Pada tahun 2019 dunia di hadapkan dengan adanya pandemi Covid -19. Tidak terkecuali di Indonesia. Berdasarkan data Worldmeters dilansir dari Kompas.com, hingga saat ini tercatat 3.607.863 kasus, dengan kasus harian 39.532. Total korban meninggal dilaporkan sebanyak 104.010 jiwa dalam sehari terhhitung 1.635 korban meninggal. Jumlah pasien sembuh berjumlah 2.996.478 orang, sedangkan pasien aktif atau yang masih menjalani perawatan sebanyak 507.375 orang. Â Meskipun kasus Covid-19 cenderung menurun dari puncak laporan kasus pada pertengahan Juli, namun jumlah kasus infeksi kembali meningkat dalam sepekan terakhir.
Penyebaran virus Covid-19 sangat cepat. Kemungkinan terbesar penularan Covid-19 melalui kontak fisik dengan penderita. Maka dari itu pemerintah berupaya untuk mencegah penularan Covid-19 dengan menerapkan kebijakan - kebijakan seperti Social distancing, PSBB, PPKM, Work From Home(WFH) dan Pembelajaran Dari Rumah (BDR) atau sering dikenal dengan Daring.
Kebijakan BDR ini merupakan inovasi pemerintah dalam Pendidikan di Indonesia, walaupun terbatas dengan jarak akan tetapi pembelajaran harus tetap dilaksanakan. Kendati demikian, BDR ini juga cukup rumit diterapkan pada dunia pendidikan karena terbatas oleh ruang, baik guru maupun siswa, terlebih bagi Siswa TK dan PAUD.
Seperti halnya lembaga pendidikan TK di wilayah Cicalengka Kabupaten Bandung menerapkan sistem BDR. Tetapi mengalami beberapa kendala, diantaranya :
1. Tidak semua orang tua bisa mengakses pembelajaran melalui internet.
Karena sekolah tersebut termasuk sekolah favorit, tidak sedikit siswa yang berasal dari daerah pelosok wilayah Cicalengka. Hal ini menjadi hambatan ketika pembelajaran BDR, karena tidak semua jaringan provider bagus di daerah pelosok sehingga pembelajaran secara Daring terhambat oleh akses internet.
2. Perbedaan pendamping anak.
Kebanyakan orangtua dari siswa di TK tersebut bekerja, seperti guru, perawat, wirausaha, dll. Karena hal tersebut maka yang mendampingi anak bukan orangtuanya melainkan pengasuh atau bahkan neneknya dan kurang tanggap dalam menggunakan teknologi. Sehingga pembelajaran menjadi terhambat dan pengumpulan tugas serta bimbingan pada anak kurang terperhatikan.
3. Orang tua sibuk dengan Pekerjaan.
Orangtua sibuk bekerja sehingga tidak ada waktu untuk mendampingi anak belajar, akibatnya anak tertinggal dalam pembelajaran. Walau tidak sedikit pula orang tua yang mendampingi anak pada waktu pagi hari sehingga mengupulkan tugas lebih awal.
4. Tidak Leluasa.
Tidak leluasa dalam penyampaian materi karena tidak tatap muka sehingga penyampaiannya pun tidak optimal, hanya melalui wa yang sudah biasa di akses otang tua, walaupun pengambilan dan penyerahan tugas dilakukan oleh ortu ke sekolah srcara langsung satu jali dalam satu minggu di hari senin.
5. Bimbingan Tidak secara langsung
Tidak bisa membimbing anak secara langsung padahak anak Usia TK butuh pengawasan dan bimbingan secara langsung untuk pembentukan karakter baik itu sosial, emosional, kedispilinan dan lain sebagainya
6. Pencapaian dan pengembangan siswa kurang masksimal.
Dengan berbagai upaya yang guru lakukan untuk tetap bertanggung jawab dalam pendidikan siswa, masih saja banyak kendala yang dialaim. hal ini menyebabkan tingkat pencapaian perkembangan anak kurang maksimal. Pada masa pandemi ini tidak semua materi tersampaikan sesuai indikator, karena disesuaikan dengan situasi kondisi serta waktu dari orang tua selaku pendamping anak dirumah dan juga kesehatan mental anak.
Pembelajaran BDR ini efektif jika diterapkan pada jenjang SMP dan SMA karena sudah bisa mandiri. Namun pembelajaran BDR ini dirasa kurang efektif untuk jenjang SD dan PAUD karena harus ada bimbingan langsung dari guru. Maka dari itu selalu patuhi protokol kesehatan dan kebijakan - kebijakan pemerintah, agar pandemi Covid -19 segera berakhir sehungga pembelajaran tatap muka dimulai kembali.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H