Mohon tunggu...
Arillah HammamZ
Arillah HammamZ Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar SMAN 39

mencoba meluangkan segala waktu untuk mencoba segala hal

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Terik dan Gelapnya hari

4 April 2024   10:18 Diperbarui: 4 April 2024   10:21 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Hutan yang kita kenal merupakan lingkungan yang terdiri dari berbagai tanaman, makhluk hidup, dan ekosistem didalamnya. Namun tidak bagi anak kecil satu ini.  Ia merasa hutan adalah keluarga yang ia miliki, ia merasa hutan adalah rumah baginya, Dan ia merasakan bahwa hutan merupakan tempat berlindung baginya. Selalu terbesit pertanyaan dari kami semua dari penduduk desa "Bukankah keluarga ialah sekelompok orang yang tinggal di suatu bangunan dan terdiri orang tua dan anak? mengapa hutan yang penuh dengan pepohonan ini merupakan keluarga bagi anak kecil ini?" Hingga akhirnya ada satu pemuda yang mencoba mencari tahu kebenaran dari anak kecil ini.

Esok paginya ia mulai menelusuri hutan rimba yang penuh dengan pepohonan besar dan tanaman indah didalamnya. Sembari mengamati dan menunggu kehadiran anak kecil tersebut, ia pun mencoba menulis sesuatu yang ada di pikirannya. Terlau banyak pertanyaan dalam pikirannya sehingga ia mulai menuliskannya di lembaran putih kusam tersebut. Tepat saat penanya mencium lembaran putih kusam itu, ia melihat anak kecil tersebut dengan senyuman tertulus yang pernah ia lihat dalam hidupnya. Senyuman yang memberikan kebahagian bagi banyak orang yang melihatnya. Senyuman yang seakan seakan telah menghilangkan segala pertanyaan pemuda itu. Tenggelam dalam suasana ia mulai menulis satu kata. 'Bahagia' merupakan kata pertama yang ia tuliskan dilembaran kertas tersebut. "Bagaimana anak kecil ini bisa menebarkan kebahagian bagi lingkungannya, padahal di hutan ini hanya ada pepohonan yang tidak berbicara dan hewan yang tidak berakal?" ujarnya. Walaupun ia mengamati dari atas pepohonan yang jaraknya sekitar 20 meter dari posisi anak kecil tersebut, ia bisa merasakan kebahagiaan yang ditebar dari anak kecil tersebut. Hari pertama telah usai dan anak kecil tersebut telah kembali ke dalam hutan yang semakin dalam. Berbagai pertanyaan pun muncul kembali di benaknya, "bagaimana bisa seorang anak yang pakaiannya putih bersih itu bisa tinggal dihutan? bukankah itu artinya ia memiliki keluarga yang ia miliki?" ujarnya. Dan sesaat setelahnya ia pun kembali menyambungkan kata yang ia tulis sebelumnya.

'Apakah bahagia itu muncul dari senyuman orang lain?'

'Apakah baagia itu ada di hutan ini? ataukah ada di desa?'

'Apakah bahagia itu diberikan? atau disebarkan?'

Begitu banyak pertanyaan yang muncul dibenaknya hingga ia terlelap dalam tidurnya. 

Keesokan paginya, ia melihat matahari bersinar terik dan menembus diantara celah celah dedaunan yang ada. Dan disaat itulah ia melihat anak kecil itu keluar dari bagian terdalam hutan. Tawanya yang ia lontarkan, Larian dengan kaki imutnya nan mungil dan tanpa arah, dan senyumannya yang meluluhkan pikiran dari sang pemuda tersebut. Senyuman yang berhasil pemuda ini ekspresikan dalam waktu singkat, serta tawa kecil yang ia tunjukkan sembari menyembunyikan suara dari dirinya. Dan ia pun melihat seekor kucing yang melintas dan ikut bermain menemani anak kecil tersebut. Sembari melihat anak kecil dan seekor kucing tersebut, ia pun melanjutkan tulisannya di selembar kertas putih.

'Jika seandainya senyuman itu disebarkan? mengapa warga tidak menyebarkannya'

'Mengapa hutan yang tidak melakukan apapun bisa memberikan kebahagian?'

'Dan jika memang bahagia itu berasal dari senyuman? siapa yang memberikan senyuman ke anak kecil ini?'

Semakin larut didalam pikirannya sehingga ia mulai kehilangan ketenangannya

'jika memang hutan ini menyebarkan kebahagian'

'mengapa banyak warga kota yang menebangnya?'

'bukankah itu artinya mereka menebang kebahagian itu sendiri?'

'mengapa hutan ini menjadi keluarganya?'

pertanyaan  yang kian dalam dan menyudutkan, mulai membuat gila seorang pemuda tersebut,. tanpa tersadar ia jatuh dari atas pohon bersamaan dengan perbekalan dan secarik kertas yang jatuh. Anak kecil pun berlari mendekati pemuda yang tidak sadarkan diri diatas tanah. Karena berat pemuda ini lebih berat dari anak kecil tersebut, ia pun mengambil sehelai daun pisang untuk menyelimuti pemuda ini dan mulai membuat perapian kecil. Berselang lama akhirnya pemuda itu mulai sadarkan diri dan kaget melihat ada perapian kecil didekatnya yang menghangatkan. Emosi nya yang mulai stabil pun mulai menyadari bahwa ia masuk angin karena dinginnya hutan ini dimalam hari. Senja mulai menampakkan dirinya bersamaan dengan anak kecil yang kembali dari kedalaman hutan. kaki imutnya berjalan mendekati pemuda tersebut dan mulai duduk disampingnya. "Senja itu sangat indah kak, ia memberikan kehangatan sesaat sebelum dinginnya malam. Dan Terbit itu indah kak, ia memberikan kehangatan dari dinginnya malam"  ucap anak kecil tersebut. "Matahari selalu kembali dari gelapnya malam, tanpa kita sadari. Matahari selalu menerangi disaat yang tepat tanpa harus mencarinya" lanjutnya. Pemuda tersebut semakin bingung dengan ucapan gadis tersebut dan mulai  mengambil kertas yang ia telah tulis sebelumnya, dan ia melihat keganjilan yang ada dikertas. 

BAHAGIA

'Apakah bahagia itu muncul dari senyuman orang lain?'

'Apakah baagia itu ada di hutan ini? ataukah ada di desa?'

'Apakah bahagia itu diberikan? atau disebarkan?'

'Jika seandainya senyuman itu disebarkan? mengapa warga tidak menyebarkannya'

'Mengapa hutan yang tidak melakukan apapun bisa memberikan kebahagian?'

'Dan jika memang bahagia itu berasal dari senyuman? siapa yang memberikan senyuman ke anak kecil ini?'

 

'jika memang hutan ini menyebarkan kebahagian'

'mengapa banyak warga kota yang menebangnya?'

'bukankah itu artinya mereka menebang kebahagian itu sendiri?'

'mengapa hutan ini menjadi keluarganya?'

'Bahagia itu bukanlah barang yang bisa dicari'

'Bahagia itu layaknya matahari'

'Seburuk apapun dan dinginnya malam'

'ia akan selalu hadir setelahnya'

'Dan bahagia akan datang kepada ia yang menapakaki kehidupan ini'

'tanpa mempertanyakan kapan kehadirannya'

'karena ia akan hadir di saat yang tepat'

"Jika memang bahagia itu datang disaat yang tepat, mengapa kamu selalu terlihat bahagia?" ucap pemuda tersebut. "Aku tidak pernah mencari kebahagian setiap harinya kak, karena aku tau bahwa aku akan bahagia tanpa mencarinya" jawabnya.  Termenung dengan jawaban tersebut ia pun menyadari bahwa selama ini bahagia selalu hadir dikehidupannya tanpa ia sadari. Dengan keadaan bingung ia pun mulai sadar bahwa tulisan yang disambung oleh anak kecil tersebut memberikan jawaban yang ia butuhkan selama ini. Dan dari hal Terik dan Gelapnya Hari ia belajar apa itu bahagia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun