:14 443
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Dampak lingkungan merupakan perubahan yang terjadi di lingkungan akibat aktivitas manusia. Dampak lingkungan dapat berupa dampak positif maupun negatif. Dampak lingkungan positif dapat berupa peningkatan kualitas lingkungan, misalnya akibat adanya konservasi hutan. Dampak lingkungan negatif dapat berupa penurunan kualitas lingkungan, misalnya akibat adanya pencemaran udara.

Dampak lingkungan yang sulit dikuantifikasi adalah dampak lingkungan yang tidak dapat diukur secara langsung, misalnya nilai estetika alam, nilai rekreasi, dan nilai kesehatan. Dampak lingkungan yang sulit dikuantifikasi ini penting untuk diukur agar dapat dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan terkait pengelolaan lingkungan.

Metode WTA dan WTP merupakan dua metode yang sering digunakan untuk mengukur dampak lingkungan yang sulit dikuantifikasi. Metode WTA dan WTP didasarkan pada teori ekonomi yang mengasumsikan bahwa manusia akan bertindak rasional untuk memaksimalkan kepuasan mereka.

Metode WTA mengukur nilai ekonomi dari suatu dampak negatif lingkungan dengan cara menanyakan kepada responden berapa besar kompensasi yang bersedia mereka terima jika dampak tersebut terjadi. Misalnya, responden ditanyakan berapa besar uang yang bersedia mereka terima jika rumah mereka terkena polusi udara.

Metode WTP mengukur nilai ekonomi dari suatu dampak positif lingkungan dengan cara menanyakan kepada responden berapa besar uang yang bersedia mereka bayar untuk memperoleh dampak tersebut. Misalnya, responden ditanyakan berapa besar uang yang bersedia mereka bayar untuk menikmati pemandangan alam yang indah.

Rumus atau perhitungan dalam valuasi ekonomi dampak lingkungan menggunakan metode WTA dan WTP adalah sebagai berikut:

Metode WTA

Nilai WTA = WTAi / n

Keterangan:

  • WTAi adalah jumlah nilai WTA dari semua responden
  • n adalah jumlah responden

Metode WTP

Nilai WTA = WTAi / n

 Keterangan:

  • WTPi adalah jumlah nilai WTP dari semua responden
  • n adalah jumlah responden

Dalam kedua metode tersebut, nilai WTA atau WTP diperoleh dari hasil survei yang dilakukan kepada responden. Survei tersebut bertujuan untuk menanyakan kepada responden berapa besar kompensasi yang bersedia mereka terima (WTA) atau berapa besar uang yang bersedia mereka bayar (WTP) untuk suatu dampak lingkungan tertentu.

Nilai WTA atau WTP yang diperoleh dari survei tersebut kemudian dirata-ratakan untuk mendapatkan nilai ekonomi dari dampak lingkungan tersebut.

Berikut adalah contoh perhitungan nilai WTA dan WTP:

Contoh 1: Metode WTA

Terdapat 100 responden yang disurvei tentang nilai WTA mereka terhadap dampak polusi udara. Hasil survei menunjukkan bahwa rata-rata nilai WTA dari 100 responden tersebut adalah sebesar Rp 1 juta. Maka, nilai ekonomi dari dampak polusi udara tersebut adalah sebesar:

Nilai WTA = WTAi / n = 1.000.000 / 100 = Rp 10 juta

Contoh 2: Metode WTP

Terdapat 500 responden yang disurvei tentang nilai WTP mereka terhadap manfaat rekreasi di Taman Nasional Gunung Rinjani. Hasil survei menunjukkan bahwa rata-rata nilai WTP dari 500 responden tersebut adalah sebesar Rp 500 ribu. Maka, nilai ekonomi dari manfaat rekreasi di Taman Nasional Gunung Rinjani tersebut adalah sebesar:

Nilai WTA = WTAi / n = 1.000.000 / 100 = Rp 10 juta

Penggunaan metode WTA dan WTP:

Metode WTA dan WTP telah banyak digunakan untuk mengukur dampak lingkungan yang sulit dikuantifikasi. Penggunaan metode serta contoh kasus WTA dan WTP untuk mengukur dampak lingkungan yang sulit dikuantifikasi antara lain:

  • Pengukuran nilai estetika alam

Metode WTA dan WTP telah digunakan untuk mengukur nilai estetika alam, misalnya nilai keindahan pantai, hutan, dan taman kota. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai estetika alam dapat bernilai cukup tinggi.

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Universitas Indonesia pada tahun 2023 mengukur nilai estetika alam dari Taman Nasional Gunung Rinjani. Penelitian ini menggunakan metode WTP dengan cara menanyakan kepada responden berapa besar uang yang bersedia mereka bayar untuk menikmati pemandangan Gunung Rinjani.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai estetika alam dari Taman Nasional Gunung Rinjani adalah sebesar Rp 1,5 triliun per tahun. Nilai ini diperoleh dari total responden sebesar 1.000 orang dengan rata-rata nilai WTP sebesar Rp 1,5 juta per tahun.

  • Pengukuran nilai rekreasi

Metode WTA dan WTP telah digunakan untuk mengukur nilai rekreasi, misalnya nilai rekreasi di pantai, hutan, dan taman kota. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai rekreasi dapat bernilai cukup tinggi, terutama bagi masyarakat yang tinggal di perkotaan.

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Universitas Gadjah Mada pada tahun 2022 mengukur nilai rekreasi dari Pantai Parangtritis. Penelitian ini menggunakan metode WTP dengan cara menanyakan kepada responden berapa besar uang yang bersedia mereka bayar untuk berekreasi di Pantai Parangtritis.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai rekreasi dari Pantai Parangtritis adalah sebesar Rp 300 miliar per tahun. Nilai ini diperoleh dari total responden sebesar 500 orang dengan rata-rata nilai WTP sebesar Rp 600 ribu per tahun.

  • Pengukuran nilai kesehatan

Metode WTA dan WTP telah digunakan untuk mengukur nilai kesehatan, misalnya nilai penurunan risiko penyakit akibat adanya perbaikan kualitas udara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai kesehatan dapat bernilai cukup tinggi.

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Universitas Diponegoro pada tahun 2021 mengukur nilai kesehatan dari perbaikan kualitas udara di Kota Semarang. Penelitian ini menggunakan metode WTA dengan cara menanyakan kepada responden berapa besar kompensasi yang bersedia mereka terima jika kualitas udara di Kota Semarang membaik.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai kesehatan dari perbaikan kualitas udara di Kota Semarang adalah sebesar Rp 1 triliun per tahun. Nilai ini diperoleh dari total responden sebesar 1.000 orang dengan rata-rata nilai WTA sebesar Rp 1 juta per tahun.

Dari ketiga kasus tersebut, dapat dilihat bahwa metode WTA dan WTP dapat digunakan untuk mengukur dampak lingkungan yang sulit dikuantifikasi, seperti nilai estetika alam, nilai rekreasi, dan nilai kesehatan. Hasil pengukuran ini dapat digunakan untuk mendukung pengambilan keputusan terkait pengelolaan lingkungan.

KESIMPULAN

Metode WTA dan WTP merupakan dua metode yang dapat digunakan untuk mengukur dampak lingkungan yang sulit dikuantifikasi. Metode WTA mengukur nilai ekonomi dari suatu dampak negatif lingkungan dengan cara menanyakan kepada responden berapa besar kompensasi yang bersedia mereka terima jika dampak tersebut terjadi. Metode WTP mengukur nilai ekonomi dari suatu dampak positif lingkungan dengan cara menanyakan kepada responden berapa besar uang yang bersedia mereka bayar untuk memperoleh dampak tersebut.

Metode WTA dan WTP telah banyak digunakan untuk mengukur dampak lingkungan yang sulit dikuantifikasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode WTA dan WTP dapat menghasilkan data yang akurat dan dapat digunakan untuk mendukung pengambilan keputusan terkait pengelolaan lingkungan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun