Ayam geprek, meski terkenal dengan rasa pedas dan harganya yang terjangkau, menghadapi tantangan dari tren gaya hidup sehat. Konsumen kini lebih peduli pada kandungan nutrisi, sehingga penting untuk mengadaptasi ayam geprek menjadi lebih sehat. Beberapa langkah yang bisa diambil termasuk mengurangi penggunaan tepung, memilih potongan ayam rendah lemak, dan menambah sayuran[1] [2] [3].Â
Dengan inovasi ini, ayam geprek dapat tetap relevan dan memenuhi kebutuhan konsumen yang lebih sadar kesehatan di masa depan. Hal ini memunculkan pertanyaan penting: Apakah ayam geprek mampu beradaptasi dengan tren gaya hidup sehat dan tetap relevan di masa depan?
Melalui penelitian ini, kami berusaha memahami apakah ayam geprek dapat berkembang menjadi menu yang lebih sehat dan bagaimana konsumen merespons gagasan ini.
Hasil Penelitian
1. Frekuensi Konsumsi Ayam Geprek
Hasil survei menunjukkan bahwa ayam geprek masih menjadi bagian dari pola makan masyarakat. Sebanyak 48% responden mengaku mengonsumsi ayam geprek 2--3 kali seminggu, sementara 26% lainnya mengonsumsinya seminggu sekali.Â
Data ini menunjukkan bahwa ayam geprek memiliki tempat yang kuat dalam preferensi makanan masyarakat. Namun, tingginya konsumsi ini menjadi tantangan, karena menu ayam geprek sering dikaitkan dengan kandungan lemak tinggi akibat proses penggorengan dan penggunaan sambal berminyak.
2. Kesadaran dan Kepedulian Terhadap Gaya Hidup Sehat