Mohon tunggu...
Rima Andianti
Rima Andianti Mohon Tunggu... -

Seorang yang selalu mencoba mewarnai hidup ini.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Isi Hati Seorang Karyawan

21 Februari 2010   16:26 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:48 341
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Ini adalah cerita dari salah satu teman saya yang menjadi karyawan di salah satu perusahaan yang lumayan besar di bidangnya yang memiliki cabang di seluruh negeri kita ini.

Kami sering ngobrol apapun, mulai dari gosip para artis,tentang kasus – kasus yang lagi nge-trend atau masalah pribadi kami. Tapi yang paling sering kita obrolkan adalah tentang masalah perusahaan dimana dia bekerja saat ini.

Awal dia masuk di perusahaan tempat dia bekerja saat ini atas rekomendasi salah satu temannya yang sudah bekerja di perusahaan ini. Sewaktu dia menjalani interview dengan bagian HRD, dia ditanya apa siap ditempatkan di luar pulau dengan fasilitas gaji + tunjangan luar kota + mes + kendaraan dan dapat cuti tiap 6 bulan selama 5 hari. Beberapa menit dia memikirkan tawaran itu,dia berpikir saat ini tidak punya pekerjaan, sedangkan dia harus menghidupi istri dan anaknya , sedangkan tabungan cuma cukup untuk hidup sampai bulan depan. Tanpa pikir panjang dia terima tawaran itu dengan konsekwensi harus meninggalkan keluarganya.

Beberapa hari kemudian berangkatlah dia ke salah satu kota di wilayah timur Indonesia untuk ditempatkan dan bertanggung jawab di salah satu cabang perusahaan yang baru dibuka. Beberapa bulan dia bekerja penuh semangat, cabang yang dia pegang semakin berkembang yang otomatis keuntungan yang dia hasilkan untuk perusahaan semakin besar dan beberapa kali pimpinan perusahaan memuji dia. Beberapa bulan itu juga dia sering menceritakan pekerjaan barunya itu dengan penuh optimis yang mengesankan semua baik-baik saja. Namun menurut saya ada sesuatu yang dia tutupi apalagi kalau saya menanyakan apa ada kendala disana, dan dia selalu bilang kalau semuanya baik-baik saja.

Namun beberapa bulan kemudian dia menelpon saya dan menceritakan apa yang sebenarnya terjadi yang sangat mengusik hatinya. Dia merasa apa yang dia lakukan untuk perusahaan tidak sebanding dengan apa yang dia terima. Gaji + tunjangan yang dia terima sama sekali tidak cukup untuk dia kirim ke keluarganya dan hidup dia sendiri di kota itu yang jelas-jelas biaya hidup sangat tinggi. Selama ini dia bekerja tidak berdasarkan waktu yang menurut aturan pemerintah per hari 8 jam kerja yang apabila ada kelebihan waktu, maka akan di beri kompensasi. Sedangkan dia bekerja hampir tiap hari sampai lembur lebih dari 5 jam dengan harapan agar perusahaan semakin berkembang. Namun perusahaan tidak pernah memberikan kompensasi lembur itu. Belum lagi kota yang dia tinggali itu sering ada kerusuhan, yang membuat dia harus sering waspada dan membuatnya khawatir. Apalagi beberapa kali dia mendengar bahwa tidak ada karyawan yang mau ditugaskan ke daerah dia bekerja itu. Dari situ juga perusahaan tidak perhatian terhadap dia, paling tidak dengan memberikan kompensasi lain entah itu berupa tambahan gaji atau yang lainnya. Kata dia dengan nada agak emosi“ Masak hasil kerja kita dipuji dengan kata– kata saja?Khan kebutuhan dapur ndak bisa dibeli pake omongan aja” Mendengar itu semua aku mengerti akan apa yang dia rasakan.

Dia melanjutkan ceritanya, kalau dia sering mendengar kalau perusahaan sering dirugikan karyawannya terutama yang posisi ada di luar kota, ada yang karyawan melarikan uang perusahaan, karyawan yang main belakang perusahaan dengan mengatasnamakan perusahaan, ada lagi yang ceritanya uang di brangkas hilang, dan beberapa versi lain. Sampai akhirnya dia mengatakan “ Jangan –jangan salah satu latar belakang semua kejadian itu karena kondisi yang seperti aku alami yaa?” Saya jawab singkat “Yaaa, itu bisa juga “ . Dia terdiam beberapa saat sambil menenangkan hatinya yang agak emosi tadi dan melanjutkan bicaranya “ apa perusahaan pernah berpikir latar belakang karyawan melakukan tindakan yang jelas – jelas merugikan perusahaan itu? Tidakkah mereka sadar kalau gaji yang dikasihkan ke karyawan tidak cukup untuk biaya hidup minimal yang standar untuk keluarga mereka, sehinggamemaksa si karyawan untuk mencari tambahan pendapatan. Sedangkan waktu mereka sudah habis untuk bekerja dan istirahat saja. Dengan kondisi itu dapat memicu karyawan terutama yang mungkin khilaf atau yang imannya kurang kuat untuk melakukan hal-hal dapat merugikan perusahaan”

Dia berhenti bicara dan sepertinya menarik napas panjang dan dia berbicara lagi “ sudah dulu ya saat ini, aku capek mau istirahat dulu, besok pagi- pagi berangkat luar kota lagi. Makasih ya udah mau mendengarkan aku” “ Baiklah, istirahat dulu aja dirimu, besok pagi biar badan dan pikiran jadi fresh. OK selamat istirahat yaa” jawabku dan kudengar dia menutup teleponnya.

Selamat tidur kawan, yakinlah bahwa Tuhan senantiasa memberi jalan untuk setiap cobaan yang diberikan pada kita……………..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun