Hari ini 39 tahun lalu (10 Agustus 1978), anak pertama dari pasangan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Kristiani Herawati lahir di Bandung, Jawa Barat. Anak Laki-laki tersebut diberi nama Agus Harimurti Yudhoyono yang sekarang tersohor dengan sebutan AHY.
AHY lahir dikeluarga militer, bahkan kakeknya Sarwo Edhie adalah pahlawan yang menumpas pemberontakan PKI. Sejak kecil, AHY telah menunjukkan potensi yang dimilikinya. Selain memiliki otak encer, AHY juga punya jiwa kepemimpinan yang menurun dari sang ayah (SBY). Lihat saja track record nya sejak sekolah dulu, AHY sering diberi amanah sebagai pimpinan di organisasi tempat dia menempuh pendidikan. Saat lulus dari AKMIL, AHY meraih penghargaan pedang Tri Sakti Wiratama dan Adhi Makayasa pada Desember 2000. Penghargaan tertinggi bagi lulusan para perwira muda dari seluruh angkatan baik itu TNI ataupun Polri.
Saat karirnya di militer masih panjang, AHY mengambil sikap untuk mengundurkan diri dan memilih menjadi calon Gubernur DKI Jakarta. Keputusan yang membuat semua orang terkejut, termasuk saya. Kenapa seorang AHY mau meninggalkan profesi yang dia cintai, dan melepaskan peluang untuk menjadi menyandang bintang dipundak seperti SBY.
Banyak yang bertanya-tanya dan menduga dibalik keputusan AHY tersebut. Secara tegas dia menyampaikan kalau keputusan yang diambil datang dari dirinya, tanpa ada paksaan dari orangtua. AHY berujar, pengabdian terhadap nusa dan bangsa bisa dari segala bidang dan posisi berbeda. Dan dia memilih pengabdian berikutnya diranah politik.
Dalam hitungan dua bulan, AHY berhasil merebut hati masyarakat Jakarta dan menempati pemuncak beberapa lembaga survei. Caranya menyapa dan mendengarkan masyarakat saat turun ke lapangan menuai pujian. Tapi keberhasilan belum berpihak kepada suami dari Annisa Larasati Pohan tersebut, dia kalah pada putaran pertama.
Dengan usia yang masih menginjak 38 tahun saat itu, banyak yang memprediksi AHY akan mengucapkan kata-kata ketidak puasan dalam pidato kekalahannya. Tapi prediksi tersebut tidak terbukti, AHY tampil dengan tenang dan mengatakan kalau dia secara kesatria menerima kekalahannya. Sepanjang pidatonya, AHY tidak ada menyebutkan kata-kata kecurangan sebagaimana pihak yang kalah biasanya. Padahal saat dia memimpin hasil survei, pasangannya Silviana Murni bolak balik dipanggil polisi terkait kasus yang tidak jelas. Dan itu berdampak besar, pasangan nomor urut satu itu melorot dari puncak ke posisi buncit.
Pidato AHY itu menjadi viral dan banyak yang menjadikan sebagai contoh, kalau kita harus kesatria menerima kekalahan, tapi tidak boleh patah semangat. Dalam pidatonya, AHY sangat jelas berpesan agar selalu semangat dan mengabdi untuk negeri.
Karena sikap AHY itulah dia layak untuk jadi inspirator bagi generasi muda Indonesia. Bukan AHY sebagai anak mantan Presiden, tapi sebagai sosok yang punya kedewasaan bersikap dalam menghadapi kondisi baik itu menang ataupun kalah. AHY membuktikan kalau dia sudah matang dalam berfikir, bersikap dan mengambil keputusan.
Dengan kehadiran AHY, kita generasi muda mendapatkan harapan kalau suatu saat nanti Indonesia akan dipimpin oleh sosok dari anak muda santun, cerdas dan yang terpenting punya etika.
Selamat ultah sang inspirator.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H