Media dan budaya merupakan dua hal yang saling berkaitan karena baik budaya dan media saling membutuhkan satu sama lain dalam menyajikan sebuah suguhan. Di era saat ini banyak media yang mudah di akses dimana saja dan kapan saja salah satunya adalah Youtube.Â
Youtube merupakan situs web yang memberikan akses bagi penggunanya untuk mengunggah, menonton, juga berbagi video. Adanya Youtube membawa warna baru bagi penikmat musik tanah air. Hal ini dibuktikan dengan mulai berkembangnya lagu-lagu dengan bahasa daerah yang mulai dinikmati dan dinyanyikan oleh masyarakat dari daerah lain. Hal inilah yang dirasakan oleh Near dan Dian Sorowea.
Near dan Dian Sorowea merupakan musisi lokal yang berasal dari Nusa Tenggara Timur. Belum lama ini di platform Youtube lagu Karna Su Sayang viral bahkan menjadi trending topik dan membawa lagu Karna Su Sayang dibawakan oleh penyanyi ternama seperti Via Vallen hingga Judika. Sejak awal diciptakan dan dinyanyikan oleh rapper bernama Near dan dinyanyikan oleh gadis Maumere bernama Dian Sorowea lagu ini mengunakan bahasa timur Indonesia.Â
Meskipun tidak menggunakan bahasa Indonesia murni lagu dengan bahasa daerah Nusa Tenggara Timur ini justru membawa ketertarikan tersendiri bagi pendengar yang bukan dari daerah asli NTT. Dalam beberapa waktu terakhir lagu Karna Su Sayang juga membawa demam bagi musisi hingga artis-artis dalam negri seperti Boy William hingga Nagita Slavina (Camelia, 2018).
Sejak lagu Karna Su Sayang di unggah oleh penyanyi aslinya di Youtube lagu ini telah dilihat dan didengar oleh 47 Juta orang. Jumal tersebut merupakan jumlah yang fantastis dan membawa kebanggaan tersendiri bagi penyanyinya mengingat lirik yag dibawakan menggunakan bahasa daerah. Melejitnya lagu dengan bahasa daerah dikalangan musisi tanah air tentunya dapat dilihat dari kaca komunikasi antar budaya. Dalam komunikasi antar budaya terdapat sebuah dimensi menurut Hosftede yaitu Uncertanty Avoidance.Â
Uncertanty Avoidance merupakan sebuah dimensi yang menggambarkan bahwa kebudayaan terkadang akan merasa terancam oleh situasi yang tidak pasti. Dan ketika menghadapi keadaan tersebut kebudayaan harus bisa menghindari ancaman dengan menciptakan sebuah solusi sebagai pemecah masalah. Di era saat ini anak-anak muda bisa dengan bebas mengakses tanyangan yang mereka inginkan. Belum lagi dampak globalisasi bisa membuat orang-orang didalam negeri melupakan budaya yang mereka punya karena terlalu sering mengkonsumsi budaya orang lain. Namun hal ini dijadikan kesempatan untuk para musisi lokal untuk mempopulerkan lagu dengan bahasa daerah dan membuktikan bahwa lagu dengan bahasa daerah masih bisa bersaing dengan produk-produk budaya luar.Â
Melejitnya lagu Karna Su Sayang melalui plarform Youtube merupakan bukti bahwa budaya dan media saling berkaitan. Ketika budaya di olah dan disajikan melalui media yang tepat maka hal ini bisa menjadi kolaborasi epik untuk terobosan baru musisi daerah contohnya Near dan Dian Sorowea. Lagu dengan menggunakan lirik bahasa daerah adalah sebuah bukti bahwa meskipun tidak menggunakan bahasa yang umum seperti bahasa Indonesia, lagu musisi daerah tetap bisa dinikmati oleh siapa saja dan kapan saja tanpa memandang sebuah perbedaan.
Daftar Pustaka
Baldwin, John R., Robin R. M. Coleman., Dkk. (2014). Intercurtural Communication forÂ
Everyday Life. Joh Wiley & Sons Ltd : United Kingdom
Carmelia. (5 November 2018). Deretan fakta di balik lagu karna su sayang yang tengah viral.
Liputan6.com. Diakses dari https://www.liputan6.com/citizen6/read/3684496/deretan-fakta-di-balik-lagu-karna-su-sayang-yang-tengah-viral
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H