Mohon tunggu...
Riko Krisianto
Riko Krisianto Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Hi. Saya adalah seorang Virtual Assitant yang senang membuat tulisan yang bercerita tentang urban legend, ataupun pengalaman mistis baik kisah nyata maupun kisah fiktif. Selamat menikmati

Selanjutnya

Tutup

Horor

"De... De... Deeee...!!!!"

11 Desember 2023   18:30 Diperbarui: 11 Desember 2023   18:32 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
travel.tribunnews.com

Alas Roban

Mungkin Kamu masih asing dengan tempat yang satu ini, tapi bagi masyarakat Jawa, khususnya Jawa Tengah, Alas Roban adalah tempat paling angker yang ada di provinsi tersebut. Alas Roban merupakan sebuah wilayah atau jalur yang terletak di Kabupaten Batang, Jawa Tengah. Jalur Alas Roban menghubungkan wilayah Batang dan Semarang. Jalan ini merupakan salah satu bagian dari jalur Pantura. Kontur jalannya dikenal cukup curam dan berkelok-kelok dengan sebelah kanan dan kiri jalan berupa hutan yang ditumbuhi pohon-pohon tinggi. Pemandangan nampak indah, namun beberapa orang justru merasa merinding ketika melihatnya. Alas Roban dibangun pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Herman Willem Daendles yang merupakan Gubernur Jenderal Hindia Belanda ke-36 dan menjabat pada tahun 1808-1811. Pada masa itu, jalan ini dikenal dengan sebutan De Grote Postweg yang dibangun untuk tujuan pembangunan infrastruktur sebagai dampak dari pertambahan penduduk di wilayah Jawa Tengah bagian utara. Kawasan Alas Roban terhitung mulai perbatasan antara Kabupaten Kendal dengan Kabupaten Batang yang saat ini telah menjadi Kota Pekalongan. Pembuatan jalan di masa pemerintahan Gubernur Daendles melibatkan banyak rakyat pribumi untuk melakukan kerja rodi. Kerja rodi dilakukan dengan tujuan untuk mempercepat proses pembangunan jalan. Tentu, kerja rodi ini menimbulkan banyak korban jiwa karena menggunakan sistem kerja yang tidak manusiawi. Banyak korban jiwa akibat pembangunan jalan ini dibuang di kawasan hutan, sehingga pada zaman itu kawasan Alas Roban juga dijadikan sebagai tempat pembuangan mayat dan terkenal angker

24 Desember

Kisah ini berawal ketika seorang pria paruh baya bernama Dedi, yang berasal dari Semarang ingin melebarkan sayap bisnis ayam gorengnya di kota Pekalongan. Ia sudah sering kali mengunjungi Pekalongan untuk keperluan survey lokasi yang cocok untuk cabangnya yang ke 10. Selain itu, Bunga, istrinya juga berasal dari Pekalongan. Mereka berkenalan ketika mereka masih duduk di bangku kuliah. Dedi pun sangat jarang melalui daerah Alas Roban karena selalu diingatkan oleh Bunga untuk tidak melewati Alas Roban. Namun, imbauan tersebut tak pernah dihiraukannya. Beberapa kali Dedi sengaja melewati Alas Roban karena Dedi suka dengan pemandangan hutan yang rimbun dan sejuk. Meskipun begitu, Dedi menggunakan jalur yang melintasi Alas Roban hanya ketika matahari masih Nampak. Dia tidak pernah menggunakan jalur yang melintasi Alas Roban ketika sudah mulai malam karena ia ingin cepat sampai di rumahnya.

Pada hari itu tanggal 24 Desember, seperti biasa Dedi pulang dari Pekalongan menuju kota Semarang ketika hari masih siang. Kira-kira pukul 4 sore, Dedi mulai memasuki daerah Alas Roban. Karena pada waktu itu cuaca sedang sedikit mendung, lantas membuat Dedi membuka kaca jendela mobilnya selebar mungkin untuk merasakan hawa sejuk dan menyegarkan. Tidak lama berselang ketika Dedi tengah menikmati sejuknya udara di tengah rimbunan pohon yang menjulang tinggi, dia tiba-tiba merasakan ada sesuatu yang memasuki mobilnya. Namun hal tersebut tak diacuhkannya. “Ah. Paling hanya daun jatuh yang tidak sengaja masuk ke dalam mobil” gumamnya. Selain itu, Dedi merupakan seorang pebisnis yang tidak percaya dengan hal mistis. Dia selalu menggunakan logikanya untuk berpikir secara rasional.

Pukul 6 sore, Dedi sudah sampai di rumahnya dengan selamat. Tidak ada yang aneh ketika dia turun dari mobil yang kemudian disapa dengan hangat oleh istri dan anaknya yang masih balita. Dedi bergegas menyambut sang istri dan anaknya. Namun ketika Dedi menghampiri Bunga, tiba-tiba saja bulu kuduknya berdiri. Dan anehnya juga, Niwa, anaknya yang masih bali itu, langsung tunjuk-tunjuk ke dalam mobil sambal mengatakan, “De... De… Deeee…!!!”. Dalam hal ini, Dedi tetap mencoba berpikir positif kalau itu hanya halusinasi dari seorang anak berusia 2 tahun saja. Namun, Niwa tetap bersikukuh dan menunjuk ke dalam mobil, “De… De… Deeeee...!!!” ujarnya lagi. Dedi pun mengatakan, “iya. Dede” sambil menuju ke dalam mobil untuk mengambil jaket yang menjuntai di kursi penumpang samping setir. Ketika mengambil jaket dan hendak menutup pintu mobil, seketika itu juga Niwa menjerit dan berteriak ketakutan “Uuuuaaaaa”. Merasa ada yang aneh, Dedi dan Bunga pun buru-buru masuk ke dalam rumah dan segera mengunci pintu mereka rapat-rapat.

Malam Natal

Ketika berada di dalam rumah, Dedi segera membersihkan diri. Sementara Bunga mempersiapkan jamuan makan malam. Karena keluarga Dedi dan Bunga mempunyai kebiasaan untuk makan malam bersama keluarga di malam Natal. Kali ini, mereka mendapat giliran sebagai tuan rumah yang menyambut saudara-saudara yang lain. Mereka pun sangat antusias untuk menyambut saudara-saudara yang akan berkunjung sampai melupakan kejadian aneh yang baru saja terjadi.

Satu jam berlalu. Dua jam berlalu. Namun, anehnya tidak ada satu pun keluarga sanak saudara yang datang mengunjungi mereka. “Huft. Sudah capek-capek masak. Kok ga ada yang datang ya, pah?”, ujar Bunga dengan sedikit berlinang air mata. “Yasudah mungkin mereka sedang ada acara mendadak dan lupa kabari kita, mah”, ujar Dedi menenangkan hati istrinya. Baru saja Dedi selesai berbicara demikian, ada seseorang mengetuk pintu rumah. Dedi dan Bunga pun bangkit berdiri membuka pintu dan menyambut orang yang hendak datang. Namun ketika pintu rumah dibuka, tidak ada seorang pun di depan rumah. “Duuuh. Jaman sekarang masih ada aja orang iseng kayak gini”, gerutu mereka. Mereka sendiri tidak sadar, karena saking antusiasnya mereka membuka pintu, mereka lupa kalau mereka meninggalkan Niwa di kursi meja makan seorang diri. Mereka baru tersadar ketika Niwa tertawa sendirian sambil berkata “De... De… Deeee…!!!”. Bunga dan Dedi langsung bertatap-tatapan dan heran karena tidak ada orang lain selain mereka berada di dalam rumah. Langsung saja Bunga menuju Niwa dan menggendongnya. Sedangkan Dedi menutup pintu rumah. Namun ketika ingin menutup pintu rumah, ada yang mengganjal pintu rumah itu. Ketika dilihatnya, ada sebuah kaki yang mengganjal. “Tunggu dulu, nak. Aku lapar”. Ternyata suara itu berasal dari nenek tua dengan pakaian lusuh. Kakinya pun penuh dengan borok. Namun karena iba dan tidak menaruh rasa curiga sedikitpun, Niwa pun bertanya, “Nenek belum makan ya? Nenek mau makan nasi goreng?”. “Itu”, ujar si nenek sambil menunjuk arah meja makan. “Itu apa nek? Ayam goreng?”. “ITUUU”, seru si nenek. Kali ini jelas sekali si nenek menunjuk arah Niwa yang sedang digendong oleh Bunga. Niwa pun menjawab, “De... De… Deeee…!!!” Dedi pun terkejut dan ketika menoleh ke arah nenek, kali ini Dedi dicekik oleh nenek dengan sangat kuat. Sontak Bunga pun berteriak dan sambil mengucapkan doa, dia menghampiri Dedi dan mengajak Dedi berdoa bersama. Nenek itu segera hilang. Langsung saja Dedi menutup pintu rumah. Mereka berdua bergandengan tangan dan berdoa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun